13. Lili putih

3K 144 0
                                    

Parkiran SMA Tri Sakti di buat gempar oleh dua sosok yang baru memasuki parkiran sekolah. Ya, Derlan dan Difa. Para murid yang biasanya suka update di socmed pun langsung membuka ponselnya dan memotret mereka diam-diam.

Memang siapa sih yang tidak kepo tentang hal yang berhubungan dengan dua anak yang eksis itu. Ada yang menatap sinis, dan tentunya itu di berikan pada Difa. Tetapi tidak sedikit juga yang memberikan tatapan kagum.

Difa turun dari motor Derlan, menatap ke sekeliling dengan takut-takut. Difa hendak meninggalkan Derlan namun Derlan dengan cepat memegang lengannya.

"Bareng"

Difa mendekatkan wajahnya dan berbisik "Lo tau gak sih mereka natap gue kaya mau ngebunuh"

Derlan mengitarkan pandangannya ke sekeliling, baru ia sadar bahwa banyak sekali siswi yang menatap sinis pada Difa.

kalo cantik emang banyak yang sirik, batin Derlan.

Difa berusaha melepaskan tangan Derlan di lengannya namun gagal karena Derlan justru mengalungkan tangan di bahunya.
Difa melotot sedangkan Derlan menarik Difa untuk lebih dekat dengan tubuhnya. Ia mendekatkan wajahnya pada telinga Difa dan berbisik "Ada gue, mereka gak bakal berani ngapa ngapain lo"

Di belokan koridor mereka berpapasan dengan Letta cs. Derlan semakin mengeratkan rangkulannya di bahu Difa. Ia sudah siap siaga jika Letta berulah lagi. Letta menatap keduanya dari atas sampai bawah dengan tatapan songongnya, sedetik kemudian Letta malah tersenyum manis.

"Wow ternyata kalian makin deket aja ya"

Angel dan Gia menimpali.

"Pake lem apa sih? Lengket banget perasaan,"

Gia menunjuk tangan Derlan yang merangkul bahu Difa "Iya nih rangkul rangkulan lagi"

Difa menatap Letta cs dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

Derlan mengabaikan omongan Letta cs dan melenggang begitu saja bersama Difa.

Letta yang melihat punggung Derlan menjauh di belokan lun melunturkan senyumnya menjadi tatapan tajam seakan ingin menerkam "Ck sial, makin lengket aja Derlan ama tuh cewek"

Gia menenangkan Letta "Udahlah, kita diem aja dulu. Biarin seneng dulu aja sih, ya nggak bitch?"

Angel mengangguk.

****

Kelas Difa sedang jam pelajaran olahraga. Difa sangat tidak menyukai pelajaran ini. Ia lebih suka menari, meskipun ia berlatih berjam-jam ia akan tetap melakukannya. Karena menari, ia bisa mencurahkan isi hatinya lewat tariannya. Tetapi jika di suruh olahraga, ia malas semalas malasnya orang malas. Lain halnya dengan Farah dan Vania, mereka sangat berantusias bermain bolla volly.

Ia duduk di pinggir lapangan menyeka keringat di dahinya, melihat teman-temannya yang sedang bermain basket, ia jadi teringat sesuatu.

Daniel.

Saat SMP, Daniel jago bermain basket, bahkan ia ketua tim basket sekolahnya.
Sebenarnya, Difa lebih suka anak futsal, tetapi entah mengapa dulu ia menyukai Daniel yang menjabat menjadi ketua basket.

Lamunannya buyar ketika tiba-tiba ada benda yang menyentuh pipinya.

"Nih minum"

Difa ragu menerima botol air mineral namun tak urung ia menerimanya juga "Thanks ya"

Difa menerima botol air mineral dan langsung ia teguk karena memang ia haus.

Regret [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang