Keuda orangtuaku pergi dan teman-temanku masih berkumpul disini. Mungkin mereka tau bahwa anak muda ini membutuhkan privasi. Jadi pergilah mereka.
"Kamu kok gak ngasih ke aku kue itu pertama?"
ish apaan sih anak ini.
"Aku mau kamu jadi yang terakhir, sama buat hidupku juga. Hehehe" tidak berapa lagi aku berbicara "ENGGA DEH BOHONG!!" hahaha aku melihat raut wajah nya yang tadi berubah senang menjadi biasa saja.
Tawa ku pecah seketika, membuat kedua temanku yang sedang ber-selfieria terganggu. Mereka melihat ke tempat kami duduk.
"Lu kenapa la?" tanya Vindy. "Ah.. gak apa-apa, ya kan Hadi?" aku melirik dia yang berada disamping ku. Mukanya masih saja menunjukkan bahwa dia masih tidak senang.
"Hmm la, kayaknya aku harus pergi deh, aku duluan ya."
Aku melihat dia melangkahkan kakinya dan keluar dari rumahku. "Yah, kenapa tuh ? Sana kejar dong La!"
"Ha..Hadi !!" aku berlari untuk mengejar dia namun aku kurang beruntung dan aku terjatuh saat ingin mengambil sendal ku.
"Aw!! Aduhh.. Hadii !!"
"Enghh la, kamu gak apa-apa?"tanyanya dengan muka yang khawatir.
"Enggak apa-apa.." namun saat aku mencoba untuk berdiri .."Ahh"
"Yah kan, kakimu terkilir tuh. Aku bantuin ya." dia membopoh ku kembali kerumah. Haha jujur saja aku senang karena dia tidak pergi begitu saja. Saat aku kembali kedua sahabatku itu bukannya malah menolongku tapi membicarakan ku.
"Tuh la, kalau jadi cewek itu jangan iseng. Pas kamu mau ngejar dia kamu jadi jatuh kan?"ucap Meisha
"Aku ga mau nolongin kamu ah, biar pacar kamu aja tuh yang ngurusin.."ucapnya lanjut. Vindy hanya melihat kearah kami saja.
Karena kamar ini berada di atas aku agak kesulitan, tapi untung nya dia membawa ku dengan sabar. Tibalah kami dikamarku. Aku sebenarnya ingin minta maaf karena aku memang mengerjainya.
"Udah ya, aku pulang dulu. Biar nanti si bibi aja yang urusin kamu." ucap Hadi.
"Ehh, aku minta maaf ya, tadi aku gak bermaksud buat kamu jadi down. Niat aku cuman bercanda, masa kamu jadi marah begini sih? Maafin aku ya.."
Muka ku memelas memandang dia yang sudah berdiri dan hendak pergi.
Dia perlahan duduk dan kemudian mengelus puncak kepalaku."Iya, iya... aku juga tadi cuman bercanda. Pengen tau apa respon kamu, tapi kamu malah jadi kayak gini.."
"Udah ah, kita kok jadi maaf-maafan gini sih? Sakit nih!" aku menunjuk kearah kaki ku.
"Yah, aku takut kalau mijit kamu nanti bukannya sembuh malah jadi tambah sakit. Gimana dong?"
"Cih, gak berguna kamu. Udah ah sana pergi aja! Aku mau tidur aja."
"Kamu ini cepet banget sih ngambeknya. Padahal baru tadi kita sama-sama minta maaf."
Tanpa ada perkataan lagi, dia mulai membuka selimutku dan memijat kaki ku yang terkilir itu. Sakit sih, cuman aku gak mau terlihat sakit didepannya, jadi aku hanya menundukkan kepalaku agar dia tidak bisa melihat bagaimana responku.
"La!!! Kita balik duluan ya! Cepet sembuh deh lu! Kalau besok ga bisa masuk jangan masuk aja daripada ngerepotin kita-kita.. haha"
Ah, mereka ini selalu merusak suasana. Tiba-tiba saja masuk kedalam kamarku. "Iya udah sana deh kalian, kaki gw lagi sakit nih.."
"Aduh, kan si Hadi udah tanggung jawab tuh sama lu La!"
"Udah ah, gw mau out dulu, dah La!"
Mereka keluar tanpa berpamitan kepada Hadi yang sedang fokus dengan kaki ku."La, kamu udah mendingan belum?"
"Iya udah gak apa-apa kok. Kamu mau nyusul mereka?"
"Eh,, enggak kok. Kamu mau aku beliin makanan apa?"
"Kita makan diluar aja yuk!"
"Bisa jalan? Apa mau aku gendong?"
Deg!
Manusia ini kenapa sih selalu menggoda ku? Dia gak tau kalau ini tuh dirumahku?
"Udah deh, kamu tunggu aja dibawah ya!" ucapku.
Dia hanya melihatku dan terkekeh. Itulah khasnya dia. Selalu meledek ku. Emang nya aku ini bahan ledekan apa?
Aku turun dan menemukannya di dalam mobil.
"Kita mau makan dimana? Males kalau yang jauh-jauh"
"Kan kita mau makan pecel lele di depan komplek rumah kamu itu. Kamu mau gak?"
"Enghh yaudah deh.."
Untungnya aku gak pakai baju yang bagus-bagus banget..
"Yuk udah sampai nih, eh itu ayah sama ibu kamu ya?"
"Mana? Eh iya. Ah kita jangan makan disini lah kita cari tempat lain aja."
Akhirnya dia juga memutuskan untuk pergi mencari tempat lain. Bukan karena kita gak mau makan karena ada ayah dan ibuku. Kita juga kurang santai kalu mau ngobrol.
Ting!
"La, bisa minta tolong ambilin handphone aku gak? Ada di tas tuh."
"Oh, oke" aku mengambil tasnya yang berada di belakang.
"Ini, papa kamu. Dia mau kamu pulang."
"Ha? Mana coba aku mau lihat" Dia kemudian mengambil handphone nya yang berada ditanganku.
"Ah, iya yah gimana dong ini?"
"Yaudah kamu pulang aja. Aku bisa jalan kaki kok. Gapapa." aku mengulas senyum dengan secara paksa.
"I--iya deh gapapa bener nih?"
"Iya, lagian aku juga mau beli obat dulu. Turunin aku dong didepan."
"Kamu hati-hati yah."
Aku turun dari mobilnya dan menjauh dari tempat itu. Aku tidak beli obat, tentu saja karena itu adalah alasan saja untuk kami berpisah baik-baik.
YOU ARE READING
Aku dan Sejuta Kenangan
RomanceCarla adalah seorang yang periang, namun satu saat terjadi pada dirinya. Ia tidak menjadi Carla yang dulu, dia menjadi pemurung dan terkesan agak cuek untuk menanggapi hal disekitarnya. Lalu, muncul lah Hadi. Dia yang merombak hidup Carla kembali se...