Holiday

612 11 0
                                    

Ini adalah hari yang aku nantikan. Aku berharap semua akan baik-baik saja. Sekarang pukul 9:00
Malam. Aku sudah mengepakkan semua barang-barangku. Ini saatnya aku pergi. Aku berniat membawa si merah dan menitipkannya di bandara, namun ayah melarang karena tidak baik bila menitipkan mobil di bandara. Bisa jadi si merah di baret orang setiap harinya. Aku kemudian keluar dengan membawa koper ku yang lumayan besar. "Ayah, Ibu, aku berngkat dahulu ya. Aku ingin berlibur. Hahaa. Kalian berdua nikmatilah waktu nya."

"Ibu sepertinya harus ikut."

"Bu, ini tidak akan lama. Aku akan berada dirumah Cia selama seminggu, begitu aku sampai aku akan mengabari ibu. Tolong jaga kesehatan kalian bu.''

Aku yang sudah siap langsung masuk kedalam mobil. Sebelum berpamitan, kami berdoa terlebih dahulu. Doa adalah nafas bagi setiap orang percaya. Lalu ayah mengantarkan aku ke bandara.

"Ayah, lala pergi dulu ya.'' Ucapku sambil menggeret koper yang ku ambil dari bagasi mobil.

"Iya, hati-hati ya.''

Ting

"Aku sudah berada didalam ruang tunggu, cepatlah. Disini dingin dan aku sendirian.''

tck, aku berdack dengan kesal. Mengapa dia tidak bisa menunggu sih? Ini baru jam 9, bagaimana kalau kami terjebak dalam pesawat dan menghabiskan waktu selama 15 jam didalam pesawat?

"Oke yah, lala pergi dulu ya. Makasih ya yah.''

Aku lalu berpelukan dengan ayahku. Sungguh berat, tapi aku akhirnya pergi dan memasuki ruang tunggu.

"Carla!!" aku yang kaget mulai mencari suara tersebut.

"Hadi!" aku mulai menghapirinya. Bagaimana pun Hadi lah yang memberikan tiket promo ini.

"La, aku mau kasih tau kamu. Tiket ini sebenarnya.."

Ting

"La, kalau kamu sudah tiba di LAX, hubungi aku yah. Aku akan menjemputmu.''

"Ada apa di?"

"Tiket ini hanya untuk satu kali perjalanan.''

"APA?!" aku sangat kaget. Semua orang mungkin menatapku sekarang.

"Hadi, kamu gila ya? Yang benar dong.''

"Bercanda deh, kamu mudah banget sih dibohongin?"

"Hadi, kamu tuh ga lucu tau.''

"Iya-iya maaf ya." ucap Hadi, kemudia dia mengambil handphone miliknya.

Aku tidak pernah mendengar Hadi berkata seperti itu. Lembut sekali.. Aku juga memperhatikan penampilannya. Penampilannya tidak cocok seperti orang yang ingin keluar negri pada umumnya. Setauku, dia belum pernah keluarnegri. Aku tidak melihat postingannya di negara manapun, kecuali Indonesia.

"Hadi, kamu mau main ke mall ya? Kok pake celan 3/4 sih?"

"Ya, suka-suka aku dong La. Kamu juga, ngapain rapih banget rambutnya? Sok di curly lagi. Nanti juga akanberantakan. Kamu ga bawa bantal? Lehermu akan pegal nanti. Ayo kita beli bantal untukmu!"

Aku tidak menyangka, apa yang Hadi lontarkan barusan adalah rasa kepedulannya padaku, atau itu hanya rasa kasihan saja?

Lalu dia menarik tanganku mengajakku untuk pergi kesalah satu toko yang menjual souvenir. Untungnya disitu tersedia bantal kecil untuk tidur dipesawat.

Tidak terasa hari semakin malam, aku semakin mengantuk. Kami mengambil penerbangan paling malam. Waktu menunjukkan pukul 10:30. Ada waktu 30 menit untuk aku bisa tidur. Aku memperhatikan Hadi yang sibuk berkutat dengan handphone nya.

Aku dan Sejuta KenanganWhere stories live. Discover now