16. Relationship?

2.9K 138 2
                                    

Difa menatap foto seorang laki-laki yang berparas tampan, tinggi, dan berhidung mancung.
Tanpa sadar, ia meneteskan air matanya.

Sudah satu minggu Daniel tidak menghubunginya. Nomornya juga selalu tidak aktif.

Difa berbicara menunjuk-nunjuk foto "Kamu ngapain aja sih niel? Aku khawatir tau gak,"

"Hiks udah seminggu gak ada kabar,"

"Aku mikirnya jadi kemana mana hiks hiks"

Ceklek

Pintu kamar Difa terbuka memperlihatkan Diana.
Diana masuk kemudian duduk di tepi ranjang.

"Kok nangis sih anak mama? Kenapa lagi?"

Alih-alih menjawab, Difa malah memeluk Diana.
Diana mengelus-elus punggung Difa.
Diana bertanya lembut "Kenapa hm? Cerita sama mama"

"Hiks hiks Daniel ma, dia gak ada kabar, aku gatau dia disana ngapain aja dan sama siapa"

Diana meregangkan pelukannya "Sebelumnya dia mungkin udah ngasih alasan kenapa dia-"

Difa memotong ucapan Diana "Iya udah, dia bilang dia sibuk sama sekolah. Siapa sih ma yang gak tau Daniel? Boro boro sibuk sekolah, dia nyatet pelajaran aja nggak, mama tau sendiri kan dia itu gimana,"

Diana melepas pelukannya menatap lembut putrinya "Sayang, kalo kamu udah nggak kuat, lepasin aja jangan di paksa, ya"

Difa menggeleng cepat "Enggak ma, sayang aku udah jalan setaun sama dia-"

"Iya sayang mama tau, tapi mau selama apapun kamu ngejalanin suatu hubungan dan malah buat kamu makin sakit ngapain di lanjutin?"

Difa diam.

Diana melanjutkan "Mama tau kamu sayang dia, kalau nanti putus nggak harus musuhan kan?"

Tiba-tiba dering ponsel Difa mengintrupsi.

Derlan is calling...

Diana tersenyum penuh arti "Tuh udah ada gantinya,"

Difa tersenyum malu seraya menggeser tombol hijau di ponselnya.

"Hallo?"

"Lo keberatan nggak nih kalo besok lo nonton gue tanding?"

Difa mengerutkan dahinya bingung.

Tanding? Tanding apa? Oh yaampun gue lupa kalo dia masuk tim futsal sekolah, batin Difa.

Mengapa Difa bisa tahu jika Derlan anak futsal? Vania sahabatnya yang memberi segala informasi tentang Derlan sekalipun Difa tidak memintanya.

"Jam berapa emang?"

"Jam dua siang, gimana? Mau?"

Difa menimang-nimang "Yaudah iya, gue dateng"

Terdengar suara sangat pelan "yes" dari seberang sana.

"Yaudah, see you. Good night calon"

"Calon? Calon apa?"

Terdengar kekehan dari seberang sana "Lo maunya calon apa? Pacar atau istri?"

Difa blushing untuk yang kesekian kalinya gara-gara perkataan receh Derlan.

"Udah ah gue tutup"

Tut tut tut

Difa menaruh ponselnya di nakas dan tersenyum sambil memeluk boneka. Sadar atau tidak, Derlan membuat moodnya naik, dari yang menangis hanya karena Daniel, dan sekarang hanya mendengar perkataan receh Derlan saja membuatnya tersenyum terus menerus.

Regret [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang