15. Hukuman

2.7K 141 0
                                    

"Iya sayang, ntar kita ketemu di cafe biasa kan?"

"....."

"Iya honey, love you too. Muachh"

Difa mengernyitkan dahinya menatap Farah.

"Harus banget ya lo telponan ama cowok lo segitu alaynya?"

Farah mengedikan bahunya tak peduli.

Vania belagak muntah mendengar percakapan Farah dengan pacarnya tadi di telepon.

"Hueeek"

"Yang keberapa tuh?"

Farah santai menjawab "Keenam"

Difa melongo "Buset, serius lo Far?"

Farah mengangguk "Gue harus pinter pinter bagi waktu tau gak,"

Vania menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Gue prihatin"

"Kenapa emang?"

Vania manjawab dengan tampang polosnya "Ya gue prihatin ama cowok yang lo pacarin, kasian gue"

Lanjut Vania heboh meraba-raba wajah Farah "Etapi lo gak cantik cantik amat, kok bisa laku keras di pasaran sih?"

****

Jam pelajaran kelima, Fisika. Pelajaran yang sangat di hindari Difa, Vania dan Farah. Bukan apa-apa, mereka malas jika Bu Retno yang menagih tugas mereka seperti rentenir yang menagih hutang.

"Dalam waktu 15 detik, buku tugas kalian harus terkumpul"

Para murid langsung berlomba-lomba menaruh buku tugas mereka di meja guru.

Difa membuka buku tugasnya dan seketika panik. Ia menoleh pada Farah dan Vania.

"Lo udah selesai ngerjain?"

Mereka berdua mengangguk.

Difa menatap kedua sahabatnya dengan tatapan "mati gue"

"Kok lo gak kumpulin sih?

"Gue belum kelar ngerjainnya, duh gimana dong?"

Difa melihat Bu Retno sedang menghitung jumlah buku yang terkumpul.

"Difa"

Difa memejamkan matanya bergumam "Mati gue"

Bu Retno sudah memasang wajah seramnya.
Bersiap-siap menghadiahi Difa yang tidak mengerjakan tugas yang ia berikan.

Alih-alih Bu Retno akan memarahinya, Difa maju ke depan.

"Oke oke bu, saya keluar aja gak papa, jangan marah marah bu please"

Lanjut Difa dalam hati, supaya keriputnya gak nambah.

"KELUAR SEKARANG JUGA DAN LARI DI LAPANGAN 20 PUTARAN!??"

Difa memasang muka melasnya "Jangan dua puluh dong bu-"

"30"

"Eh-eh iya iya 20 deh bu"

****

Dengan langkah lambat namun pasti Difa berlari kecil mengelilingi lapangan. Baru dua putaran ia sudah merasa lelah. Di ujung lapangan, terlihat Pak Zunaedi sedang memarahi empat siswa lelaki.
Difa tidak dapat melihat wajah mereka, karena mereka berdiri membelakangi Difa.

Regret [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang