Difa Maharani. Gadis berambut panjang itu berjalan memasuki gerbang SMA Tri Sakti dengan senyum yang mengembang. Bagaimana tidak? Ia akan menjadi murid baru di sekolah ini. Sekaligus menyandang status adik kelas.
Ada yang mau temenan sama gue nggak ya batin Difa.
Difa cukup popular di SMP nya. Followers instagramnya juga ribuan. Mudah saja jika ia ingin memiliki teman. Entah hari ini ia merasa asing, mungkin karena ini hari pertamanya menjadi anak SMA.
Tiba - tiba ada yang memegang bahunya membuat Difa menoleh.
"Hei, lo masuk sekolah ini juga?" tanya perempuan yang memegang bahu Difa. Yang di ketahui namanya ialah Farah.
Difa mengangguk "Lo juga Far? Yaampun akhirnya gue punya barengan"
Farah tersenyum sambil merapikan rambutnya "Yaudah yuk masuk"
Difa dan Farah memang saling mengenal, bahkan berteman. Dulu mereka satu sekolah saat SMP.
Sekarang mereka harus menjalani PLS selama tiga hari. Ya, Pengenalan Lingkungan Sekolah.
"Perhatian bagi calon murid baru, sekarang kalian berkumpul di lapangan untuk melakukan apel" ucap Rifal selaku ketua osis di SMA Tri Sakti.
Farah menatap Rifal dengan mulut yang terbuka "Itu ketos kok ganteng sih Dif? Dia masuk daftar calon gebetan gue di sekolah ini pokoknya"
Difa menoleh cepat "Ish lo apaan sih? Ini baru hari pertama ya. Jaga image, please"
"Ck. Alah sok nggak demen lo. Gue emang gini Dif, sekali ngeliat yang seger dikit rasanya pengen gue bawa pulang"
Difa menggeleng - gelengkan kepalanya, heran dengan temannya yang satu ini "Cowok mulu pikiran lo. Udah ayo ke lapangan"
3 L. Lemah, letih, lesuh yang Difa rasakan. Baru setengah jam ia berdiri keringatnya sudah bercucuran deras. Bahkan mendengarkan pidato dari ketua osis pun tidak.
Farah mengipas - ngipaskan tangannya di wajahnya yang memerah akibat teriknya matahari "Gila tu orang betah banget ngomongnya. Nggak panas apa. Gue udah mau mateng nih"
Lain halnya dengan Derlan, Vano, Deon, dan Noval. Empat cowok itu ngadem di bawah pohon di belakang sekolah. Malas untuk mengikuti apel.
Deon menyenderkan punggungnya pada pohon sambil meminum minuman dingin"Santai kayak di pantai. Kagak usah panas - panasan"
"Emang apel buat apaan. Penting juga kagak"
"Mending liat video yang iya iya di hp gue"
"Gue kemaren ketemu sama si Rahma, anjir makin hari makin oke tuh bodynya"
"Nggak lo sikat aja man"
"Gue sih oke kalo sama dia, lah masalahnya dianya mau apa kagak sama gue"
"Mana mau Rahma sama cowok model kayak lo"
"Bangsat"
Derlan tidak menanggapi ocehan teman - temannya.
Farah celingak celinguk mencari mangsa baru. Entah ia merasa tidak percaya diri jika tidak mempunyai pacar. Ia memiliki prinsip : Percuma cantik tapi nggak punya pacar. Berhubung ia baru saja putus dengan pacarnya, ia langsung mencari mangsa baru.
"Lo masuk kelas apa Dif?"
"10 IPA 2" jawab Difa sambil mencari nama Farah di daftar pembagian kelas.
"Lo sekelas sama gue Far. Akhirnya gue nggak sendiri, seenggaknya ada lo yang gue kenal"
"Demi apa gue sekelas sama lo? Yaampun. Tiga taun gue sekelas sama lo mulu"
****
Derlan dkk berjalan di koridor dengan gagahnya. Empat cowok itu memang memiliki tampang yang di atas rata - rata. Tak heran jika banyak siswi kakak kelas yang memuja mereka. Bahkan beberapa kakak kelas berkumpul di koridor kelas sepuluh hanya untuk melihat objek baru. Siapa lagi kalau bukan adik kelas yang cogan. Mereka berempat juga bershabat saat SMP dan tentunya sampai sekarang.
'Yaampun itu adik kelas kenapa cogan semua'
'Yang depan siapa sih namanya'
'Buat gue satu plis'
'Ntar gue pengen tinggal kelas deh, supaya sekelas sama mereka'
'Punya cewek nggak ya'
Kira - kira begitu bisikan yang mereka dengar. Mereka tidak menanggapi. Kalau kata Deon : Masih hari pertama. Kasih kesan yang bagus, jaga reputasi.
"Gue yakin pasti gue betah sekolah di sini" seru Deon dramatis.
Lanjut Deon "Orang di sini ceweknya cakep - cakep. Gimana gue nggak betah? Ye nggak?"
Vano menoleh "Cewek mulu lo. Nyari yang oke dikit kek. Mantan lo rata - rata kalo ngeliat cogan matanya nggak ngedip"
Deon menjitak kepala Vano "Sialan lo"
Noval melihat siswi masuk ke kelas 10 IPA 2. Ia menyadari sesuatu.
"Itu bukannya Difa?"
Vano dan Deon menoleh dengan cepat. Mereka memang mengagumi Difa sejak mereka SMP. Difa yang cantik, bodygoals, pintar. Vano, Noval, dan Deon sering mengstalker Difa di instagram.
Deon membulatkan matanya "Lah sekolah sini juga? Wah makin betah gue"
Derlan menoleh sekilas.
Derlan memang mengenal Difa, hanya sebatas kenal. Tolong di garis bawahi sebatas kenal. Teman - temannya sering membicarakan Difa. Bahkan teman - temannya pun juga sering menstalker Difa.Tanya Vano menyenggol lengan Derlan "Punya cowok nggak sih?
Jawab Derlan "Mana gue tau. Lo tanya aja sama orangnya"
Mereka memasuki kelas 10 IPS 3. Mereka berempat satu kelas. Betapa beruntungnya kelas itu di tempati oleh cogan.
****
Ini cerita keduaku, yang kemaren belum selesei sih sebenernya, cuman gatau kenapa aku lebih tertarik di cerita ini, hehe 😊
Vote and comment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [Completed]
Teen FictionKarna gue punya komitmen buat nggak sama lo lagi -Derlan Erlanino. Please love me again, im sorry -Difa Maharani. Percaya atau tidak, sesuatu yang diawali dengan kebohongan itu tidak akan selamanya membuat bahagia. © by Virgianandaps