Khawatir

61 13 0
                                    

Milo 

Aku benci laki-laki yang menarik tangan Lagya ke kantin. Aku benci gayanya yang terlalu sok manis. Aku benci Lagya tersenyum padanya seolah begitu bahagia bertemu dengan laki-laki itu. Aku sangat yakin aku jauh lebih tampan daripada lelaki itu, dan aku bisa mendapatkan perempuan mana pun lebih mudah tanpa harus menarik-narik tangan mereka. Tapi lelaki itu berhasil mengajak Lagya minum, sedangkan aku tidak. Pikiran-pikiran itu merusak kewarasanku. Menarik kakiku dan seluruh tubuhku untuk 'menyelamatkan' Lagya. Bukan tidak mungkin lelaki tadi akan memanfaatkan Lagya. 

"Nah, kau beruntung Prof Milo Park sudah ada di sini di tengah-tengah kesibukannya," ucap Lagya. Kalau tak salah dengar, nada suaranya sinis. Oh ya, silakan saja membenci keberadaanku. Tapi suatu saat kau akan berterima kasih padaku karena menyelamatkanmu. 

"Hai, ada yang bisa kubantu?" tanyaku berbasa-basi. Aku tak berharap bertemu lagi dengan lelaki ini. 

Ternyata ia seorang PhD di bidang elektromedik. Ia membutuhkan analisisku tentang alatnya, seperti yang pernah kulakukan untuk mesin analisis citra tubuh buatan seorang mahasiswa Malaysia. Aku minta ia mengirimkan apa yang sudah dia kerjakan untuk kubaca, dan setelah itu baru bisa memutuskan apakah itu masih bidang kerjaku atau bukan. Yah, lelaki ini cerdas juga. Harus kuakui. Tapi pastinya masih aku yang lebih baik. Ahhhh, aku jengkel sekali padanya. Apalagi ketika kusadari mata Lagya berbinar aneh melihat perbincangan kami. Aku ingin menciumnya lagi, setelah mengecup kepalanya tadi. 

Berkat lelaki tadi aku bisa mengantar Lagya pulang. Tidak ada lagi adegan ciuman atau sejenisnya, yang membuatku agak kecewa. Tiba-tiba saja aku membenci diriku. Aku sekarang seperti lelaki mesum yang tak laku. Yang kupikirkan hanya menemui Lagya dan mengganggunya, entah dengan menyentuhnya, menciumnya, atau apa pun yang bisa membuatnya berteriak kepadaku. Apa aku mulai gila???

Malam ini aku jogging lagi. Kepalaku dipenuhi Lagya dan segala yang mungkin dirasakannya, membuatku gila. Salah satu upaya yang selama ini berhasil adalah dengan berolah raga. Selain menyeimbangkan hormon yang berseliweran di dalam kepalaku, aku bisa menjadi lelah dan tidur dalam seketika. Aku butuh istirahat dari segala hal bertema Lagya di dalam kepalaku. Dan meskipun berat, aku bisa mencegah kakiku berlari ke arah rumah Lagya. 

Lagya 

Akhir-akhir ini aku jadi merasa dimanfaatkan oleh banyak orang. Milo Park memanfaatkanku untuk masalah cintanya, dan kini semakin berani menyentuhku. Lama-lama bisa-bisa aku berpikir kalau dia sebenarnya profesor mesum. Lalu datang Deano, lelaki yang mestinya sudah lama terkubur dan menjadi fosil di hidupku. Yang sekali lagi memanfaatkanku untuk kepentingannya. Lebih parah lagi, ia memanfaatkanku untuk bertemu Milo. Artinya ia memanfaatkanku sehingga Milo bisa lebih memanfaatkanku lagi. Betapa sialnya hidupku ini. Semakin dekat jadwalku defense, semakin siallah diriku. 

Beberapa hari ini aku tidak bisa bekerja. Deano mulai benar-benar menggangguku, meminta bantuanku menanyakan tulisannya yang sudah ia kirimkan beberapa hari lalu kepada Milo. Sedangkan Milo sendiri tampaknya sedang sibuk dengan baca naskah dan pengambilan gambar. Sekretarisnya pun bingung karena majikannya tiba-tiba menyetujui untuk berperan dalam drama pendek. 

"Aku bahkan tak yakin Prof Park sempat tidur lebih dari 3 jam beberapa hari ini. Pagi ia tetap datang mengajar, lalu sebelum makan siang sudah pergi sampai pagi lagi. Padahal pagi berikutnya jadwalnya juga padat," kata Elly padaku. "Aku khawatir ia ada masalah. Belum pernah seperti ini selama aku bekerja 5 tahun ini."

Tiba-tiba saja aku merasa sedih membayangkan kehidupan yang dijalani Milo Park. Aku ingin bertemu langsung dengan Milo, menyerahkan undangan defense-ku dan berharap Milo akan datang. Tapi tampaknya itu bukan hal yang bijak melihat kesibukannya. Kutepis sendiri harapan dan kekhawatiranku dan mengisi waktu yang tersisa untuk mempersiapkan ujian akhir untuk gelar PhD yang sudah cukup lama kuperjuangkan.

BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang