Chapter 21

1.5K 60 0
                                    

***************************

Seminggu sudah berlalu belum ada pergerakan dari Marsha, Angga sudah frustasi kelopak matanya menghitam menandakan kurangnya tidur sang pemilik.

"Kenapa kau belum bangun?"

((()))

Di lain tempat yang gelap tidak ada penerangan berdiri seorang wanita yang kebingungan.

"Di mana ini? Angga!" Teriak wanita itu, wanita itu adalah Marsha.

Marsha menyusuri ruangan yang gelap, ruang gelap tanpa penerangan kini ia memakai dress berwarna putih tanpa alas kaki, sedari tadi ia sudah berteriak ruangan itu kedap suara dan udara herannya Marsha tidak merasa kesulitan bernafas.

"DI MANA INI?!" Teriaknya di sela isak tangis.

Ia jatuh terduduk sembari mengusap air matanya yang jatuh dengan kasar. Bangun berjalan tanpa arah.

Kakinya berlari ketika melihat cahaya sangat terang begitu terang hingga ia sendiri menutup mata silau.

Ia menoleh ke kiri sebuah bangku taman dan di sebelahnya lampu taman juga.

Duduk seorang perempuan selain dirinya memakai tudung sampai dagu, memakai gaun hitam dan tudungnya.

"Siapa kau?" Suara Marsha terdengar.

"Kau tak perlu tahu, yang jelas kau harus memilih! Pilihan itu ada di dirimu sendiri. Kematian atau kehidupan"

"Maksudmu apa?" Heran Marsha.

"Aku tak bisa menjelaskan, yang terpenting kau harus memilih jika sudah memilih jangan menyesalinya!"

"Apa?! Tidak memangnya kenapa?"

Wanita itu menghilang bersama bangku dan lampu taman tadi. Cahaya yang menyilaukan hilang tetapi ruangan lebih terang.

"Cahaya apa itu tadi?" Marsha mendekat ke cahaya itu. Maju selangkah demi selangkah, selangkah lagi tapi langkahnya terhenti.

"Jika sudah memilih jangan menyesalinya"

kata-kata itu terngiang terus di telinga dan pikiran Marsha, ia jadi sedikit ragu. Ia harus berpikir kedua kalinya.

Ia mundur beberapa langkah,

10 menit berlalu....

"Bagaimana...bagaimana..." gumamnya tak jelas.

"Baiklah aku sudah memilih!" Dengan tegar Marsha melangkah mempercepat langkahnya ke suatu arah

Dan....

/\/\/\

Di lain tempat.....

Duduk seorang pria di istananya sendiri, melamun menatap jendela.

Tok....tok....tok....

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunannya. Ia merapikan yang ada di atas meja depannya.

"Masuk!"

Seorang gadis masuk dengan gaya chasnya, cantik. Sampai di depan pria itu gadis di depannya berlari memeluk pria itu.

"Kakak! Oh kakak!"

"Yayaya, apa?" Tanya Sean ketus.

"Ekspersi wajahmu tidak mengenak'kan" Sealy menggeleng.

Sean segera mengganti ekspresi seenak di lihat mungkin. Sealy berubah juga ekspresi menjadi senyum.

"Gitu dong"

"Ada apa? Tumben sekali kau datang, pasti ada maunya!"

"Tau aja, tapi kali ini nggak lho"

"Aku tidak percaya, selalu kau bicara begitu!"

Sealy melepas pelukannya. "Apa kau tidak rindu dengan adikmu yang lucu ini?"

Memang selama lima hari Sealy tidak ada karena suatu masalah pemberontak jadi ia yang harus bereskan. Sean ia tidak mau jadi adiknya yang gantikan. Kemarin baru saja Sealy pulang.

"Temani aku bermain ayunan, tidak boleh menolak" Sealy menarik tangan Sean menjauh dari ruangan hingga mereka sampai di taman belakang kerajaan.

Sean p.o.v

Aku melamunkan Marsha, di pikiranku hanya ada dia. Aku tidak peduli apa statusnya sekarang. Aku mencintainya walaupun aku terlambat.

Karena dia aku membantai kerajaan Iblis, kalian tahu yang membenci Marsha? Ya, itu adalah Endreal, aku membunuhnya.

Saat itu aku baru saja ingin menyusup untuk menemukan Marsha. Tapi, di sana sudah ada kerajaan Iblis yang siap menyerang. Jadi, kami kerajaan vampire menyerang mereka secara diam-diam. Tanpa sepengetahuan

Akhirnya bisa Endreal membunuhnya, aku akan sedikit menceritakan ini tentang kerajaanku dan kerajaan Altaric.

Aku mempunyai kakek bukan keluarga. Ia mempunyai anak perempuan, tapi aku belum pernah melihatnya. Namun sayang anaknya itu hilang karena di culik pangeran kerajaan werewolf. Sebaiknya aku tidak bicarakan namanya. Mereka berdua membangun kerajaan pernikahan mereka di rahasiakan karena di larang menikah tidak sama bangsa. Karena tidak ada penerus jadi ayahku yang menggantikannya sebagai raja dan aku akan menjadi raja selanjutnya.

Aku putus asa, tapi aku harus mencoba sesuatu. Sebuah ide tercetak jelas di pikiranku.

Aku akan mencobanya!

Sean p.o.v end

****************************

"Bibi kenapa dia belum bangun?"

"Sabar nak, luka di perutnya terlalu besar belum lagi Ratu mengeluarkan belati secara paksa akibatnya ia kekurangan darah. Mungkin sekarang dia koma selama beberapa hari, tadinya kukira hanya sebentar" jelas Bibi Zella.

Satu pergerakan di jari kecil Marsha, mereka belum menyadarinya. Mata Marsha masih terpejam kuat tidak mau terbuka. Ia menangis satu tetes air matanya jatuh.

Marsha memilih tidur saja lagi, mungkin ia akan bangun nantinya. Semoga saja.

Marsha membuka kelopak matanya yang kini sudah bisa. "Hmn," gumamnya.

Marsha POV

Aku mendengar percakapan antara Mama dan Angga. Aku jadi merasa bersalah.

My Husband Is LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang