Chapter 13

1.9K 77 0
                                    

  Pertanyaan terus berputar di pikiran si sulung kerajaan Marical yang tak lain adalah Claire Darolyn. Pengganti sang ratu penyihir.

"Jika benar..." Claire berjalan menyusuri koridor istana dengan gaun sedikit lebih besar di bagian bawah.

Claire menarik nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya perlahan.

"Aku akan meminta maaf atas kelakuan kerajaan ini agar kerajaan ini bisa berjaya jika ada yang membantu melawan musuh, tapi....aku tidak tau siapa yang di maksud ratu kerajaan yang terbilang paling kuat? Dan apakah ibu memperbolehkan?"

¤¤¤¤¤¤

Jam menunjukan pukul 20.40 malam. Suasana angin malam menembus kulit putih nan mulus Marsha. Dia sedang menopang kepalanya dengan telapak tangannya. Dia berada di balkon kamarnya.

"Dimana dia dari pagi belum kembali juga,? Menyebalkan!" Gerutu Marsha.

Tiba-tiba sebuah tangan memeluk pinggang Marsha sontak membuat Marsha hampir ingin lompat.

Marsha pasti sudah tau siapa orang yang berbuat seperti itu selain suaminya. Ralat, dia belum mengakuinya. Walau tidak usah memgadakan pernikahan kembali.

"Kenapa selalu mengagetkan?" Tanya Marsha ketus. "Apa tidak boleh? Tanya balik Angga.

"Tidak boleh!!" Marsha memajukan bibirnya dengan kata lain cemberut. Angga semakin gemas melihatnya.

Dia menggunakan bahu istrinya untuk menopang dagunya. "Apa sebegitu sibukmu di sana hingga melupakan'ku?" Ucapan itu keluar mulus di bibir tipis Marsha. Pemilik bibirnya pun kaget dengan apa yang dia katakan. Angga tersenyum senang ternyata istrinya cemburu walau dengan pekerjaan saja.

"Apa kamu cemburu?" Goda Angga.

"Hah? Ti-tidak kok!" Seketika pipi Marsha blushing. Dia mencoba memalingkan wajah cantiknya.

"Jangan berbohong!" Goda Angga lagi. Kini Marsha di buat tidak-tidak. Angga mengangkat kembali dagunya yang masih menempel di bahu Marsha. Lalu memeluknya dari belakang  secara tiba-tiba lagi.

Jika kau bukan suamiku akan ku gorok lehermu itu yang jejang.

Angga benar-benar tidak percaya. Di pikiran Marsha, Marsha mengatakan 'suami'.

"Apa kamu menyebutku sebagai suami?" Angga masih saja tidak percaya.

"Bukankah kau memang suami? Atau aku tidak akan menyebutmu sebagai suami? Baiklah aku tidak akan menyebutmu suami!"

"Hah?... eh.... jangan dong?" Mohon Angga dia mengeluarkan jurusnya yaitu mengeluarkan mata puppy eyes. Yang bisa membuat luluh hati Marsha.

"Huh... ya sudah, aku ingin tidur" Marsha melepaskan pelukan Angga kembali. Dia menuju kasur yang empuk, Di ikuti Angga.

Angga pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Sudah mandi dia mendapat panggilan pikiran dari Zeroun.

Angga memang meminta Zeroun untuk menjaga kerajaan di sana di temani Achazia, Agra dan Evant.
Zeroun yang menjaga istana Achazia mengecek perbatasan manusia, Agra sedang berburu untuk mereka dan Evant sedang mengamati keadaan di hutan Hewars. Angga pergi dari pagi hingga malam? Karena baru saja dia melakukan petarungan kecil antara kerajaan Altaric dan Varen.

Flashback_

Angga sedang mengamati sebuah perkarangan di halaman istana yang di sukai istrinya, Marsha. Dengan menjongkok.

"Mungkin dia akan senang!" Angga baru saja menyelesaikan tanam menanam bunga Mawar putih dan Mawar merah.

Prok...prok...prok...
Suara tepukan tiba-tiba mengagetkan Angga.

My Husband Is LordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang