9. Pulau Elf (5)

3.4K 242 8
                                    

       "Sebenarnya, aku berterima kasih sekali pada kalian, tapi apakah kalian tak apa-apa menemani kami? Apakah yang mulia raja akan memarahi kalian?" Tanya Aurora pada Aramina dan Ashoka sambil menunggangi kuda yang dinaikinya dengan Leon.

      "Tiba-tiba saja aku ingin membantu kalian," jawab Aramina.

     "Bukankah ini menyenangkan? Aku sangat suka bepergian seperti ini!" Celetuk Ashoka, ia menunggangi kuda dengan Aramina.

     "Ya.. ini menyenangkan," Aurora tersenyum, ia yang dulunya selalu menyendiri, tapi kini ia merasa hidup dengan ditemani oleh orang-orang yang peduli padanya.

     "Ini sama sekali tidak menyenangkan! Kita akan menangkap burung Phoenix! Bagaimana jika kita dimakan hidup-hidup?!" Leon tak setuju dengan ide mereka.

     "Ku kira kau seseorang yang pemberani,tuan pencuri," ejek Aramina.

      "Berhenti memanggilku pencuri! Namaku Leon dan gadis bodoh ini bernama Ara! Dan aku cukup berani!" Leon sebal karena semuanya memanggilnya si tuan pencuri, sebenarnya ia tak takut dengan burung itu, hanya saja ia meragukan keberadaan burung Phoenix.

      "Hei namaku Aurora!" Elak Aurora, ia mendengus kesal karena dari pertama mereka bertemu, Leon selalu saja lupa namanya.

     "Terserah kalian sajalah," Aramina memutar kedua bola matanya.

    "Kita sudah sampai!" Ashoka memberhentikan kudanya, ia lalu turun dari atas kuda dan membantu Aramina turun.

        Ashoka, pangeran Elf itu lalu menyapa para Elf disana. Untuk ukuran pangeran sepertinya, ia adalah orang ramahbdan hangat, ia juga terbuka pada orang lain, pantas saja semua orang menyukainya.

      Leon kemudian turun dari atas kuda dan menarik tali yang mengikat kuda agar kuda itu mengikutinya. Ia lalu menyusul Ashoka ke gerbang Desa Cortez dan memasuki pemukiman para Elf.

      "Kau yakin burung Phoenix itu ada disini?" Bisik Leon, Ashoka mengendikkan bahunya dan itu membuat Leon naik pitam. Jadi selama ini Ashoka tak tahu dimana burung Phoenix berada!

     "Kau!" Leon mencengkram bahu Ashoka dengan kuat dan hendak meninjunya.

     "Lepaskan! Kau selalu saja terbawa emosi!" Aurora turun dari atas kuda dan menahan Leon yang hendak meninju Ashoka.

    "Dia menipu kita! Di hari ketiga ini, kita bahkan belum menemukan burung Phoenix sialan ini!"

    "Tenang dulu, Kapten!" Aurora berusaha meredakan kemarahan Leon, Leon lalu melepaskan cengkeramannya.

    Aramina lalu melirik mereka berdua, "Kau memanggilnya kapten?" Aramina terkekeh mendengarnya.

    Sadar dengan perkataan Aurora yang tak sengaja, Leon terkejut tak karuan, ia harus berbohong agar Aramina dan Ashoka tak tahu kalau Leon adalah seorang bajak laut.

    "Yap! Aku kapten disini! Maksudku kami berdua adalah tim, bukan?Karena aku pemimpin, maka aku yang kaptennya, bukan begitu Aurora?" Tanya Leon merangkul Aurora dan menatapnya tajam seolah-olah mengancamnya.

      Aurora menggeleng, "Kau payah! Sebagai kapten, kau harusnya memimpin! Kerjaanmu hanya marah-marah saja!" Gerutu Aurora.

     "Haha.., ya terkadang aku suka marah, karena dia ini seringkali menyebalkan!" Leon menekankan kalimat 'Menyebalkan'.

    "Hei bung! Secara fisik kau kuat, tapi secara mental kau lemah!" Ledek Ashoka, ia menghela nafasnya.

    "Maafkan perlakuannya tadi," Aurora mewakili permintaan maaf Leon, walaupun Leon tak memintanya, Leon tak percaya Aurora melakukan itu padanya.

Aurora (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang