Efek Tas Baru

183 4 0
                                    

"Kamu pulang dianter siapa itu?" ayah Carla bangkit dan melihat kedepan rumah.

"Sama Jo, kenapa?"

"Emang dia gak kuliah apa? Anak temennya ayah itu kan?"

"he eh." Carla melangkah masuk menuju kamarnya dilantai dua. Seharian ini dia sangat lelah. Biasanya kalau dia sedang lelah seperti ini dia tidak akan mandi dan langsung tidur hingga esokk nya dia masih menggunakan baju yang sama.

Terkadang orangnya suka terburu-buru sehingga dia lupa apa yang harus dia bawa. Bahkan hal yang sebenarnya tidak penting untuk dia bawa, dia bawa. Tunggu, dia baru saja diantar pulang oleh Jo, Jonathan anak teman ayahnya. Sejak kapan dia bisa sedekat itu dengan Jo, aneh.

~~

"Jadi kita mau ngider kemana lagi nih? Cape tau." ucap Jo. Carla kemudia menengok kearahnya "Kan siapa suruh ikut, yaudah sana pulang aja. Gue masih mau cari-cari lagi." Memang Carla sudah menemukan pengganti tas merahnya itu, namun bukan Carla namanya kalau dia tidak melihat atau mengelilingi mall tersebut.

Tapi dia bukan lah perempuan yang shopaholic. Dia akan mengelilingi dan mengingat mana barang yang akan dia beli selanjutnya. Semacam memo yang berada didalam otaknya. Sangat rapih. Dia tidak usah membuat memo didalam handphone nya. Tapi itu juga tidak bisa bertahan dengan lama. Dia bisa lupa dengan waktu 2 bulan dari dia mengingatnya.

"Jadi pulang gak lu? Udah malem juga, sana gih balik. Gak takut pulang sendirian?" nada biacaranya Carla berubah menjadi menakut-nakuti anak kecil. Padahal mereka adalah dua orang dewasa. Lagi pula, belum terlalu malam. Memang dia orang yang terlalu melebih-lebihkan sesuatu. Terkadang, namun tak selalu.

"Gak, nanti aja deh. Lu kali yang takut kalau pulang sendiri. Lu kan cewek, gak baik pulang malem-malem."

"Ck, hey. Kita baru ketemu kemarin dan gak sengaja kita ketemu lagi sekarang. Gak usah begitu lah, gue udah biasa sendiri balik malem. Kalau gue kuliah juga gue sendiri baliknya. Iam Fine."

"Lu pulang kuliah balik sendiri? Gak bareng temen lu.. atau hmm Hadi gitu?" Carla yang sedang berjalan, tiba-tiba berhenti.

"Kayaknya lu terlalu mengkorek informasi tentang gue ya dari tadi? Gak lah, kalau bisa sendiri kenapa harus sama orang lain." Carla tidak mau tembok yang sedang dai bangun diruntuhkan dengan cepat. Dia tidak mau lagi merasakan sakit hati. Cukup dia, Mei, dan Tuhan yang tahu apa yang dialami Carla.

"Jangan jutek gitu dong balesnya, gue kan nanya baik-baik."

Merasa terpukul oleh balasan dari Jo, dia merasa moodnya sekarang kembali menjadi buruk. Carla sekarang berubah menjadi cewek yang moody.

"Yah, kenapa tuh muka lu? Jadi berubah gitu?"

"Maaf yah pak dokter, kayaknya mood saya jadi berubah semenjak anda menanyakan hal-hal pribadi saya. Saya pulang duluan ya." ucap Carla dan dia menjauh dari Jo.

Jo berlari mengejar Carla karena jalannya perempuan itu sangat terburu-buru.

"Eh, eh gue minta maaf ya. Gak maksud begitu gue, maafin gue ya? ya?"

"Yaudah gapapa, gue mau balik aja. Makasih ya udah ditemenin hehe."

"Gue anterin pulang aja ya gimana?"

"Gak usah lah, gue pergi sendiri aja."

"Dih, udah yuk sama gue aja." Jo menarik tangan Carla dan mereka pergi menuju basement.

~~

Tok tok tok

"Non, bangun dong udah siang."

klek

"Non bangun, gak kuliah?"

"Gak bi, kuliah siang hari ini. Eungghh" Carla bangun dan mengucek-ucek matanya. Dia baru sadar kalau baju yang dia pakai masih baju yang kemarin. "Bi, nanti bangunin Carla jam 8 yah. Tidur lagi ya bi!"

Carla memejamkan matanya kembali. Begitulah dia, kadang-kadang dia terbangun oleh bibinya atau ibunya atau bisa saja dia bangun dengan sendirinya. Dia juga bisa terbangun tengah malam dan biasanya itu karena dia lapar. Atau kebiasaannya berkomunikasi dengan Hadi tengah malam.

Carla menggeliat dalam tidurnya. Dia tidak tahu sekarang sudah jam berapa. "Non, bangun udah jam 8. Nonn" bibinya mulai menggoncangkan tubuhnya. "Eh iya, 5 menit lagi." Saat dia berkata 5 menit lagi maka benar akan 5 menit lagi.

Dia tahu bahwa sekarang akan sekelas lagi dengan Hadi-mantannya. "Apa aku gak usah kuliah aja yah? Tapi sekarang tugas itu dikumpulin." Carla mulai berpikir bagaimana caranya dia menghindari Hadi. Tunggu, tugas itu sudah dia selesaikan dengan bantuan siapalagi kalau bukan Mei. Dia pasti berhutang kebaikan sangat banyak kepada Mei.

"Oh, apa aku dateng telat aja ya? Eh tapi kan bapak itu ketat banget. Ahh nyebelin!!"Carla melangkahkan kakinya dan pergi menuju kamar mandi. Menyetel lagu yang kencang untuk meredam emosinya. Akhirnya dia berangkat ke kampusnya. Setibanya dia di stasiun kereta didekat kampusnya, dia menelefon Mei untuk menjemputnya. Sayangnya Mei sedang tidak bisa datang menjemput karena dia akan terlambat hari ini.

"Yah, masa jalan panas-panasan sih?"

"Nungguin bis yang biasa lewat aja deh."

Setelah dia menunggu selama kurang lebih 10 menit, dia naik dan tiba di kampusnya. Dia berjalan terburu-buru untuk bisa masuk ke kelasnya. Setibanya di kelas, dia hanya melihat tman-temannya yang sedikit. Mungkin mereka baru saja tiba. Dia bertanya kepada teman yang berada disamping nya. "Dosen nya mana? Gak dateng dia?"

"Dia bilang telat sih. Kok lu tumben berantakan banget rambutnya La?"

"Eh iya makasih ya, gue ke toilet dulu deh."

Pada saat dia sedang berjalan disebuah lorong yang sepi, dia melihat Hadi sedang berbicara di telefon. "Iya, kalau ada waktu libur juga aku bakal samperin kamu kok." "Iya.. iya.."

Pada saat mata mereka bertemu, Hadi memutuskan untuk pergi menjauh dari Carla seakan dia tidak boleh mendengar percakapan itu. Mungkin itu percakapan yang rahasia.

"Good, sekarang dia udah pake aku kamu ngomongnya. Udah pacaran kali ya?"

"Gak tau ah, males banget mikirin itu." Carla masuk kedalam kamar mandi. Setibanya dia ke kelas dia sudah melihat Mei yang berada disamping tas yang tadi dia taruh.

"Heh lu baru ganti tas ? Mana tas bulukan lu itu?" Padahal Carla baru saja sampai dan sudah di cela oleh temannya seperti itu.

"Gue aja belom duduk, santai dong lu!" "Iya baru beli nichh bagus gak? Bagus kan? Pengen kan lo?" Carla kembali mencecar pertanyaan dengan nada yang meledek kepada Mei.

"Dih jelek ah. Selera lu rendahan hahaha."

Rasanya Carla ingin menjepit mulut temannya ini dengan jepitan jemuran sehingga membuat mulutnya doer.

"Tuh tugas lo kampret! Jangan ganggu gue lagi deh, lu malah asik belanja beli tas."

"Makasih ya sayang. Lah lu gak tau gue nenteng-nenteng nih laptop berat sambil bawa buku banyak gara-gara tas tiba-tiba aja robek. "

"Jadi tiba-tiba aja gitu? Miris banget sih hiudp lu."

"Iya lah. Lu kemaren kemana pas gue butuh? Dah ah ribet betengkar sama lu."

"So, this is the last questions for you. With whom do you go?"

"Sendiri bawel."

Setelah percakapan tersebut mereka diam dan mendengarkan penjelasan dosennya. Dia tidak mau memberitahu apa yang terjadi karena bisa-bisa dia bercerita dengan panjang.











Aku dan Sejuta KenanganWhere stories live. Discover now