39. Victory

2.3K 181 13
                                    

       Kemenangan akhirnya ada di pihak Raja Aiden, para prajurit Elf bersorak gembira karena berhasil mengalahkan para prajurit bertopeng. Walaupun secara teknis jumlah prajurit bertopeng dua kali lipat lebih banyak dari jumlah prajurit Elf, tetapi kemenangan ini didasarkan pada strategi perang yang baik.

      Di saat yang lain merasakan kebahagiaan, Renesmee merasa ada yang kurang, Leon tak ada di sampingnya saat ini. Raja Aiden datang, ia lalu menepuk bahu Renesmee. "Sudahlah, aku yakin di akan kembali,"

      Renesmee menoleh pada pria di sampingnya itu, ia lalu tersenyum, dan pria itu lalu duduk di sampingnya. "Dia tak mungkin kabur karena takut perang,"
Ucap Raja Aiden, matanya menerawang ke atas memandang langit malam.

      "Leon bukan pengecut! Hanya saja aku takut ada sesuatu yang menimpanya, dan lagipula Duke Lebron tiba-tiba saja tidak ada di arena perang," Renesmee menelungkupkan kepalanya.

       "Aku tahu dia pasti akan kembali," Raja Aiden berusaha menenangkan wanita itu, "Kau tidak akan pernah tahu rasanya kehilangan! Aku yang membesarkan dan menyayanginya selama ini!" Renesmee termakan emosi.

     Perasaan Renesmee tidak teratur, ia mulai meneteskan air matanya, sementara itu Raja Aiden bingung harus melakukan apa. Di antara khawatir dengan putranya, dan juga disisi lain ia merindukan sosok wanita ini, tanpa sadar Raja Aiden langsung memeluk erat Renesmee untuk menenangkannya.

     "Dan aku tak mau kehilangannya untuk yang kedua kalinya!" Raja Aiden mempererat pelukannya, "Aku baru saja bertemu dengan kalian setelah sekian lama..., Maafkan aku, Renesmee,"

      Renesmee mengangguk, ia memaafkan pria yang dulu pernah melakukan kesalahan padanya. "Aku memaafkanmu...,"

      "Renesmee...," Raja Aiden melepaskan pelukannya, ia menatap wanita dihadapannya dengan sumringah. "Ayo kita pulang, dan bawa kemenangan ini untuk bangsa api!"

.

.

.

     Jauh di hutan, kuda yang ditunggangi Leon berlari cepat menuju keluar hutan. Panah yang masih tertancap di punggungnya membuatnya tersiksa, tapi ia menahan rasa sakitnya itu hingga kuda itu berlari sampai ke perbatasan Firence, Leon merasa lega ketika keluar dari hutan, dan melihat kota Firence.

     Sesampainya disana, penduduk kota langsung melihat Leon dengan perasaan iba dan juga ngeri melihat beberapa panah masih menancap di tubuhnya. Tapi Leon tidak memperdulikan tatapan mereka, ia tetap fokus pada tujuannya menuju istana.

     Lalu ia melihat orang-orang sedang berkerumun, mereka sedang bersiap-siap dan menyiapkan senjata. "Ada apa ini?" Tanya Leon, ia menarik tali si kuda, dan menghentikan langkahnya. Seorang pria tua langsung menjawab, "Hei nak! Ikutlah bersama kami! Kami akan menyerang para prajurit bertopeng di istana!"

     Leon turun dari kudanya, si pria tua itu terkejut melihat keadaan Leon. "Astaga nak! Hei kalian tolong cari bantuan!" Orang-orang yang berkerumun langsung melihat Leon, mereka terkejut melihat panah-panah di punggung Leon.
      Beberapa orang langsung lari pontang-panting kesana kemari mencari bantuan, dan seorang wanita paruh baya akhirnya datang, ia membawa obat-obatan seadanya untuk mengobati luka Leon.

    "Apa kau siap?" Tanya wanita paruh baya itu, ia melihat Leon dengan seksama.

    "Anu.. kalian tak perlu repot-repot padaku, aku harus ke istana sekarang," Leon menolak. "Dan aku... Aw!!" Belum sempat Leon melanjutkan pembicaraannya, salah satu anak panah dicabut oleh pria tua itu, dan membuat Leon meringis kesakitan.

Aurora (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang