15. Pulau Elf (8)

3.5K 231 4
                                    

   "Jadi apa yang harus kita lakukan?" Tanya Leon.

   "Tentu saja menangkap para bedebah itu!" Ucap Aurora mantap.

   "Apa kau yakin,he?!"

   "Tentu saja aku yakin! Benar begitu Tuan Norah?" Aurora menatap pria tua di sampingnya,Norah mengangguk.

    "Sepertinya aku tidak akan ikut! Ini terlalu... Berbahaya! Bagaimana jika kita ditangkap?Dan disana kan terlalu ekstrim! Kau tahu kan markas The Phoenix sangat panas?!Aku bisa saja kegerahan disana,"celetuk Ashoka.

    Aramina merangkul Ashoka,dan memukul kepalanya dengan pelan, "Kau bodoh! Kau kan pria! Harusnya kau berani!"

    "Aduh sakit!" Ashoka meringis kesakitan.

    "Segini saja sakit?! Bagaimana jika benar-benar kutampar?!"

    "Hei.. kalian sudahlah," Norah melerai kedua kakak-beradik yang sedang sedikit bertengkar.

.
.
.

    Norah membawa keempat pemuda-pemudi itu ke ruang bawah tanah,tempat rahasia yang hanya diketahui oleh para tetua di desa Cortez saja.

    Ruangan bawah itu harus dilalui melewati lorong-lorong kecil,dan tempatnya sangat gelap,dan juga lembab, mereka bahkan harus berdesak-desakan saat melewati lorong itu.

     "Kita sudah sampai," Norah membuka sebuah pintu di ujung lorong.

     Pintu itu terbuka,dan ternyata pintu itu adalah pintu menuju sebuah ruangan yang di dalamnya banyak sekali dengan senjata, barang-barang antik, buku-buku sejarah,dan yang paling menarik di ruangan ini adalah taman peri!

     "Wow tempat apa ini?!" Leon takjub dengan isi seluruh ruangan rahasia ini. Aurora lalu berlari menuju taman yang dipenuhi peri-peri kecil yang sedang menanam tumbuh-tumbuhan.

     "Hei Aurora! Kembali!" Leon menyusul Aurora ke taman,baru kali ini ia memanggil Aurora dengan nama aslinya.

    Taman itu dipenuhi tumbuhan dan bunga-bunga yang bermekaran, peri-peri itu bekerja bahu membahu untuk membuat taman itu terlihat sangat cantik.

    Hiasan bunga-bunga yang bercahaya membuat taman itu terlihat lebih hidup dan bercahaya menerangi seluruh taman.

    "Norah.. aku sering sekali mengunjungi desa ini,tapi aku belum pernah melihat yang seperti ini," Aramina takjub melihat ruangan ini diisi oleh peri-peri kecil.

      "Hai!" Sapa seorang peri,suaranya sangat menggemaskan.

      "Hai!" Aramina membalas sapaan peri yang menghampirinya.

      "Hai!" Aramina membalas sapaan peri yang menghampirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                 (Princess Aramina)

   "Halo!" Seorang pria tiba-tiba datang, Aramina dengan gerakan refleks mencabut pedangnya dari sarung pedang yang terikat di pinggangnya.

Aurora (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang