17. Pulau Elf (10)

3.1K 211 1
                                    

    Aurora menemani Leon yang sedang dalam keadaan tidak sadar, Aurora merasa bersalah, seharusnya panah itu mengenainya,bukan mengenai Leon!

   Kemudian Aurora duduk di sebelahnya,memandangi wajah pria dihadapannya,matanya terpejam,namun suhu badannya sangat dingin.

   "Kapten.., sadarlah! Kita sudah menjatuhkan The Phoenix,kau harusnya senang sekarang!" Aurora tersedu-sedu,ia menangis,dan air matanya berubah menjadi mutiara putih.
     "Leon..,bangunlah! Kenapa bukan aku saja yang terkena panah itu?! Kenapa kau menyelamatkanku? Leon bangunlah!" Aurora menggenggam tangan Leon erat.

   Aurora menundukkan wajahnya,dan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Ia menangis dan tak peduli betapa banyaknya bongkahan mutiara yang keluar dari air matanya.

   "Ternyata kau mengkhawatirkanku,ya..," ucap seorang laki-laki.

   Aurora mendongak ke depan,dan melihat seorang laki-laki di hadapannya, ternyata itu Leon,dia sudah sadar!

   "Kapten Leon bangunlah! Kenapa bukan aku saja yang terkena panah itu!" Leon meniru suara Aurora,ia terkikik geli mendengarnya.  "Hahaha..!! Haduh.. perutku sakit! Kau mencemaskanku ya? Dan sejak kapan kau mulai memanggil namaku?" Leon menertawakan Aurora.

    "Siapa juga yang mengkhawatirkanmu sih? Sana tidur lagi! Lagipula kenapa kau tidak langsung bangun sih? Menyebalkan,"

   "Whoaa! Lihat siapa yang mulai berani pada kaptennya sendiri disini?!"

   BUKK! Aurora meninju perut Leon dengan keras. "Aww!" Erang Leon kesakitan sekaligus kesal dengan Aurora. "Dasar duyung bodoh! Sakit tahu!! Oh ya,Apakah semua kru kapal sudah dibebaskan? Awas saja jika si Mordu itu masih mengurung mereka!"

   "Raja Mordu baru saja makan malam bersama dengan semua teman-temanmu, ada yang ingin ia bicarakan katanya,"

   "APA?! Kenapa kau baru bilang sekarang? Kenapa kau tak bangunkan aku?! Sial..." Leon segera bangkit dari ranjang, walaupun jalannya masih tertatih-tatih.

    "Hah?! Kok jadi menyalahkan aku?sini kubantu," Aurora merangkul Leon yang berjalan tertatih-tatih.

    .

   .

   .

   Sementara itu di ruang makan istana,semuanya ribut karena memprotes tindakan Raja Mordu yang dinilai tidak adil dalam hukum. Dan juga permainan yang dibuat oleh Raja Mordu dinilai terlalu berbahaya.

   "Gara-gara kau! Leon tak sadarkan diri! Dasar tak tahu diri!"

   "Iya! Ini semua karenamu!"

   "Kau tidak adil!"

  Begitulah berbagai protes dari awak kapal kepada Raja Mordu, beberapa prajurit istana menjaga Raja Mordu disana agar tidak ada kericuhan ataupun tindakan anarkis lainnya.

   Suasana ruang makan semakin ricuh karena berbagai argumen dan protes. Raja Mordu bahkan tidak memiliki kesempatan untuk berbicara disana, walaupun semua awak kapal itu sudah dijamu dengan makanan-makanan yang enak,mereka bahkan tidak menyentuh secuil makanan pun disana.

   "DIAM!!!" Suara Raja Mordu menggelegar di seluruh penjuru ruangan.

    Semuanya terdiam,dan melihat ke arah Raja Mordu yang sudah habis kesabarannya.

Aurora (PROSES REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang