Chapter 10

2.3K 88 0
                                    

******

Hari yang menyenangkan bagi Marsha dan Angga, mereka sedang menaiki mobil milik Angga. Angga sudah memiliki mobil dan mempunyai sekolah, tentu sekolah itu adalah sekolah yang mereka datangi setiap hari.

Flashback

Mereka duduk di tempat masing-masing dengan pikirang yang sama-sama berbeda. Evant yang sudah bosan mulai jengah. Begitu dengan yang lain. Disana sudah ada Emily, Farel, Evant, Raka dan

"Jadi apa yang akan anda bicarakan?"

"Berapa uang manusia yang kita punya?" Tanya Angga menatap Emily dan yang lainnya bergantian.

"Bisa di bilang lebih dari cukup" jawab Evant cepat setelah mengambil dokumen di dekat kursi duduknya dan memberikan dokumen itu kepada Angga.

"Baiklah...kita akan membeli sekolah itu dan membeli perlengkapan manusia lainnya" Angga mengakhiri percakapan mereka ber-6.

Mereka kembali ke kediaman sendiri.

Flashback off.

Marsha belum tahu tentang sekolah yang ia masuki sudah menjadi milik Angga. Karna Luth sudah mempersiapkan dokumen sekolah.

Mereka sampai di sekolah, berbagai macam tatapan yang di tampilkan kepada mereka berdua. Saat ini, mereka sedang bergandengan, bukan mereka tapi Angga menggandeng tangan Marsha. Marsha sebelumnya sudah menolak tapi tenaganya tidak sebanding dengan Angga.

Hingga mereka sampai di depan kelas, semua menatap mereka kagum dan iri. Dan langsung duduk di tempat biasa.

Kring......kring....kring.....
Bel masuk berbunyi kencang hingga terdengar di sekolah.

Pelajaran juga di mulai, tampak semua murid mendengarkan dengan seksama.

Hingga terdengar bel lagi tapi kali ini istirahat. Pagi ini Marsha sedang berpikir tentang tempo hari telapak kakinya terluka dan dengan cepat luka itu hilang.

"Angga apa aku akan sepertimu juga?" Tanya Marsha tiba-tiba saat kelas sudah kosong.

Agga yang sedang mengambil pulpen di bawah meja lamgsung membentur bawah meja dengan keras.

Duk...!!!

"Eh?"

Marsha kaget mendengar suara itu. Angga mengusap-usap kepalanya yang tadi terbentur. Marsha juga membantu kepalannya dengan mengusap-usap.

"Maafkan aku" ucap Marsha sendu sambil tertunduk.

"Tidak apa, memangnya kenapa?"

"Tidak hanya saja....."ucapan Marsha terpotong sengaja, Marsha takut menyinggung Angga.

"Kalau aku jawab iya, tau tidak bagaimana?" Angga tanya balik. Marsha tampak berpikir sejenak.

"Kalau kamu tidak mau memberi tahu yah, sudah!" Marsha memalingkan wajahnya dari Angga.

Angga memajukan kursi yang saat ini ia duduki mencoba mendekati Marsha yang sedang merajuk.

"Apa kau lupa hukumanmu tempo hari?" Tanya Angga dengan nada jahil termasuk tersenyum. Marsha membuang nafas kasar.

Angga makin memajukan wajahnya. Dan saat Marsha menoleh wajah mereka sangat dekat.

Wajah Marsha tampak memerah. Angga masih dengan tersenyum. "Angga?" Marsha yang sadar dengan wajahnya dan wajah Angga sangat dekat langsung memundurkan wajah.

"Ya?"

"Saat beberapa hari yang lalu kakiku terluka lebih tepatnya telapak kakiku terkena paku kalau tidak salah, dan seketika sembuh kembali. Apa hubungannya dengan aku akan sepertimu juga?"

Angga tampak berpikir.

Marsha pov'

Wajahku pasti memerah. Uh, aku malu sekali. Angga terlihat tersenyum. Dia tampan. "Angga" aku memanggilnya.

"Ya?" Sahutnya.

"Saat beberapa hari yang lalu kakiku terluka lebih tepatnya telapak kakiku terkena paku kalau tidak salah, dan seketika sembuh kembali. Apa hubungannya dengan aku yang akan sepertimu juga?" Ucapku.

Ku lihat Angga berpikir lagi.

"Sepertinya..." aku sangat penasaran apa yang akan dia lanjutkan, dia sepertinya sengaja membuatku penasaran. Dan dia melanjutkannya lagi,"...iya" aku sangat terkejut, aku langsung memalingkan wajahku ke sembarang arah.

Aku langsung bangkit dan keluar kelas, aku mau menghirup udara sejuk. Sungguh, aku bingung kenapa di dunia ini banyak sekali masalah. Sebenarnya aku belum bisa terima kalau aku ini....
Pertama, mamaku ini seorang tabib
Kedua, aku ini seorang ratu
Ketiga, hidupkh ini abadi
Dan banyak masalah di kehidupanku ini..
Aku hanya ingin hidup layaknya manusia biasa.

Tak lama bel berbunyi, semua murid kembali masuk aku dan Angga membenarkan duduk seperti biasa. Begitu juga dengan Emily, Evant, Farel, Raka, Noval.

Pelajaran kami di mulai lagi.

Marsha pov' off.

****

Sekarang Marsha dan Angga berada di dalam mobil tak ada yang mau bicara hanya ada keheningan. Angga sesekali melirik Marsha, ia memikirkan siapa yang membunuh orang tuanya sedangkan Marsha hanya menatap jendela melihat pemandangan dan langit yang mulai gelap. Di belakang di ikuti mobil Emily dan yang lain.

Kali ini mereka akan datang kerumah Marsha yang sudah sedikit lama ia tidak datangi merasa kangen dengan kamarnya. Baru saja ia di kabari dengan bibinya dan pak supir sudah tidak bekerja lagi di rumahnya. Dan mamanya? Sibuk dengan pekerjaan.

Terdapat panggilan dari handphone Angga yang baru saja ia beli kemarin, dan nama yang tertera di layar adalah nama Vier.

"Ya?"

"Saya, Yeriez, Luth, Feries, dan Erick akan mengundurkan diri"

Angga diam sejenak.

"Raja? Apakah keberatan? Jika keberatan saya ti-"

"Baiklah kapan kalian akan mengundurkan diri? Apakah kalian sudah memberitahu semuanya?"

"Sudah, kira-kira kami akan mengundurkan diri besok."

Tanpa Angga sadari Marsha mendengar pembicaraan mereka, ia tidak sengaja mendengar tapi tidak begitu jelas.

Saluran telefon itu di matikan secara dua belah pihak, Angga melanjutkan menyetirnya.

"Tadi kamu menelfon siapa,?" Tanya Marsha. "Apakah penting?"
"Tidak hanya saja Vier, Yeries, Luth, Feries, dan Erick mengundurkan diri"
"Kenapa?"
"Tidak tahu"

Suasana kembali hening di dalam mobil. Kini Marsha memulai bicara lagi.

Hingga mereka sampai di rumah Marsha, Marsha keluar dengan anggunnya saat sampai di depan rumah dan membuka pintu. Ia langsung lari ke arah kamarnya.




















~~~~~~~~~*~~~~~~~*~~~~~~~

Maaf baru sempet update ini aja udah di sempet-sempeti..
Pendek ya?
Ia maaf pendek otak ku ini emang lagi nyari jalan pintas soalnya buntu...
Semoga kalian masih menunggu ya!!!
See you next chapter 😊😁
Oke bye...
Vote and coment ya..
Iya masih banyak typo maafkan aku ini lagi ya mungkin banyak salah...hehe..
Segini dulu cakap-cakap kita tentang kesalahan saya..
Terima kasih..

My Husband Is LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang