Chapter 20

1.5K 58 0
                                    


*************

  Angga terus memeluk tubuh yang tadi berlumuran darah. Sebuah perban menyelimuti tubuh itu di bagian perut. Berbaring lemah di ranjang besar. Tidak ada pergerakan, hanya ada hembusan nafas yang teratur. Angga terus menangis sejadi-jadinya untuk tubuh seorang gadis di depannya. Sesekali melihat wajah damai sosok wanita itu. Di sampingnya Zeroun, Achazia, Bibi Zella dan Evant turun prihatin.

"Bibi bagaimana keadaannya? Kenapa dia belum bangun?"

"Dia hanya butuh istirahat, mungkin beberapa hari lagi dia akan sadar" ucap Bibi Zella.

"Marsha tolong bangun, demi akuu?" Lirihnya. "Aku mohon,"

"Aku disini menunggumu, kapan kamu akan bangun? Aku ingin melihat mata indahmu itu? Boleh? Jika boleh aku akan memandangimu terus. Aku merindukanmu, suaramu, senyummu, wajah kesalmu. Kapan kamu akan bangun?"

Angga duduk, "apa kalian sudah menemukan teman Marsha itu?" Tanya Angga dengan nada dingin.

"Belum" Zeroun dan Achazia menunduk.

Tok....tok....tok....

"Masuklah" ucap Angga singkat.

Yang ada di luar pun masuk dengan izin Angga. Yang masuk ialah Agra, Emily dan Recca di belakang.

Emily dan Agra terkejut melihat keadaan. Segera mereka mendekat ke Zeroun dan Achazia. "Bagaimana keadaan ratu?" Tanya Emily berbisik.

"Lihatlah sendiri!" Bisik Zeroun.

Recca hanya diam mematung, diam seribu bahasa saat melihat Marsha yang sudah dia sebut keluarga sendiri tak sadarkan diri.

"Marsha?" Gumamnya.

Mereka semua melihat ke arah Recca. Angga yang membelakangi Recca menoleh juga. Angga kaget siapa yang tadi bicara. Seakan tak percaya Angga mengucek matanya berkali-kali.

Bagaimana bisa? Dia sudah tiada, apa aku terlalu banyak menangis hingga aku tertidur? Aku tidak percaya! Dia yang sudah lama aku cari kini kembali. Dia masih hidup? Pikirnya.

Flashback_

350 tahun yang lalu....

Kerajaan Altaric kini di serang kerajaan werewolf dan Vampire. Mereka bisa masuk ke dalam karena penjaga di luar kerajaan telah di bunuh semua.

Angga dan kakaknya Meriana sedang di serang werewolf dan Vampire besar atau bisa di sebut Alpha dari pack kuat. Vampier kuat dari barat tidak kenal kasihan.

"Kembali kau Zif!! Dasar anak durhaka!! Kembali!!" Teriak Wath si Alpha.

Wath Winton dan istrinya Layla Kwel Winton. Mempunyai anak bernama Zif Winton yang tak lain ayah dari Angga Febryan dan Meriana Vionaly kakak beradik. Meriana kakak dan Angga adik.

"Qia kembalilah kepada kami para Vampire!! Kalian menculiknya!! Kami berjanji kami akan menghabisi semua keluarga kalian!!" Ucap Xran Raja Vampier.

Xran Sond dan Berly Sond. Orang tua dari Qia Sond Winton kekasih Diorn ayah dari Angga dan Mariana.

"Tak akan aku tidak akan kembali! Walaupun kalian membujukku sekalipun!" Cegah Zif.

"Aku tidak akan kembali!" Teriak Qia histeris.

Darah di mana-mana begitu juga dengan para jasad prajurit yang kalah dalam peperangan itu.

Angga dan Mariana tidak sadar jika mereka tersudut di dasar jurang yang lumayan tinggi. Mariana terus melindungi Angga mencoba menjadi tameng untuknya. Tapi sia-sia tubuhnya berhasil terluka Mariana tersenyum sebagai kakak ia harus melindungi adiknya meski harus dengan nyawanya sendiri.

"Uhh"

Sesekali tertusuk dengan pedang clan vampire dan werewolf. Angga berpisah dengan Mariana ia melawan clan werewolf sementara kakaknya vampire di pimpin oleh Sean.

Mariana sudah di ujung jurang bawahnya ada samudra dan tingginya lumayan. Setiap batu yang ia injak batu itu jatuh ke bawah.

"Kakak hati-hati!" Ucap Angga cemas. Mariana menanggapi kata-kata adik kecilnya walaupun sekarang sudah dewasa dengan senyum manis sebisanya karena bibirnya sudah mengeluarkan darah dan di ujung bibirnya sedikit robek.

Mata Angga fokus ke Mariana dengan tangan memainkan pedang untuk melindungi diri.

Tiba-tiba Sean maju ke depan Mariana mundur ke belakang ia menengok sebentar. "Shit!" Umpatnya.

Angga terbelalak kaget saat Mariana jatuh dari jurang ia meninggalkan senyum terakhir.

"Tidakk! Kakak!" Teriak Angga histeris.

Sean dan prajuritnya tersenyum senang. Lalu pergi begitu saja, clan werewolf masih diam. Seekor werewolf mencari kesempatan, Angga melihat jauh kakaknya yang terjun tanpa membawa benda apapun.

Werewolf besar yang Angga belakangi. Ingin menyambar tubuh dari belakang. Tapi...

Cratt....

Tubuh werewolf itu tertusuk pedang yang Angga pegang rupanya ia sudah tahu gerak-geriknya.

"Kalian mau main-main?" Tanyanya seram.

Amarahnya sudah di ubun-ubun. Ia membantai habis beberapa ekor werewolf di depannya.

Flashback-

"Anda siapa ya?" Tanya Angga menghampiri Recca yang memunggunginya tadi.

"Saya temannya Marsha, anda sendiri siapa ya?" Recca tanya balik ke Angga.

"Saya Angga, suami Marsha" Angga tersenyum sedih. Satu sisi ia senang karena kakaknya kembali, satu sisi lagi ia sedih karna kakaknya tidak mengingat dirinya dan keluarganya.

Recca memegangi kepalanya kali ini ia merasakan pusing. Berdirinya kini mulai huyung.

Pemandangan Recca mulai kabur dan gelap. Tubuhnya jatuh kebelakang untungnya Achazia ada di belakang jadi dengan sigap tubuh Recca di pegang Achazia.

"Achazia bawa dia ke kamarnya, Emily aku ingin bicara serius denganmu, dan Agra Evant jaga Marsha!" Titah Angga.

"Baik yang mulia" ucap mereka kompak.

Achazia membawa tubuh Recca ke kamar dulu Recca yaitu Mariana. Angga keluar dari kamarnya di ikuti Emily a.k.a Emi dan Agra Evant tetap di dalam kamar untuk menjaga Marsha yang belum bangun juga.

Angga dan Emily sampai di ruang kerja Angga. Emily terkagum karena ia belum pernah masuk ke ruang kerja Angga sebelumnya.

"Jadi bagaimana kau bisa bertemu dengan kak Mari- maksudku Recca temannya Marsha itu?" Ucap Angga sesudah mereka duduk.

"Awalnya saya juga terkejut, ternyata teman Ratu yang ada di samudra itu tuan putri. Saya baru tahu karena saat saya dan Agra datang ke samudra di sana kami menemukan tuan putri. Saya sudah membujuknya untuk ke permukaan, ketika saya bertanya namanya bukan tuan putri" jelas Emily.

"Siapa namanya?"

"Namanya Recca Fion Valf..."

"Jadi? Kakak hilang ingatan maksudmu?" Tanya Angga ragu.

"Saya pikir begitu" ujar Emily a.k.a Emi.

"Baiklah terima kasih, tolong kembalikan ingatan Kakak lagi, ajari dia apapun" saran Angga.

"Baik, Lord"

Mereka kembali ke kamar Marsha dan Angga. Belum ada pergerakan dari Marsha. Bibi Zella menghampiri tubuh Marsha, "kenapa belum sadar juga?" Gumamnya.

Tak terasa air mata Bibi Zella menetas pelan tanpa suara. Bibi Zella menggenggam tangan Marsha erat.

****************************

Hay balik lagi!!!

Vote dan comment :)

Masih banyak typo dan yang lainnya...

Good bye see you for next chapter~

*Namiralifah*

My Husband Is LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang