12. Jemputan

3K 150 2
                                    

Jika biasanya anak perempuan itu bangunnya pagi sekali, maka Difa pengecualian.
Pukul 6.45 Difa masih bergelut dengan mimpinya.
Di meja makan, Diana berteriak sekencang-kencangnya.

"DIFAAAA BANGUN SAYANG KITA SARAPAN BARENG"

satu detik

dua detik

tiga detik

Tidak ada respon.

Diana menghela nafas "Bang, kamu aja gih yang bangunin Difa, mama masih sayang sama suara merdu mama"

Dafa terkekeh.

Dafa menaiki tangga menuju kamar adiknya tersayang. Ia membuka pintu cokelat yang di pasang papan kecil bertuliskan "Budayakan ketuk pintu sebelum masuk"

Dafa tersenyum geli melihat tulisan itu, ia mengabaikan tulisan itu. Seenak jidat ia masuk ke kamar Difa. Majalah di karpet berserakan, tisu di mana-mana, dan Difa yang terlihat meringkuk di tengah kasur. Mungkin Dafa tidak tahu bahwa Difa sudah bangun 10 menit yang lalu. Tetapi ada yang aneh, Dafa mendekati adiknya dan ternyata matanya sembab.

"Heh kutu, lo napa dah? Mata bengep begini, mau nyaingin panda lo?"

Terdengar sesenggukan.

Dafa baru menyadari bahwa adiknya ini sedang menangis.

"Lah malah nangis nih anak, kenape woy?"

Dafa melihat sekeliling kamar Difa dengan tatapan was-was "Gak ada orang laen ini, siapa yang bikin lo nangis? Apa jangan jang-"

Difa memanggil abangnya lirih "Bang"

Dafa mengelus rambut Difa lembut "Cerita sama gue, ada apa?"

Difa masih sesenggukan "Da-Daniel s-seli-ngk-kuh bang"

Dafa membulatkan matanya reflek memukul nakas yang berada di dekat ranjang. "Sialan"

Dafa melanjutkan "Titisan siapa dia berani nyelingkuhin lo? Bangsat emang. Gue mati-matian buat bikin lo seneng, dia seenak pantat bikin lo nangis"

Dafa mengusap air mata adiknya. Difa sesenggukan "Gue juga heran, kenapa gue bisa mimpi gitu"

Dafa menatap datar Difa "Jadi maksud lo Daniel selingkuh itu cuman di mimpi lo?"

Difa mengangguk letih.

Dafa menghela nafas kasar "Bagusan lo sekarang mandi dan turun kebawah buat sarapan"

Difa mengangguk mengambil handuk dan berjalan memasuki kamar mandi dan menutup pintunya.

Dafa memijit pelipisnya "Dosa apa gue punya adik yang modelnya begitu"

Difa berteriak "GUE DENGER !?"

****

Difa sudah siap dengan seragamnya dan sepatu adidasnya, ia menuruni tangga menuju meja makan untuk sarapan.
Diana meneliti penampilan Difa.

Cerocos Diana "Mata kamu kok sembab gitu Dif? Abis nangis? Pasti gara gara Daniel, mama udah bilang kan sama kamu cepet akhiri hubungan kalian"

Regret [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang