Difa yang sedari tadi memandangi ponselnya menunggu balesan chat dari Daniel. Cowok itu selalu saja lama membalas chatnya. Sekali membalas, cuek dan singkat.
Difa : Udah makan belom? 😚 jangan telat makan please, aku ga mau kamu sakit 😧
5 menit
10 menit
15 menit
20 menit
Read.
Yes akhirnya di read, batin Difa.
Senyum mengembang di wajahnya kala Daniel sudah membaca chatnya. Lama ia menunggu namun Daniel tak kunjung membalasnya juga.
Serius ini cuma di read? batin Difa.
Difa menaruh ponselnya di nakas, dan berjalan ke balkon kamarnya. Ia mendudukan dirinya pada kursi yang di sediakan papanya di balkon. Menerawang kejadian dulu, dimana saat ia dan Daniel masih satu kota dan satu sekolah. Dulu Daniel tidak seperti ini, dulu Daniel yang selalu perhatian, selalu memanjakan Difa, dan tidak pernah cuek pada Difa. Tidak seperti sekarang. Daniel jarang memberi kabar, membalas cepat chat Difa saja juga jarang. Sibuk? Tidak mungkin, yang Difa tau Daniel tidak mengikuti ekskul apapun. Jadi, banyak waktu luang kan?
Semenjak mereka berbeda kota, entah mengapa Difa merasa bahwa Daniel berubah. Seharusnya jarak bukan penghalang suatu hubungan kan?
Sering kali Difa berpikir bahwa Daniel memiliki perempuan lain, tapi pikirannya itu di tepis jauh - jauh olehnya.
Dering ponsel membuyarkan lamunan Difa. Difa buru - buru mengambil ponselnya di nakas sambil tersenyum "Pasti dari Daniel" gumamnya.
Ia membuka dan senyumnya luntur seketika.
Gue kira dari Daniel, batin Difa.
Derlan : Hei 😜
Bales nggak ya, batin Difa.
Difa : hei, kenapa Lan?
Derlan : nggak, kapan kapan gue ajak jalan mau?
Duh ngapain dia ngajakin gue jalan, batin Difa.
Ia menutup chat Derlan dan mencari kontak Vania. Ia menghubungi Vania, menanyakan pendapat Vania tentang ajakan Derlan barusan.
Cerocos Vania "Ya hallo? Apaan Dif? Malem malem calling gue?"
Difa menggigit kukunya "Mm aneh gak sih kalo Derlan ngajakin gue jalan, menurut lo gimana?"
"Oh si Derlan, loh WHAAAAT, Derlan ngajakin lo jalan? Demi apa Difaa? Udah sih iyain aja"
Difa menghela nafas "Kan gue udah punya Daniel, kok jalannya sama Derlan sih Van"
Vania mendengus "Ya sekarang gini deh, lo sama Daniel LDR an ya, kalo lo jalan ama si Derlan, Daniel juga ga bakalan tau. Gue denger dari Farah si Daniel cuek bebek sama lo, udah ga kayak dulu lagi. Dan sekarang? Lo jalan ama Derlan anggep aja refreshing. Gapapa kali cuma temen"
Difa menggigit bibir bawahnya "Iya sih, cuman kan---"
Vania memotong ucapan Difa "Kenapa? Takut Daniel marah? Suruh siapa dia sekarang ga peduli sama lo"
Iya juga ya, batin Difa.
"Gatau deh liat ntar aja ah, tapi menurut lo-"
"Udah ih gak usah kebanyakan menurut lo, iyain ajalah"
Tut tut tut
Difa : liat ntar aja ya.
Derlan : oke :)
****
Deon tersenyum menyeringai sambil mengetikkan sesuatu di ponsel Derlan.
Deon,Vano dan Derlan memang saat ini sedang di rumah Noval, tepatnya di kamar Noval.Vano sedang asik memainkan gitarnya dan bernyanyi dengan suara yang memaksa di baguskan.
"That sold bi me hold yor hand, that sold bi me meking you laugh, that sold bi me this is so sed that sold bi me that sold bi me"
Noval melepar bantal ke arah kepala Vano "That should be me bego! Ketara nilai Bahasa inggris lo jelek"
Vano mengelus ngelus kepalanya "Sialan. Nilai Bahasa inggirs gue bagus ye sok tau lo"
Derlan menyahut "Berapa emang cot?"
Vano nyengir tanpa dosa "7, itu udah bagus kalo kata gue"
Deon tiba - tiba berdiri dan duduk di sebelah Derlan sambil mengatakan "Lo harus teraktir gue Lan"
Derlan menaikan sebelah alisnya "Tiap hari gue udah nraktir lo bangsat"
Deon menyeringai memposisikan ponsel Derlan di depan wajah Derlan "see? Gue udah bilang man, lo tinggal bilang ajak jalan aja lama kek siput. Keburu di ambil orang. Jawaban liat ntar itu udah kemungkinan iya man"
Derlan molotot merampas ponselnya, melihat apa saja yang di kirimkan Deon "Ck apaan apaan lo? Lancang amat tangan lo yon"
Dalam hati Derlan sangat berterima kasih pada Deon karena telah mengirim chat itu. Karena Derlan sendiri kelewat gugup hanya untuk chat dengan Difa.
Vano menyahut "Napa lo Lan? Siapa yang lo ajak jalan? Bu kantin nih pasti"
Deon menjawab cepat "Si bening Difa"
Vano dan Noval melebarkan matanya.
Vano melempar asal gitarnya dan duduk di tengah - tengah Derlan dan Deon. Alhasil Deon jatuh dengan pantatnya yang mendarat mulus ke lantai.
Deon mengelus ngelus sayang pantatnya "Bangsat Vano"
Cerocos Vano "Lo ngegas amat Lan? Si Difa mau kagak? Wah kemajuan pesat lo. Ga pernah pacaran, sekali pedekate dapet yang bening"
Noval menggeleng gelengkan kepalanya "Bang Derlan udah gede"
Derlan terkekeh geli "Najisin lo"
****
Difa mau nggak ya? 😄
Vote and comment!
Maafkan typo bertebaran dimana-mana 😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [Completed]
Teen FictionKarna gue punya komitmen buat nggak sama lo lagi -Derlan Erlanino. Please love me again, im sorry -Difa Maharani. Percaya atau tidak, sesuatu yang diawali dengan kebohongan itu tidak akan selamanya membuat bahagia. © by Virgianandaps