chapter 3 : temen baru?

10.4K 606 3
                                    

Chika's Point Of View

Ini sudah lima menit, semenjak aku menduduki pantatku di kursi makan rumahku. Namun, roti di tanganku ini gak abis abis. Kok bisa ya?

Aku makan dengan tenang. Kenapa cuma aku? Karena bang Bram, dan ibuku hanya menemaniku makan. Mereka sudah selesai sedari tadi.

Rumahku tetap terasa menghangatkan, walau kami kehilangan satu anggota. Bukan kehilangan untuk selamanya -ah jangan sampai. Tapi, kehilangan karena Papahku pergi untuk urusan pekerjaan.

Aku bersendawa kecil. Dengan tidak tau jorok, aku mengemuti jari jariku satu persatu.  Setelah aku rasa cukup bersih, akupun meminum susu yang di siapkan memang untukku.

Setelah kandas, aku mengelap bibirku menggunakan punggung tangan.

Aku mengangkat kepalaku, "Ayo, bang. Aku udah selesai" kataku. Mataku berkedip beberapa kali, melihat abangku dan ibuku yang malah mengernyit jiji.

Aku lihat bang Bram bergidik, "Mah, abang sama Chika berangkat ya" katanya seraya beranjak dari kursi untuk bersalaman dengan ibuku. Eh, ibu kami.

Bang Bram pergi mendahuluiku. Saat ia melewatiku, ia sedikit menyentil dahiku. Aku hanya mengerucutkan bibirku kesal.

Aku berjalan kearah ibuku, "Mah, aku berangkat ya" pamitku seraya mencium pipi kanan ibuku.

Ibuku mengangguk, "Hati hati sayang" katanya dengan bibirnya yang menempel pada pipi kiriku.

Sedikit pemberitahuan, aku dan bang Bram satu sekolah. Dan kebetulan, abangku itu wakil ketua osis di sekolahku ini. Jadi, kalo ada yang kurang ajar sama aku, bisa langsung di elus elus deh sama abangku. Elus elus pake golok maksudnya.

Setelah ijin tadi, aku langsung berlari kecil ke mobil yang sedang bang Bram siapkan.

Aku bersidekap bak tokoh antagonis di kursi samping bang Bram, "Ayo mang, jalan ya"

Setelahnya, aku memekik kesakitan karena abangku menarik hidungku kearahnya.

***

Tepat setelah aku turun dari mobil, aku mendengar pemberitahuan yang menyuruh murid baru sepertiku untuk berkumpul.

"Tes.. Selamat pagi" sapa seseorang, "Untuk calon murid, harap segera berkumpul di lapangan" lanjutnya.

Aku berjalan ke arah papan penghumuman, untuk melihat di mana letak lapangan. Setelah mengetahuinya, aku segera berlari lari kecil menuju lapangan.

Sampai di pinggir lapangan. Aku meringis. Walaupun ini masih pagi, ternyata cukup panas. Walau masih panas yang baik untuk tubuh, ya sama aja panas. Aku benci kalau aku harus merasa kegerahan, dan tubuhku berkeringat cukup banyak.

Aku bergabung. Berbaris bersama seluruh murid calon kelas 10 Sma ini.

Aku berdecak, "Tadi suruh kumpul, sekarang malah ngaret" gerutuku seraya mengipasi leherku yang mulai terasa lengket.

"Iya" sahut seseorang di sampingku. Aku menoleh, memandangnya aneh. "Gak tepat waktu banget. Ya gak?" katanya tiba tiba kearahku.

Aku gelagapan, "I.. Iya" sahutku.

Si cewek aneh sampingku ini mengangkat bahunya acuh, "Nama lo siapa?" katanya nyolot.

Aku tersenyum paksa, "Chika.. Chika Bramasta Rogiliur. Panggil Chika" kataku. Aku lihat dia mengangguk.

"Nama gue Adelia Putri. Panggil gue Adela" bodo amat sih.

Aku mengangguk, "Oke". Hm.. Dasar, hati sama mulut gak pernah kerja sama.

Aku menggerakkan kakiku bosan. Teman baru? Sekolah baru? Gebetan.. Boleh baru kan?

Aku terkekeh kecil karena pemikiran anehku. Apaan coba gebetan baru.

"Cih" tiba tiba saja Adela berdecih, "Lo gila ketawa sendiri?" ketusnya.

BELAGU EMANG YA

Aku menggeleng, "Ngga.. Ngaa. Gue  ngerasa lucu aja liat orang kepanasan" dustaku.

Adela melirik sinis kearahku, "Lo juga kepanasan, by.the.way" katanya dengan menekankan kata BTW.

Aku kembali terkekeh. Aku mengibaskan telapak tanganku kembali di sekitaran wajah sampai keleher. Membuat udara untuk diriku sendiri. Walaupun, kalah dengan udara luar biasa ini.

•••

Edisi Revisi
If you have an Instagram. You can find me (at :sherina.mp)

Look at Me! [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang