Bagas baru saja pulang dari mini market terdekat dari rumahnya. Cowok itu menghempaskan beberapa kantung plastik berisi camilan dan makanan instan lainnya di atas meja makan. Kemudian berjalan pergi menghampiri Aldefian dan adiknya yang sedang asyik bermain PS di ruang tengah.
"Yey kak Alex kalah!" Fahri, adik Bagas bersorak girang saat melihat raut wajah Aldefian yang tampak kecewa.
Bagas tertawa kecil. Ikut duduk di sofa lalu melemparkan kunci motor milik Aldefian yang sedari tadi dibawanya. Dengan sigap, Aldefian segera menangkap kuncinya tersebut.
"Thanks, yah motornya. Bensin lo habis tuh. Mau gue isiin nggak?" Bagas berbalik menghadap Aldefian lurus.
Cowok itu mengggumam agak lama. Berpikir keras, sebelum akhirnya tersenyum mesem seraya menggeleng. "Nggak usah, deh. Biarin aja bensinnya sekarat gitu. Gue punya sebuah rencana."
Bagas geleng-geleng kepala tak mengerti. Sementara itu Aldefian masih saja tersenyum aneh.
Dia memang rajanya modus.
***
Analia menyesap cokelat panasnya. Sesekali kepalanya mendongak ke atas, melihat taburan bintang yang menggantung pada langit biru tua pada malam ini.
Tanpa sengaja ia menoleh pada balkon sebelah milik tetangga sekaligus teman sekelasnya. Siapa lagi kalau bukan Aldefian?
Gadis itu mengangkat sebelah alisnya. Tumben-tumbenan, Aldefian tidak ke balkon malam ini. Sedetik kemudian Analia menggedikkan bahunya. Ia memilih untuk acuh saja.
Hingga beberapa menit kemudian, pintu balkon dari rumah Aldefian terbuka lebar sehingga memperlihatkan sosok yang telah membukanya.
Awalnya Analia kira itu Aldefian, tapi ternyata itu seorang wanita. Dan pikirnya, wanita itu ialah Mama Aldefian. Namun setelah Analia amati lagi, wanita itu tidak mirip seperti Mama Aldefian yang pernah ia lihat sekali saat ingin ke sekolah tempo hari lalu.
Setelah tubuh wanita itu terlihat sempurna setelah keluar dari pintu yang terkuak, senyuman simpul langsung menyambut Analia diiringi dengan lambaian tangan.
Analia yang bingung hanya membalasnya dengan senyuman canggung. Wanita itu kini ikut berdiri di balkon. Melihat pemandangan jalanan yang lengang di bawah sana.
Akan tetapi, pandangan Analia masih tak bisa lepas dari wanita itu. Beberapa spekulasi di dalam otaknya berusaha menebak-nebak siapa wanita di depannya kini.
Sampai kemudian, wanita itu kembali menoleh pada Analia dengan tak nyaman karena terus saja dilihati oleh gadis remaja tetangganya itu. "Tetangga sebelah?"
Analia berkedip dua kali. Setelah tersadar dari spekulasi dan opininya, ia kemudian mengulum senyum dan mengangguk. "Tante itu, tantenya Alex yah?"
Pertanyaannya sedikit monoton dan canggung. Namun dari semua hal yang ada di otaknya, Analia hanya mampu menyampaikan satu pertanyaan itu sebagai perwakilan.
Wanita di depannya mengerutkan alis sekejap. "Alex?"
Analia buru-buru tersadar dan meralat ucapannya, "maksudnya Aldefian, Tan."
Wanita tersebut manggut-manggut, tampak mengerti dengan orang yang dimaksud oleh tetangganya. "Bukan." Ada jeda beberapa detik sebelum wanita itu lanjut menjawab, "saya calon Mama barunya."
***
Bangunan bercat putih yang terletak di pinggir jalan raya itu adalah salah satu perpustakaan terbesar yang cukup ramai pengunjung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh My Neighbour
Teen Fiction"Mana yang lebih tak tersentuh? Bersembunyi di balik sikap ketusmu itu atau berpura-pura bahagia dengan topeng kepalsuanku?" Hanya karena sebuah taruhan konyol, Aldefian bertekad untuk menaklukkan hati Analia, tetangga sekaligus ketua kelasnya yang...