8. Bersama

3.4K 165 14
                                    

Di sarankan untuk baca part sebelumnya ya kalo kalian lupa alurnya 😌

**

Derlan dan Difa sampai di taman. Entah dapat keberanian dari mana ia menggenggam tangan Difa.
Anehnya, Difa tidak menolak. Mereka berjalan beriringan, Derlan mengajak Difa duduk di bangku yang ada di taman.

Entah mengapa, setiap Derlan berada di dekatnya, ia selalu gugup. Mungkin Difa tidak tahu bahwa butuh keberanian yang besar bagi Derlan untuk menggenggam tangannya, hanya saja Derlan sangat mudah menetralkan ekspresinya. Sepertinya Derlan love at first sight pada Difa, sebut saja lebay, tapi memang itu yang di rasakan Derlan.

Derlan mengitarkan pandangannya ke sekeliling taman. Pandangannya jatuh pada pedagang yang menjual es krim "Lo mau es krim?"

Difa menggeleng tidak enak "Eh nggak deh---"

Derlan memotong ucapan Difa "Udah nggak papa. Mau rasa apa? Coklat?"

"Terserah lo aja deh Lan"

Katanya nggak mau Dif.

Derlan berdiri mendekati pedagang es krim tersebut. Ia membeli dua. Satu untuk dirinya, dan satu lagi untuk pujaan hatinya.

"Nih"

"Thanks Lan"

Derlan terkekeh seraya menyisir rambutnya ke belakang kenggunakan tangan kirinya "Santai lah, temen lo Vania emang begitu kalo ngeliat gue? Melotot mulu"

Difa tertawa kecil "Dia tuh emang gitu, apalagi Farah. Mereka kalo ngeliat cowok ganteng bawaannya kalo nggak melotot ya buka mulut lebar"

Derlan menaikkan sebelah alisnya sambil tersenyum miring, matanya menatap jahil "Berarti gue ganteng dong?"

Difa gelagapan "eh-eh ap-apaan sih pd lo"

Derlan terkekeh "Udah sih ngaku aja"

Difa menegakkan badannya "Apaan sih, pengen banget gue bilang ganteng?"

Derlan bergumam "Hm. Udah biasa kalo cewek bilang gue ganteng. Tapi beda kalo lo yang bilang"

Difa memalingkan wajahnya. Derlan mengeluarkan ponselnya dan membuka kamera, ia memanggil Difa "Dif"

Difa menoleh dan

Cekrek

Difa membulatkan matanya lucu "ih Derlan apaan sih, apus nggak"

Derlan mengangkat tangannya tinggi - tinggi "Nggak ah, sayang kalo di apus. Muka lo lucu gini"

Difa menggembungkan pipinya membuat Derlan semakim gemas "Ngambek nih?"

Lo makin cantik kalo ngambek, batin Derlan.

Difa dan Derlan sudah menghabiskan es krimnya masing - masing.

Langit tiba - tiba mendung, seperti akan turun hujan.

Difa mengadah wajahnya ke atas "Lan, pulang yuk, mendung nih"

Derlan ikut mengadahkan wajahnya ke atas. Ia kembali menggenggam tangan Difa.

Derlan dan Difa menaiki motor dan meninggalkan taman itu. Langit semakin gelap dan titik titik air mulai berjatuhan.

Semakin lama semakin deras. Membuat Derlan menepikan motornya di depan toko yang tutup. Sebenarnya, jika sekarang ia sedang sendiri, ia akan menerobos hujan. Tetapi berhubung sekarang ia sedang bersama pujaan hatinya, ia mengiup. Tidak ingin Difa sakit.

Difa memberikan jaket yang ia gunakan untuk menutup pahanya tadi ke Derlan "Nih jaket lo, lo pake aja Lan"

Bukannya menurut, Derlan malah memakaikan jaketnya pada Difa dan merapatkan badannya pada Difa. Derlan juga merangkulkan tangannya pada bahu Difa, agar Difa mendekat. Upaya agar Difa tidak kedinginan.

Regret [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang