Difa merebahkan dirinya di kasur king sizenya. Memeluk boneka tedy bearnya, ia teringat kejadian beberapa jam yang lalu.
"Gue tau ini terkesan buru buru, gue sayang lo dan gue gak bisa nunggu lebih lama lagi"
Derlan memberi jeda "So, will you be mine?"
Mendengar Derlan menyatakan perasaanya membuat jantung Difa berdegub lebih kencang, bahkan saat dulu ia di tembak Daniel rasanya tidak sebahagia ini.
Difa menatap manik mata Derlan "Gue gak bisa jawab sekarang, apa lo masih bisa nunggu?,"
Raut wajah Derlan yang sebelumnya tersenyum manis berubah. Namun dengan cepat ia menetralkan ekspresinya. Ia mengangguk dua kali dan tersenyum kembali "Oke, gue bakal nunggu lo."
Difa tidak mengerti mengapa jawaban itu yang keluar dari mulutnya. Mengapa ia tidak menolak saja? Apa benar selama ini ia menyukai Derlan? Tunggu, lalu bagaimana dengan Daniel?
Ini membuat Difa pusing.Dering ponselnya mengintrupsi.
Ternyata Vania menelponnya."Hall-"
Cerosoc Vania "Difaaaaaaaaa lo tuh bego parah tau gak sih? Segala gantungin Derlan, tinggal jawab iya aja susah, gak usah munafik gue tau lo juga demen ama Derlan kan? Ketara dari cara lo natap dia. Lah tadi? Udah mau di resmiin malah lo gantung"
"Bukan gi-"
Vania memotong ucapan Difa "Lo gak tau semati gaya apa si Derlan pas minta tolong ke gue buat lancarin aksi tembak menembak elo, dan seenak pantat lo nyuruh Derlan buat nunggu lagi, gila anjir gondok gue ama lo, serius"
"Vania ish dengerin gue dulu, gue cuman mau mastiin"
Terdengar helaan nafas lelah Vania "Mastiin apa Difaku? Mastiin Derlan serius? Duh gila ya, dia tuh bener bener suka sama lo, sayang apa lagi ya oh cinta juga sama lo, dia udah nunjukin itu dari cara dia memperlakukan elo, mastiin apa lagi sih?"
"Mastiin perasaan gue, gue gak yakin yang gue rasain ini beneran nyata atau nggak,"
"Jawab pertanyaan gue dengan jujur,"
"Hah? Kok lo gak nyam-"
"Udah ish lo tinggal jawab, lo marah gak kalo banyak cewe yang liatin Derlan?"
"Iya"
"Lo suka deg degan pas Derlan di deket lo?"
"Iya juga"
"Lo amat parah deg degan pas adu kontak fisik sama Derlan?"
"Iya juga Vaniaaa, aaaaaaaaaa masa sih gue suka dia?"
"Ya iyalah mpok ati, pake nanya lagi. Lo tuh juga demen ama dia, sok sokan ngegantung"
Difa meggigit pipi dalamnya "Terus gimana dong?"
"Ya lo jawab sekarang, chat kek video call kek, sumpah ya jaman sekarang teknologi komunikasi udah canggih yaampun"
"Masa cewe ngubungin cowo duluan sih? Nggak gue banget,"
"Yaallah yarosul nih anak, lo yang demen lo juga yang gengsi, tinggal chat iya gue mau, gitu aja susah"
"Ya mati gaya dong gue Van? Ih nggak ah gue gak mau chat duluan,"
"Yaudah serah lo, lagian pake di gantung segala, udah ah gue mau bomut"
"Baru juga jam sembilan, tumben lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
Regret [Completed]
Teen FictionKarna gue punya komitmen buat nggak sama lo lagi -Derlan Erlanino. Please love me again, im sorry -Difa Maharani. Percaya atau tidak, sesuatu yang diawali dengan kebohongan itu tidak akan selamanya membuat bahagia. © by Virgianandaps