Don't leave me again (TAMAT)

2.8K 214 44
                                    

        Sore hari di perairan Balthaz...

        Sebuah kapal besar melaju di perairan itu, bendera berwarna merah dengan gambar burung Phoenix berkibar di atas tiang, disusul dengan dua kapal besar yang melaju di belakangnya.

       Mereka adalah rombongan dari Kerajaan Api, hari ini mereka akan berkunjung ke Desa Chronus setelah bertahun-tahun tidak pernah kesana.

      "Kita hampir sampai, Yang mulia," Seorang pria yang mengenakan pakaian layaknya perdana menteri memberitahu Leon yang sedang berdiam diri di anjungan kapal sambil melihat daratan yang jarang ia kunjungi, Desa Chronus.

       "Aku tahu itu," balas Leon tanpa menoleh, raut wajahnya tampak sedih. Di hatinya, ia masih merindukan seseorang. Ya. Gadis duyung itu, walaupun ingatannya samar-samar, ia berusaha mengingat kembali dengan masa lalunya.  "Valentino, Bisakah kau siapkan sekoci untukku?"

       "Untuk apa, Yang mulia?!"

       "Aku hanya ingin menikmati indahnya sore ini tanpa gangguan apapun," Jawab Leon, ia langsung melepaskan pakaian formal kerajaannya, dan mengenakan kemeja putih. "Aku akan mendayung sendiri,"

        "Kalau begitu, hamba akan siapkan penjaga untuk menemani anda," Ujar Valentino.

         "Apa kau tak mendengarkan ucapanku?!"

         "Ampun, Yang mulia, tapi...,"

         "Ini perintahku! Jangan membantah! Siapkan sekoci untukku!" Leon menatapnya tajam, Valentino tak bisa berbuat apa-apa lagi selain mengikuti perintah sang raja. Ia lalu memanggil dua prajurit untuk menurunkan sekoci.

        Leon langsung turun dari kapalnya dan naik ke atas sekoci, sedangkan itu, Valentino merasa khawatir dengan tindakan sang raja yang berbahaya.

        "Yang mulia! Anda sudah punya jadwal!" Valentino memeringatkan Leon yang sudah menjauh dari kapal utama. Leon tak mendengarkan ucapan Valentino, ia tetap mendayung dan pergi dengan sekocinya.

       Leon menarik nafasnya dalam-dalam, sudah lama ia tidak naik sekoci dan mengelilingi pulau ditemani matahari yang terbenam. Tanpa sadar, rasa rindu itu tiba-tiba datang.

       Leon berhenti mendayung, ia memejamkan matanya sejenak, dan berusaha mengontrol perasaannya untuk tidak merindukan seseorang yang tak pasti untuknya.

     Menunggu itu lama. Dan perasaan rindu itu perlahan-lahan membuatnya tersiksa, ia sudah cukup lelah dengan semua perasaan ini. "Dimanapun kau berada, aku merindukanmu," Leon melihat sekelilingnya, berharap ada seseorang yang dirindukannya ada di sampingnya, namun tak ada siapapun disana, hanya ada air yang mengelilinginya.

       "Sialan! Apa yang kulakukan?! Sepertinya aku mulai gila karena perasaan bodoh ini!" Gerutu Leon, ia mendayung sekocinya, dan pergi dari sana.

        "Aku merindukanmu," tiba-tiba suara seorang perempuan terdengar, Leon tercekat, ia mulai berpikir bahwa itu halusinasinya saja.

       Tapi itu bukan khayalan, ia mendengar suara perempuan dengan jelas, ia lalu memberanikan dirinya untuk menoleh ke belakang. Ya. Tepat di belakangnya,  ada perempuan berambut panjang dengan sirip peraknya.

       "Apa kau tak ingat aku?" Perempuan itu menjulurkan tangannya.

       Leon menaikkan sebelah alisnya, walau sedikit takut, ia mendekati perempuan di belakangnya. Ia menyentuh tangan perempuan itu, dadanya berdebar kencang ketika melihat sorot matanya.

       "Kapten," Ucapnya sambil menatap Leon, mata perempuan itu mulai berkaca-kaca, ia tak percaya bisa bertemu dengan pria ini setelah sekian lamanya tidak bertemu.

       Leon mundur ke belakang, ia terkejut ketika perempuan itu memanggilnya dengan sebutan "Kapten" , ia lalu menatap tangannya, merasakan setiap sentuhan lembut dari tangan perempuan duyung itu.

       "Aurora!"

        "Kapten Leon!"

       Ingatannya lalu kembali terputar ke masa lalu, kepalanya merasa pusing ketika mengingat masa lalunya, tapi semua kenangan itu tiba-tiba terlintas di pikirannya. "Si..Siapa kau?!" Leon menahan rasa sakitnya, tapi ketika melihat iris mata gadis duyung itu, ia jadi sadar akan satu hal.

        Tanpa disadari, Leon meneteskan air matanya, ia tak percaya bisa bertemu kembali dengan gadis ini setelah sekian lamanya. "Aurora, apa itu kau?" Tanya Leon dengan suara tertahan.

     "Kapten, ini aku," Aurora menatap pria itu dengan tatapan rindu, walaupun wujudnya sekarang adalah seorang duyung, ia tak peduli dengan itu semua.

      Tanpa banyak bicara, Leon langsung melompat dari sekocinya, ia langsung memeluk erat gadis itu, ia tak peduli semua pakaiannya basah.

      "Kemana saja kau selama ini?!" Leon merasa emosi, terakhir kali yang ia ingat adalah ketika Aurora meninggalkannya bertahun-tahun yang lalu.

      "Aku tak bisa bersamamu, Kapten," Aurora melepaskan pelukan Leon, matanya basah, bulir air matanya berubah menjadi mutiara.

      "Kenapa kau meninggalkanku? Selama ini aku tersiksa!" Leon mulai emosi, perasaannya tercampur aduk.

      "Aku.., aku..., Tak bisa bersamamu, lihatlah aku! Aku seorang duyung! Dan kau manusia! Apa kita bisa bersama?!"   Leon terdiam, ia melihat sirip perak Aurora yang berkilauan terkena cahaya matahari.

        Hening. Tak ada satupun yang berbicara, mereka saling menatap satu sama lain, emosi dan rasa rindu tercampur menjadi satu.

         "Aurora...," Leon menatap gadis itu dengan penuh perasaan, "Aku tak peduli dengan itu semua, aku ingin kau berjanji padaku satu hal,"

          "Apa itu?"

          "Jangan pernah tinggalkan aku, karena aku mencintaimu,"

Makasih ya selama ini udah baca Aurora, maaf juga kalo superduper terlambat update! Soalnya nih dari kemari ganti-ganti cerita mulu nih, antara sad or happy, tadinya mau sad, tapi diganti lagi deh :) sekali lagi author mau minta maaf yaa sebesar-besarnya :) Duh maaf , ini last chapter tapi bahasanya amburadul gini :(

Jangan lupa follow @naylaanazz

Aurora (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang