"Kenalin, nama gue--" siswa itu menghentikam perkataannya. Suasan hening, seperti semua orang menunggunya melanjutkan.
Tiba tiba saja ia tertawa terbahak bahak. Ia menunjuk wajah teman temannya secara acak. "Lo semua nunggu gue ngomong ya? Haha" ia kembali tertawa.
Salah satu siswi yang duduk di barisan kedua menepuk dahinya. "Goblok. Ngapain sih gue nunggu"
Salah satu siswa berparas tampan menggebrak meja tiba tiba. "Gue sakit mata lo berdiri di sana"
Siswi yang duduk di depan Chika langsung menyenderkan punggungnya kasar. "Lo ngenalin diri doang lama amat bangsat" ia teriak.
Si pembuat onar yang masih berdiri di depan sana menoleh. "Bahaya, lo terkena love at the first sight ya?" ia memicingkan matanya curiga, yang di balas dengusan kasar.
Ia bersidekap, "Oke guys. Nama gue Kelvin Starta, panggil gue Kelvin. Tanpa embel embel ganteng, apalagi sayang" ia menaik turunkan alisnya berkali kali.
Gadis di depan Chika pura pura meludah. "Cih, nama sama muka gak cocok banget" katanya nyinyir.
Kelvin geleng geleng. "Suatu saat lo demen sama gue, gue gak mau tanggung jawab" Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda menyerah.
Gadis depan Chika mengangkat jari tengahnya. Sebenarnya, wajah Kelvin termasuk kedalam deretan wajah diatas rata rata. Ia memiliki wajah timur tengah, dengan postur tubuh yang pas.
Clara menggeleng. "Untung cakep" Clara berkata pelan.
Chika mendengar Clara bermonolog. Ia segera menoleh, "Lo suka? Hmmm... "Goda Chika.
Clara mendorong bahu Chika pelan. "Nggak ih"
[Disisi lain]
Farel Point Of View
Dari tadi, gue cuma diem. Tapi, sekali kali gue ngangguk atau geleng geleng kalau Arin nanya atau minta pendapat gue. Gue sebenernya paling gak suka situasi bacot gini. Mendingan langsung ke point, kan?
Gue bukannya dingin, ketus, atau apalah itu yang sering orang orang omongin tentang gue. Tapi, gue lebih milih ngomong kalau itu emang penting atau berguna. Bukan cuma basa basi gak jelas.
Gue lebih milih merhatiin setiap sudut ruang gugus ini. Cukup lebar dan bersih. Ya iyalah. Disekolah ini, mana ada ruangan yang sempit.
Bola mata gue tiba tiba aja gak bisa gue gerakin lagi. Bola mata gue seperti ada magnetnya yang tarik menarik sama cewe yang lagi ketawa.
Dia manis. Terlalu manis untuk gue gambarin. Dia tertawa lepas. Gak malu kalau ada yang tiba tiba ngeliatin dia kaya gue sekarang ini.
Gue gatau seberapa lama gue ngeliatin dia. Mungkin, dia ngerasa gak nyaman dan akhirnya dia juga ngeliat kearah gue. Awalnya kita cuma liat liatan. Tapi, lama lama bibir dia... Senyum.
Senyumnya manis. Sialan manis. Sampai gue gak sadar kalau gue juga ikut senyum. Dia udah bawa pengaruh yang aneh buat gue.
Senyumnya manis. Berapa kali gue bilang? Pokoknya manis. Dan, senyum semanis itu cuma untuk gue. Mungkin, gue gak akan rela kalau dia nunjukin senyum itu untuk orang lain. Cuma untuk gue.
Gue sedikit tersentak kaget saat Arin nepuk pundak gue. "Lo kenapa Rel?" tanya dia.
Gue berdehem untuk menyadarkan gue sepenuhnya. Lalu, gue menggeleng sebagai jawaban.
Chika Point Of View.
Hahaha. Clara lucu banget,deh.
Pipi Clara semakin merah pas aku godain dia sama Kelvin Kelvin itu. Clara marah marah, tapi aku terlalu suka liat pipi tembem dia yang merah itu.
Hm.. Aku akuin sih, kalau Kelvin itu emang ganteng, tapi menjurus ke manis juga. Wajah timur tengah yang terlalu kental semakin menambah nilai plus untuknya.
Sudah bermenit menit aku dan Clara saling tertawa. Eh, aku ralat. Aku yang tertawa, karena Clara yang menjadi objek tawaanku.
Aku mulai merasa tidak nyaman. Seperti ada yang janggal. Aku mengedarkan pandanganku keseliling. Namun semua biasa. Saat aku menoleh kedepan, kejanggalan yang aku rasakan aku temukan. Didepan sana, kak Farel sedang memperhatikanku. Apa dia berniat menegurku?
Aku mulai takut. Takut dihukum terutama. Tapi, setelah beberapa detik aku menunggu teguran, teguran itu tidak datang datang. Dengan ragu, aku menarik kedua sudut bibirku membentuk senyuman.
Aku kira, Kak Farel gak akan membalas. Tapi aku salah, kak Farel membalas senyumanku dengan senyuman tipis. Sangat tipis yang malah sangat terlihat jelas di wajahnya yang dingin.
Aku penasaran. Apa ini ilusiku semata? Aku semakin melebarkan senyumanku sampai kedua sudut mataku tertarik. Dan di sana, kak Farel juga ikut tersenyum lebar.
Author Point Of View
Setelah saling tertawa bersama di dalam ruangan gugus tujuh, bel tanda istirahat berbunyi nyaring.
Ruangan gugus yang tadinya ramai, semakin ramai karena mereka berlomba lomba ingin ke kantin. Mengisi perut mereka yang sudah kosong melompong.
Ruang gugus menjadi sepi ketika penghuninya berhamburan keluar ruangan. Di gugus tujuh, hanya tersisa osis pembimbing dan dua gadis yang berbeda kegiatan.
Chika menghentakkan kakinya berkali kali. "Ayo atuh, Ra. Buruan" Chika berkata demikian untuk yang ke 4 kalinya dalam 5 menit terakhir.
Chika yang kesal melihat Clara yang sungguh lambat memasukkan barang barangnya ke dalam tas mengambil alih perkejaan Clara. Tak perlu rapih. Yang penting beres
Chika bersidekap. "Selesai, sekarang ayo!" Chika menarik tangan Clara keluar ruangan.
Saat melewati osis pembimbing, Chika dan Clara kompak mununduk sopan. "Duluan Kak" ucap mereka bersamaan.
Mereka pergi keluar kelas saat mereka mendapat anggukan serta senyuman dari para osis pembimbing.
Clara dan Chika menuju kantin sambil memperhatikan tata letak ruangan. Mereka berhenti melangakah di depan gugus empat saat mendengar seseorang menyerukan nama Chika.
"Oi Chik!" Seru Adela, "Lupa ya lo, sama gue" Adela berucap ketus.
Chika menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Kayanya sih, iya". Lalu, Chika mengaduh keras saat Adela memukul kepalanya.
•••
Kamu punya Instagram?
Nambahin teman ya (at. sherina.mp)
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me! [ New Version ]
Novela Juvenil[Completed]√ Chika Bramasta Rogiliur. Gadis manis yang terlahir dalam keluarga yang serba ada, menjadikan Chika sosok yang cerewet namun juga cengeng. Menurut Chika, perasaan adalah urusan belakangan, ia membiarkan semuanya berlalu seperti aliran s...