Chapter 2 : mang uben?

11.8K 676 18
                                    

Di ruangan lain, tepat berada di lantai atas dengan tembok yang sengaja di beri warna merah muda -agar terkesan girly- Chika sedang berusaha agar tampil sedikit baik.

Ya ampun.. Kasian banget jadi Chika, masuk sekolah hari pertama harusnya cantik. Biar kakel pada terpesona gitu, kan? Kenapa ini Chika malah kaya mang Uben?. Batinnya. Untuk pemberitahuan, mang Uben adalah orang kurang waras a.k.a Gila yang sering berkeliaran di sekitar komplek rumah Chika.

Chika terus memperhatikan penampilannya sendiri. Dari rambut, sampai ke sepatunya. Sesekali, Chika meringis kasian melihat dirinya.

Chika memperhatikan bagian kepalanya lebih teliti. Pakai topi terbuat dari bola plastik yang di belah menjadi dua. Rambut yang di kepang dengan pita berwarna berbeda. Bisa tidak, Chika ganti wajah terlebih dahulu? Untuk hari ini saja.

Perhatiannya turun ke leher yang memakai kalung. Ah, bukan kalung berharga. Hanya permen mint yang di sambung menjadi lingkaran, dan di pasangkan ke lehernya. Chika tidak ingin sombong, maka dari itu ia menggunakan sesuatu yang sederhana.

Sekarang, bagian kakinya. Kaos kaki panjang bergambar yang di kenakan di kaki bagian kanan. Sedangkan kaos kaki pendek berwarna putih bersih di kaki bagian kiri. AH LUCUNYA!!

Chika meringis. Dalam hati ia merutuki mereka yang memerintahkan calon murid untuk berpenampilan luar biasa seperti ini.

Masih dengan perasaan kesal. Chika mengangkat tangan kirinya untuk melihat pukul berapa saat ini.

Ah.. Baru jam 6 lewat 20 menit.

Enam lewat dua puluh menit. E.nam.le.wat.du.a.pu.luh.me.nit

Mata Chika melebar, "GILA!!" teriaknya histeris.

Chika berlari mengambil tasnya yang ia simpan di atas kasur. Ia mengenakan tas tersebut seraya berlari keluar kamar. Gantungan yang ia pasangkan di tas mungil miliknya saling bersinggungan, membuatnya berbunyi nyaring.

Chika menuruni anak tangga rumahnya dua sekaligus. Sesekali, ia membenarkan topinya yang miring.

Sampai di lantai bawah, ia melihat ibu dan kakaknya sedang berbincang ringan. Ia mengambil napas sebentar, lalu kembali melanjutkan langkahnya.

Chika bersidekap, "ngomongin aku ya?" serunya.

Bram dan Vany mengalihkan pandangan mereka, memperhatikan Chika dari atas sampai kebawah dengan mulut terbuka sedikit.

Bram menutup mulutnya, "Hmpph.... " Ia menahan tawanya sekuat tenaga. Pipinya memerah, matanya berair.

Lengkungan di bibir Chika seketika lenyap. Ia cemberut, "Apaan sih" katanya jengkel.

Bram mengipasi kedua sisi wajahnya, "Lo apa apaan sih, dek. Haduuh... " dengan sebisa mungkin,  Bram mengalihkan pandangannya dari Chika.

Chika menghentakkan kakinya kesal, "Udah deh, aku gak mau sekolah" ketusnya.

Bram melotot, "Sekolah gak, lo".

Chika mencibir. Dengan kesal, ia berjalan menuju meja makan. Sengaja, ia mengambil jarak yang jauh dari Bram.

Chika melahap roti yang sudah di sediakan untuknya dengan kesal.

Vany menggeleng, "Udah sayang, kamu tetep cantik mau gimanapun, kok" Vany mengusap rambut Chika pelan.

Chika mengibaskan tangannya, "Emang" katanya, "Mereka nyuruh gini tuh.. " Chika menggigit sedikit rotinya sebelum melanjutkan, "Supaya gak bisa di tandingin, gitu" Chika melirik Bram sinis.

Bram meminum susunya, seraya memperhatikan Chika dengan pandangan mengejek. Membuat Chika mencibir kesal.

Vany menggeleng kecil. Diam diam, ia juga menertawakan penampilan Chika.

•••

Edisi Revisi
Vote, Comment, and share if you like.
More about me or my story?

Find me on my insta (at : sherina.mp)

Look at Me! [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang