10. Hukuman

4.4K 446 48
                                    

"Saya tidak akan berbuat kasar pada orang lain lagi!"

Aldefian kian menjadi pusat perhatian saat dirinya menerima hukuman yang diberi Pak Dido, selaku kepala sekolah SMU Harapan Gemilang. Awalnya, Aldefian hampir kena skors selama beberapa hari, tapi karena kedatangan Mama di ruang kepsek secara tiba-tiba, Aldefian jadi batal kena skors.

"Bapak jangan pernah lupa kalau perusahaan saya itu penyumbang terbesar di sekolah ini."

"Saya tidak akan berbuat kasar pada orang lain lagi!"

Sudah terhitung 11 kali putaran yang telah diselesaikan Aldefian. Masih ada 89 putaran lagi.

Masih teringat betul ekspresi Mama yang terlihat angkuh di ruang kepala sekolah tadi. Sambil memberikan sebuah amplop yang tak tahu apa isinya, Mama kemudian pergi dan hukumannya berangsur ringan.

Aldefian hanya mampu tertawa kecil mengingat insiden pagi itu.

Miris.

"Gila! Gue capek banget!" Aldefian mengusap peluhnya. Leher yang kini berkalungkan kertas karton yang bertuliskan "saya tidak akan kasar lagi" langsung saja menarik perhatian para siswa yang asyik hilir mudik di sekitar lapangan.

"Temen saya gak akan berbuat kasar lagi!"

Aldefian mengernyit mendengar teriakan itu. Langkahnya ia lambatkan lalu menoleh ke belakang.

Dia Tara. Disusul dengan Bagas dan Andre yang juga ikut-ikutan berteriak "temen saya gak akan berbuat kasar lagi!" Membuat Aldefian mengulas senyuman lebar. Apalagi aksi mereka dilengkapi dengan kalungan karton yang sama dengannya. Hanya bedanya, kalungan tersebut bertuliskan, "bantu teman dapat pahala."

"Jangan bengong dugong! Lari dong!" Tara tersenyum pada Aldefian saat cowok itu lari melewati sahabatnya yang terdiam tersebut.

Tampaknya Aldefian merasa tersentuh.

"Makasih ya," ucap Aldefian saat dirinya telah berhasil menyamai langkahnya dengan ketiga temannya.

"Santai aja kali. Satu dihukum, semua harus ikut rasain juga," Bagas membalas cuek.

Aldefian tersenyum menatap temannya. Ia menjadi makin semangat untuk menyelesaikan 89 putarannya itu. Tak ia perdulikan tatapan para siswa yang berlalu lalang. Wajar saja, pasalnya kini telah memasuki waktu istirahat.

"Saya tidak akan berbuat kasar pada orang lain lagi!"

"Temen saya gak akan berbuat kasar lagi!"

Teriakan itu pun disusul bergantian secara terus menerus hingga hukuman yang diberikan pada Aldefian selesai.

***

Kini Aldefian terduduk lemas di atas lapangan. Matahari telah tenggelam beberapa menit lalu. Bersamaan dengan hukuman Aldefian yang juga ikut berakhir.

Ada sebagian murid yang ikut ekskul di sekolah. Mereka semua telah bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Bahkan Pak Dido pun yang secara tak langsung telah memperhatikan tiap putaran yang dilalui Aldefian juga telah pulang, mengetahui anak muridnya itu telah menyelesaikan hukuman yang ia berikan.

"Anjir, gue pegel banget!" Tatapan siswa yang masih ada di sekolah dihiraukan Andre. Cowok itu langsung membaringkan dirinya di atas lapangan. Tak perduli tentang keadaan bajunya yang akan kotor setelah ia bangkit nanti.

Sementara itu Tara berkacak pinggang. Tampak menstabilkan kembali otot-otot tubuhnya yang pegal lalu ikut berbaring seperti halnya yang dilakukan Andre, seraya mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

"Tenang. Nanti gue traktir kalian makan. Kalian mau makan apa aja terserah dah. Gue yang bayar." Aldefian tersenyum, menepuk dada bangga. Anggap saja traktirannya itu ialah rasa terima kasih akibat solidaritas yang ditunjukkan sahabatnya.

Oh My NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang