Chapter 28

1.5K 58 0
                                    

  "Angga aku ingin bicara denganmu," Marsha menunduk. "Bisa?" Marsha mendongak lagi.

Marsha menghampiri Angga yang sedang menonton Televisi. Angga menoleh, "panggil saja aku, istirahat saja!"

"Tidak papa, aku bosan di kamar terus, belum juga aku kabari dia sudah khawatir seperti itu" ucap Marsha di akhir ucapannya ia kecilkan volumenya.

"Apa?"

"Eh, tidak. . .tidak. . ."

"Bicara apa?" Tanya Angga to the point.

"Hmn. . .itu. . .anu. . .mn. . ." Marsha berbicara yang tidak jelas. "Bicara yang be- eh" Baru kali ini Marsha yang terlebih dahulu memeluk Angga.

"Kenapa?"

Angga merasa bahunya basah, apa mungkin Marsha menangis? Batinnya.

"Marsha" panggil Angga.

"A-aku..." Marsha merapatkan pelukkannya. "Hamil" desak Marsha.

"A-apa? Kau bohong? Yang benar? Jangan bercanda! Ini tidak lucu!" Mata Angga membulat sempurna.

Marsha melepaskan pelukannya menatap mata mereka masing-masing. Mata Marsha sembab masih ada sisa air matanya sembari tersenyum.

"Benarkah?"

"Iya!" Marsha mengangguk semangat.

"Terimakasih banyak!" Kembali Angga yang mengeluarkan air mata bahagianya.

"Tapi aku ingin tanya, apa yang kau lakukan padaku? Waktu itu?" Marsha mengubah wajahnya menjadi datar.

"Itu kau tahukan?" Angga menggaruk tengkuknya. Pasti itu tidak gatal pikir Marsha.

"Tidak papa, aku ingin-" Marsha buru-buru ke kamar mandi. Angga mengekori Marsha dari belakang.

"Besok kau tidak sekolah ya?"

"Tidak...mau" ucap Marsha di sela-sela muntahnya.

"Ya seterah kau sajalah" Angga pasrah.

""""""""""""""

"Marsha! Marsha! Marsha!" Teriak Angga. "Kau dimana? Kau tidak sekolah? Ini sudah mau telat! Kau tidak sekolah saja ya?!" Lanjut Angga.

Pintu kamar mandi terbuka, menampakkan Marsha yang tadi ke kamar mandi tanpa sepengetahuan Angga sendiri. Wajahnya lebih pucat seperti mayat hidup, bibirnya kering dan kelopak matanya hitam.

"Astaga Marsha, kau tidak usah ke sekolah saja. Aku mohon" ujar Angga.
menuntun Marsha untuk duduk di tepi ranjang, " baiklah aku tidak sekolah" ujar Marsha.

"Anak baik" Angga mengacak rambut Marsha kasar. "Hey!" Tegur Marsha ia membenarkan rambutnya.

"Aku pergi dulu," pamit Angga lalu pergi meninggalkan Marsha yang duduk matanya menjadi sendu.

Andai aku bisa sekolah batinnya. Bibir bawahnya ia majukan, perutnya mual kembali ia segera ke kamar mandi.

"Huft...sampai kapan terus begini?" Ucapnya memegangi perut datarnya menatap jendela kamar dengan serius.

Ia bangkit membuka pintu balkonnya lebar, kabut masih menutupi sebagian jalan dan sekitarnya, angin pagi menyeruk wajah dan tubuh Marsha.

Marsha menghirup udara pagi yang sejuk mengeluarkannya perlahan. "Sejuk!" Gumamnya.

Tak terasa siang sudah tiba Marsha belum kembali dari balkonnya. "Sudah siang loh" seru seseorang, Marsha menoleh sembari mengelus dadanya.

"Aku tahu, bagaimana belajarmu? Apa Shire bertanya tentangku? Kenapa kau pulang cepat sekali? Kau membolos?"

My Husband Is LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang