Pagi ini tidak seperti pagi biasanya, karena hujan menghalangi sinar mentari. Membuat Difa malas ke sekolah karena hujan.
Difa memandang malas ke jendela "Yah hujan"
Dafa yang sudah siap untuk mengantar adiknya pun mengkerutkan keningnya melihat Difa duduk malas di sofa. Dafa lebih tua dua tahun dari Difa. Ia sekarang kuliah. Tepatnya baru di terima di universitas UI.
Dafa mendudukan dirinya di samping Difa "Napa lo? Muka kusut amat, punya utang lo?"
Difa menoleh malas "Nggak liat lo? Di luar tuh hujan. Gue males mau basah - basahan"
Dafa mengernyitkan dahinya "Perasaan lo gue anter pake mobil deh. Dimananya yang basah?"
"Ck. Pokoknya gue males kalo hujan"
Dafa mencibir "Dih lebay lo. Bedak lo nggak mungkin luntur kali. Kan lo makeknya tebel banget macem badut"
Difa memukul lengan Dafa "Ih gue makek bedaknya tipis ya asal lo tau"
10 menit berlalu akhirnya hujan pun reda.
Dafa menarik tangan Difa keluar "Udah reda hujannya. Ayo berangkat, telat mampus lo"
"Gerimis tau, nggak mau ah gue"
Diana, mama Difa menghampiri kedua anaknya "Udah reda kok Dif, berangkat gih nanti kamu telat loh"
Dafa mencibir "Noh kan, udah ayo cepet"
"Ck"
Pukul 07.26 mobil Dafa sudah sampai di depan gerbang SMA Tri Sakti. Hanya tersisa 4 menit sebelum bel berbunyi.
Dafa membuka kaca mobilnya "Belajar lo yang bener. Jangan bikin masalah"
Difa melirik sinis "Iyalah. Emangnya lo?"
Dafa terkekeh mendengar jawaban adiknya "Sialan. Udah sana masuk"
Difa berjalan sambil melompat - lompat jika di depannya ada genangan air akibat hujan tadi.
Tiba - tiba dari arah belakang sebuah motor sport berwarna merah melewatinya melaju dengan sangat cepat. Alhasil seragam yang di kenakan Difa pun basah keciprat genangan air tadi.
Difa melotot "HEH LO NGGAK BISA SANTAI NGENDARAIN MOTOR LO APA!? LO PIKIR INI SIRKUIT!?"
Setelah memarkirkan motornya, siswa itu melepas helmnya menyisakan rambutnya yang sedikit acak - acakan. Baju yang di kenakannya pun melanggar peraturan. Baju tidak di masukkan, tidak memakai dasi, dua kancing atas terbuka. Tetapi dengan penampilan seperti itu ia terlihat cool.
Difa menatap cowok itu dengan tatapan tajam.
Pasti badboy, ck dasar batin Difa.
Cowok itu berjalan mendekati Difa. Tepat di hadapan Difa, cowok itu melepas seragamnya menyisakan celana abu - abunya.
Reflek Difa melotot dan menutup matanya dengan kedua tangannya. Terkejut karena cowok di depannya ini tiba - tiba membuka bajunya. Tentu itu jadi tontonan gratis bagi siswa - siswi lainnya yang sedang berjalan menuju gedung sekolah.Difa menutup mata dengan kedua tangannya "Heh lo ngapain? Ngapain buka baju? Mau pamer otot hah?"
Lanjut Difa "Sorry ya gue nggak terpesona"
Derlan diam tidak menanggapi.
"Gue nanya sama lo ya. Lo ngapain buka baju hah, berasa ade ray?"
Difa mengintip dari sela - sela jarinya ternyata cowok itu tidak bertelanjang dada karena telah membuka seragamnya. Tetapi ia masih memakai kaos putih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [Completed]
Teen FictionKarna gue punya komitmen buat nggak sama lo lagi -Derlan Erlanino. Please love me again, im sorry -Difa Maharani. Percaya atau tidak, sesuatu yang diawali dengan kebohongan itu tidak akan selamanya membuat bahagia. © by Virgianandaps