Chapter 22

1.4K 50 0
                                    


***********************

Hangat....

Aku mendongak siapa yang memeluk'ku? Ah, Angga bagaimana bisa? Aku kemarin berada di air terjun.

Tiba-tiba saja aku tersenyum, nyaman sekali andai setiap hari aku seperti ini aku akan bahagia.

Aku memandang wajahnya terus, " terus saja melihatku begitu" aku kaget, aku menegelamkan wajahku di dadanya.

"Diam kau!"

Pelukannya semakin erat bukannya melonggar. "Bisa kau lepaskan tanganmu ini?" Tanyaku ketus.

Aku sedang tidak mood untuk bicara dengannya karena kemarin.

"Apa kau marah padaku?" Jelas aku marah tau.

"Tidak" kekangku.

"Jangan bohong, aku tahu itu" matanya mengitimigasi diriku.

Pandangan kami saling bertemu, ya aku tahu dia pasti melihat mataku.

"Sudahlah!"

Aku meronta bangun, berhasil aku bangun tapi tangannya menangkap lenganku akhirnya aku sia-sia tidak bisa bangun.

Aku melongo wajahnya begitu dekat bahkan hampir habis jarak kami. Dia di atasku, aku menatapnya garang.

"Minggir!" Usirku.

"Tidak mau" tolaknya.

Aku membuang muka ke sembarang sisi. "Jangan mengelak"

Aku kembali menatapnya, sebenarnya aku tidak berani.

"Apa?"

"Ada apa denganmu? Begitu masuk lalu marah tidak jelas bahkan gaun bawahmu itu basah nanti kau bisa masuk angin"

"Aku tidak peduli"

Uh, lapar aku ingin makan sudah berapa minggu aku tidak makan. Baiklah aku mengalah aku akan memintanya.

"Kenapa? Apa kau lapar?"

Dengan bodohnya aku mengangguk, perutku ini tidak bisa di ajak kompromi.

Dia menarik wajahnya, keluar. Dia keluar beberapa pelayan datang aku tahu pasti mereka menyuruhku bangun.

"Saatnya mandi Ratu"

Benar dugaanku aku ingin mandi sendiri. Mau Mandiri alias mandi sendiri.

Aku sendiri membuka gaun yang ku pakai. Aku menenggelamkan tubuhku dan wajahku yang sudah lama tidak mandi. Aroma Lavender, aroma kesukaanku.

Selesai mandi, aku memakai gaun biru dengan pernak-pernik di bagian dada dan hig gless biru laut. Memakai mahkota berbeda setiap harinya.

Satu pelayan membawakan makanan untuk'ku. Apa? Makanan daging mentah dan segelas darah? Apa tidak salah?

Aku memanggil pelayan yang membawa makananku," siapa yang menyuruhmu? Membawa makanan seperti itu?"

"Raja yang mulia"

Aku baru ingat Angga memberikan darahnya kepadaku. Oke aku harus membiasakan.

"Terima kasih" pelayan itu pergi bersama pelayan yang lainnya selesai menghiasi rambutku.

Aku bangun, melihat jendela sudah siang ternyata. Sekebo apa aku tidur? Karena terlalu nyaman tidur sampai-sampai aku kesiangan.

Aku berjalan menyusuri koridor istana, aku mau kemana yak? Di mana Angga?

Dia pasti di ruang kerja, aku melewati taman halaman istana. Tidak sengaja aku mendengar pembicaraan seseorang.

"Apa kau tidak ingat aku? Cobalah mengingat! Ingat kita selalu bersama, bahkan setiap hari"

"Aku tidak bisa mengingat!"

"Ingatlah kebersamaan kita, susah senang aku dan kau selalu bercerita"

Aku mengintip dari balik pohon ternyata Angga berbicara dengan Recca. Kenapa hatiku tidak enak? Aku tidak tahu.

"Arghh...aku tidak bisa mengingat!"

Kenapa Angga terus berusaha mengingatkan Recca sesuatu. Ada yang di sembunyikan dariku. Huh, aku tidak mau berbicara dengan Angga. Aku melegang pergi.

Aku melihat ada ayunan, sejak kapan ada ayunan. Aku duduk di ayunan itu mendorong dan menarik sendiri agar goyang ayunan itu.

Zeroun yang kebetuluan lewat aku panggil.

"Zeroun!"

Zeroun menoleh ke arahku menghampiriku. "Ada apa?" Katanya setelah menunduk lalu menatapku.

"Ada hubungan apa Angga dengan Recca?"

"Ah, anda tidak tau?"

Apa katanya aku memang tidak tahu Angga tidak pernah memberi tahu jangan-jangan Recca itu tunangan Angga lagi berapa banyak tunangannya.

"Tidak" aku menggeleng.

"Tuan putri itu_"

"Maksudmu apa? Tuan putri? Apa yang kau panggil Tuan putri?" Aku memotong katanya.

"Tuan putri itu adalah Mariana Acrew Woln yang tak lain Recca Fion Valf teman yang anda maksud"

Kata-kata Zeroun membuatku tercengang.

"Dia itu kakak dari Raja anak pertama dari Ratu Qia dan Raja Zif."

"Tolong lebih jelas lagi" aku semakin tidak mengerti.

"Biar saya beritahu, Tuan putri itu adalah Mariana yang tak lain Recca teman anda. Dulu, terjadi pemberontakan kerajaan Vampire dan Werewolf mereka meminta kembalikan Ratu dan Raja karena asal mereka, pernikahan mereka sangat rahasia. Hingga prajurit salah satu dari mereka tahu dan menyebar. Raja dan Ratu melarikan diri sampai mereka membuat kerajaan sendiri. Raja Angga dan Tuan putri Mariana bertarung, karena Tuan putri ingin menolong adik satu-satunya ia tidak memerhatikan keadaan dan akhirnya jatuh ke jurang. Jurang itulah di bawahnya Samudra tempat di mana anda di kembalikan" katanya panjang jelas.

Aku hanya ber'oh saja.

"Saya permisi dulu, Ratu"

"Ya"

Setetes air mata jatuh di pipiku, aku menangis senang. "Kenapa kau menagis?" Tanya seseorang yang begitu familiar di telingaku.

"Eh, aku tidak apa-apa"

"Jangan berbohong lagi,"

"Iya aku mengaku menangis, sudah? Aku pergi dulu"

Aku melenggang pergi darinya. Aku lupa makan yah pasti nanti makanannya dingin.

Aku kembali ke kamar untuk makan. Benar saja masih ada makanan dan hampir dingin.

Aku memakannya dengan sedikit jijik tapi aku lapar. Aku memakannya dengan mata tertutup satu suap masuk ke mulutku.

Wuah, enak aku memakannya sampai habis. Datang satu pelayan membawa kembali bekas makanku.

Bagaimana keadaan Mama ya? Aku sudah lama tidak bertemu mama lagi. Aku ingin memeluknya erat.

()()()()()()()()()()()

Hay....

Vote dan comment :)

纳米热爱阿里发挥普通日

vote nya dong!

My Husband Is LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang