11. Try to Say Sorry

4.6K 433 38
                                    

Hari itu ialah hari dimana piket Aldefian berlangsung. Sungguh sangat malas rasanya jika harus membersihkan di dalam ruangan kelas.

Hal itu dirasakan sepenuhnya oleh Aldefian. Dia sudah bilang berkali-kali kepada Mita, teman piket kelasnya yang cubitannya lebih sakit daripada cubitan kepiting, agar membersihkan di halaman luar saja.

Namun Mita dengan gamblang menolak permohonan Aldefian itu. Mita seperti selalu tahu, bahwa alasan itu hanya tipu daya Aldefian agar bisa kabur dari piket dan nongkrong di kantin.

Akhirnya sekarang Aldefian disiksa oleh teman piketnya yang datang lebih dulu darinya. "Alex … temen gue yang paling playboy, yang mata keranjang, yang suka kabur pas lagi piket, sekarang lo yang harus ngepel kelas ya. Soalnya kita semua udah kerja dari tadi, tinggal lo aja yang belum kerja apa-apa," kira-kira begitu pinta Mita sembari memberikan Aldefian pel saat cowok itu baru saja masuk kelas.

Aldefian sempat menolak. Tapi Mita kembali mengancam akan mencubit lengan Aldefian sampai kulitnya bengkak jika kembali mangkir dari piket.

Alhasil, di sinilah sekarang Aldefian. Mengepel seluruh isi kelas. Padahalkan niat Aldefian, ia ingin segera menyelesaikan tugas lalu bertemu dengan Andre, Bagas, dan Tara yang berada di kelas lain. Tetapi beberapa siswa yang asyik beralalu-lalang dalam kelas tanpa menghargai kerja keras Aldefian harus membuatnya bolak-balik mengepel lantai yang kotor tersebut.

"Woy, bisa gak sih lo pada duduk?! Capek gue njir!" Aldefian berteriak frustrasi. Dia melempar pel ke arah lantai.

Teman-temannya yang lain mengabaikan Aldefian. Cowok itu hanya direspon dengan tawa cekikikan oleh teman sekelasnya.

"Santai Lex, lagian sekarang ada pr Fisika. Mana susah banget lagi," di samping itu, Hendra menyahuti keluhan temannya itu.

Kedua manik mata cowok itu membulat sempurna. "Gila! Ada pr Fisika? Kok gue gak tau sih?"

Terdengar helaan napas dari Hendra. "Kalo gak percaya tanya aja sana sama ketua kelas. Gue sih cuman ngasih tahu aja."

Aldefian kemudian beralih menatap Analia yang tengah duduk di bangkunya seraya menopang dagu dengan kedua ear phone di telinga. Mata Aldefian menyipit, agar bidikannya tertangkap jelas pada objeknya tersebut.

Itu Analia kok kayak tidur ya?

Lantaran penasaran, Aldefian kemudian menghampiri tempat duduk gadis itu. Ia kemudian menghembuskan napas setelah melihat Analia dalam jarak dekat.

Bener, Analia lagi tidur.

Aldefian mencoba untuk mengetes, apakah Analia memang benar-benar tidur atau hanya pura-pura saja. Dilambaikannya tangan kanan milik cowok itu di hadapan wajah gadis itu. Namun, Analia tak kunjung sadar. Fix, Analia memang sedang tertidur.

"Gimana caranya dia tidur yah? Kelas aja bisingnya kayak gini," Aldefian menggumam kecil. Kemudian mengguncang tubuh Analia pelan. "An, bangun."

Kelopak mata gadis itu mengerjap hingga kemudian terbuka dengan sempurna. Aldefian tersenyum saat kelopak mata Analia terbuka sempurna lalu berkata, "telat tidur yah pas semalam?"

Analia yang baru saja bangun, tengah berusah mengumpulkan kesadaran sepenuhnya. Setelah sebagian jiwanya telah kembali berkumpul dalam tubuh, Analia menggeleng. "Gak. Kenapa?"

Kemudian Aldefian duduk tepat di hadapan gadis tersebut sebelum melanjutkan, "gue cuman mau nanya, emangnya pr fisika ada yah?"

"Hem. Emang lo belum kerja?"

"Belom sih." Aldefian menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ada jeda beberapa detik sebelum Aldefian kembali terpikirkan akan ide cemerlangnya semalam, "oh iya An, gue pengen minta maaf sama Deni deh. Gue masih ngerasa bersalah sama dia."

Oh My NeighbourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang