{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}{}
Mentari bersinar terang di tambah kicauan burung terbang yang merdu dan embun pagi menyambut hari.
Seperti biasa, Marsha dan Angga dalam posisi terdekap. Marsha yang terlebih dahulu bangun. Jangan tanya dimana Kiki kelincinya karena sudah diambil Emily kemarin malam.
"Hmn..." dehem Marsha saat sinar matahari memasuki celah jendela kamarnya.
"Sudah bangun?" Marsha kaget, tumben-tumbenan Angga bangun sebelum Marsha.
"Sudah, apa kau tidak liat? Aku ingin mandi, selesai mandi aku ingin makan"
Marsha bangun buru-buru, refleks Angga melepaskan pelukannya di perut Marsha.
Marsha jalan ke kamar mandi untuk mandi selesai mandi ia turun ke bawah sudah siap dengan seragam sekolah dan rambut di ikat.
Hari ini, Emily dan yang lainnya tidak masuk di karenakan kesibukan mereka masing-masing. Hanya Angga dan Marsha.
Marsha duduk memakan sandwitch kesukaannya yang baru saja ia buat. Satu untuknya dan satu untuk Angga.
"Cepat!" Tegas Marsha.
Angga baru saja turun dari atas, membenarkan tas yang ia gandeng. Melahap sandwitch yang tinggal satu.
"Ayo! Nanti kita telat!"
"Sabar sedikit, aku sedang membenarkan tali sepatu ku, kau yang kecepat-tan"
"Jangan mentang-mentang kau bukan manusia, jadi jangan membangga diri!"
"Yayaya aku tau"
Marsha mengecek isi tas ranselnya, dan mengikat lebih kencang rambutnya.
Dia jadi lebih tegas, dan dingin. Dia pasti marah padaku batin Angga.
"Marsha!" Panggil Angga.
Marsha tidak menggubrisnya terus berjalan keluar rumah Angga di belakang mengekori.
Di dalam mobil terjadi keheningan tidak ada yang mau berbicara. Angga sesekali menoleh ke arah Marsha, Marsha tidak menyadarinya justru menatap luar mobil.
"Apa kau marah padaku?" Tanya Angga serius. "Tidak" jawab Marsha singkat.
Mereka sampai di sekolah, seperti biasa semua menatap mereka berbeda-beda sinis, iri, memuja dan ekspresi lainnya.
Mereka masuk ke kelas dengan santay aura Marsha kali ini berbeda aura yang baru saja bangkit, dingin dan tegas.
***************
Baru saja Marsha mandi, sore bahkan hampir malam, Marsha menatap jam dinding yang tergantung rapi. " 17.50" gumamnya.
Waktu senja seperti ini Marsha selalu menyempatkan diri menyandar di balkon kamar, angin menghempaskan rambut yang sengaja ia uraikan.
Tiba-tiba suatu melingkar di tubuhnya dan menjadi hangat. "Kenapa?" Tanya Marsha tidak menoleh.
"Tidak papa, apa kau marah?"
"Tidak"
"Kumohon bicara yang jelas, akhir-akhir ini kau selalu marah, dan bersikap dingin"
Marsha berbalik badan menjadikan mereka berdekatan bahkan tidak ada jarak diantara mereka wajah mereka pun hanya berjarak satu senti saja di bawah ada wajah Angga yang menatapnya polos.
"Bi-bisa kau tidak menatapku seperti itu? Jangan membuat ekspresi polosmu itu!"
"Memangnya kenapa?"
"Ti-tidak papa hanya saja, aku tidak suka melihatmu seperti itu"
"Jawab aku!" Tagih Angga.
"Jawab apa?" Tanya Marsha pura-pura tidak tahu.
"Kenapa kau sering bersikap dingin, arogant dan marah tidak jelas?"
"Arogant? Marah? Dingin?"
"Ya, kenapa?"
"Aku.... hanya sering di tinggal olehmu dan yang lainnya. Semenjak ada Recca maksudku Tuan putri kau jadi lebih peduli dengannya dari pada aku" lirih Marsha.
"Jadi kau cemburu?" Goda Angga membuat pipi Marsha memerah karenanya.
"Tidak kok," elak Marsha.
Angga menyambar mulut Marsha dengan mulutnya sendiri. Wajah Marsha yang merah di tambah merona oleh Angga.
Angga melepaskan mulutnya karena Marsha terlihat marah. "Kau.." Marsha pergi untuk tidur.
Marsha membaringkan tubuhnya dengan mulut ia majukan, "janganlah seperti itu!" Marsha menoleh sekilas lalu membuang muka dan memiringkan tubuhnya. Angga ikut membaringkan tubuhnya di sisi ranjang.
Lihat ekspresinya lucu sekali jika marah, memangnya dia kira aku tidak bisa melihat pipi cuby-nya memerah malu batin Angga tertawa puas.
Angga bangun walau hanya setengah badannya melihat wajah Marsha yang sudah tidur tertelap.
"Ternyata kau sudah tidur," Angga menurunkan tubuhnya lagi mengikuti Marsha dari samping memeluknya. Satu seringain dari bibir merah muda milik Angga, ide yang sudah lama ia wujudkan.
()()()()()()()()()()
"Hmn, apa sudah pagi?" Marsha bangun dari tidurnya. Melihat Angga yang sedang duduk di tepi ranjang tengah bersiap.
"Cepatlah, kau terlalu lama tidur jadi aku yang bangun duluan. Aku sudah menyiapkan makanan untukmu di bawah."
Marsha berjalan gontai ke kamar mandi, memakai seragam ketika sesudah mandi. Kini giliran Marsha mengganti gaya rambutnya dengan memakai bando merah menyesuaikan seragam.
Mereka bersama turun menuruni tangga, kali ini mereka makan bersama tidak mendahului.
"Siapa cepat dia dapat" lari Marsha mengejar Angga yang masih di belakangnya. "Kau curang!" Angga tidak mau mengalah.
"Suka dong," singkat Marsha. Dan Marsha sudah sampai di meja dapur membuat sarapan pagi.
"Minum dulu! Nanti kau kehabisan nafas dan mati" cibir Marsha. Angga meneguk segelas air yang di siapkan Marsha.
"Ini" Marsha menyodorkan makanan yang lumayan lezat. "Terimakasih"
Marsha juga duduk di depan Angga, selesai makan mereka bersekolah. Untungnya mereka tidak telat, justru terlalu pagi.
************
"Kiki! Kiki! Kiki!" Teriak Marsha.
"Angga, kau lihat Kiki tidak?" Tanya Marsha duduk di sofa ruang keluarga bersama Angga di samping.
"Kiki siapa?" Tanya Angga pura-pura tidak tahu. "Aku belum memberi tahumu ya?" Marsha mengingat-ingat, entah apa yang ia ingat.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Lord
FantasyKenyataan yang tidak aku ketahui, aku seorang Ratu dari kerajaan Altaric yang di ketahui Rajanya seorang Werewolf dan Ratu seorang Vampire. -Marsha Hinyaru- Aku sudah menemukanmu, dan kini aku tidak akan melepaskanmu kapan pun dan sedetik pun aku a...