08. Mata-Mata Dadakan

5.3K 497 74
                                    

"Halo An! Long time no see, yah. Hehe." Aldefian datang dari arah belakang gadis itu kemudian langsung merangkulnya pura-pura mesra dengan senyuman manis yang terpatri jelas.

"Lepasin tangan lo." Cewek itu melirik tak suka dan bergantian memandangi Aldefian sinis.

Aldefian berusaha mengode Analia. Mata cowok itu terus saja melirik-lirik ke belakang dengan ekspresi setengah khawatir seakan-akan di belakang sana sedang ada bencana yang menunggunya. Tetapi, Analia justru kebingungan dengan kode tersebut. Ia malah mengerutkan alis dalam dengan sorotan tak mengerti.

"Lo mau bilang apa, sih?"

"Ada bahaya An!" Aldefian berbisik dengan nada sepelan mungkin. Sesekali berupaya untuk curi-curi pandang ke arah belakang.

"Alex! Kamu di manaaahh?"

Bruk!

Apakan Aldefian bilang. Analia tak mau mengerti, sih!

Analia jatuh dengan posisi tengkurap. Di atasnya ada sosok Disa yang meringis berlebihan dengan wajah tak enak.

Disa itu nekat. Saking nekatnya, dia bahkan tidak liat-liat jalan cuman gara-gara mau mencari Aldefian untuk bisa tebar pesona. Maklum, Disa itu sudah cinta mati dengan Aldefian. Dan kini? Alih-alih Disa menemukan Aldefian dan menggandengnya untuk pergi bersama menikmati jajanan di kantin, cewek itu justru salah tabrak, dan berakhir tragis dengan posisi memalukan ini.

"Aduh! Siapa yang nabrak gue?!" Analia berteriak marah. Rasa-rasanya ia sudah kehabisan napas di bawah sana. Disa segera bangkit berdiri kemudian disusul dengan Analia yang dibantu bangkit oleh Aldefian.

Gadis berambut legam itu menatap Disa dengan kilatan amarah. Membuat cewek yang beken disapa 'ondel-ondel jaman Baheula SHG' itu menciut. Mengganti posisinya menjadi berdiri di belakang Aldefian dan sesekali mengintip di balik bahu cowok itu.

Aldefian kegelian sendiri. Seakan-akan atensi para siswa yang berlalu lalang di sekitar koridor ini hanyalah angin lalu, Analia malah mengomel-ngomel kesal sambil mengepalkan tangan geram, entah apa yang diomeli gadis itu dengan mulut komat-kamit.

"Ih, akuh takut! Alex, tolongin akuhh. Diah nyerimn!" Bulu kuduk Aldefian meremang horor. Antara kegelian dengan gadis di belakangnya ataukah paranoid dengan ekspresi mematikan gadis di hadapannya.

Aldefian kemudian menemukan jalan keluar. Dengan segera, cowok itu menggamit tangan Analia dan menuntunnya untuk pergi dari tempat kejadian perkara. Mereka berdua kemudian sampai di kantin dan duduk di salah satu bangku di sana.

Wajah Analia masih terlihat kesal. Mood-nya untuk makan langsung hilang begitu saja terbawa angin saat kejadian tadi terus terlintas dalam pikiran. Aldefian yang duduk tepat di hadapannya pun tak ia perhatikan.

"An, lo mau pesen apa? Gue traktir deh," tawar Aldefian kemudian saat melihat wajah Analia yang masih sangat sebal.

"Kenapa lo gak makan aja sama temen-temen lo yang lain? Males gue makan sama lo." Analia memandang Aldefian sekilas. Tatapannya galak seperti biasanya.

"Ya elah. Maaf kali An. Tadi itu si Disa ngejer-ngejer gue. Gue ngeliat lo, langsung aja ide gue muncul supaya Disa gak nempel lagi sama gue." Aldefian menampilkan ekspresi memelasnya. Berharap hati Analia akan luluh dan ia akan dimaafkan.

Ada keheningan beberapa saat ketika Analia masih sebal. Aldefian kemudian beralih ketopik pembahasan lain yang mampu menarik perhatian gadis itu, "An, liat deh. Si Tara sama Si Gita. Si Tara ambil kesempatan banget. Mentang-mentang Andre sama Bagas kebetulan gak hadir. Gue dilarang ikut makan bareng sama dia. Ternyata dia mau makan berduaan aja sama si Disa. Dia pikir gue gak bisa apa?"

Oh My NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang