Chika Point Of View.
Tiba tiba saja Farel kembali mencengkam pergelangan tanganku. Hei--apakah dia ada semacam obsesi terhadap pergelangan tangan?.
Aku memejamkan mataku untuk menahan emosi. Lalu kembali menoleh kebelakang untuk bertemu dengan wajahnya. "Ada apa lagi, kakak?" aku menekankan kata 'kakak'.
Farel menggenggam sejumput rambutku, lalu menariknya sedikit keatas sehingga aku mendongak. "Kita ke kelas, ya?" Farel berkata lembut, yang sangat tidak sesuai dengan perbuatannya saat ini.
Bibirku gemetar ketakutan. Aku tidak menjawabnya. Tapi Farel semakin keras menarik rambutku. "Oke?" tanyanya, bibirnya tersenyum manis.
Dengan ragu, aku mengangguk berkali kali dengan cepat. Farel melepaskan rambutku, menggantinya dengan mengusap pelan rambutku yang tadi ia tarik. "Good girl" gumamnya pelan.
Farel melangkah mendahuluiku. Saat sadar, aku segera berhenti melangkah. "Kak--?! "panggilku lemah.
Farel menoleh, lalu tersenyum. "Kenapa?" tanyanya. Ia berjalan mendekat kearahku. Setiap derap langkahnya, seperti genderang kematian untukku.
Aku menelan salivaku yang mendadak berubah bak batu kerikil berukuran batu kali. "Biarin aku--jalanin hukumanku, ya? Boleh ya?" pintaku. Aku sengaja mengucapkan dengan lembut, agar Farel luluh. Mungkin?.
Farel mengernyit tidak suka. "Balik ke kelas" perintahnya mutlak.
Aku menggeleng. Aku tetap ingin menjalankan hukumanku. Memang aku tergiur akan tawaran Farel. Namun aku tidak ingin menjadi buah bibir antara kakak kelas. "Aku mohon.."Pintaku.
Farel melotot. Lalu menghela napasnya kesal. "Ini bukan salah lo" Farel mengusap pipiku menggunakan ibu jarinya.
Aku mengedipkan kedua mataku berkali kali. "Please.. ".
Farel membuang napasnya. "Kita jalanin hukuman bareng bareng" katanya. Farel berjalan mendahuluiku menuju lapangan. Gak tau lapangan yang mana.
Langkahku dan Farel sontak berhenti bersamaan saat seseorang memanggil Farel. "Farel!!" Aku dan Farel menoleh kebelakang.
Disana, kak Arin berdiri dengan napas tersenggal senggal. Ia menekuk lututnya sebentar, lalu kembali mengangkat kepalanya.
Kak Arin berjalan menuju Farel dengan semangat. Ia tersenyum lebar, namun senyumannya luntur saat ia melihat aku disamping Farel.
Farel bersidekap. "Apa?" tanyanya jutek. Oh, dia kembali menjadi Farel yang menyebalkan.
Kak Arin menggenggam tangan Farel, namun Farel langsung menghempaskan tangan kak Arin kasar. Aku melotot terkejut melihat itu.
Kak Arin terlihat terluka sekaligus malu. "Itu Rel, lo harusnya ada di gugus" kak Arin berucap gugup.
Aku rasakan tangan hangat Farel menelusuri sepanjang lingkaran perutku. Lalu Farel menarikku mendekat kearahnya. Hal itu tidak lepas dari pengamatan kak Arin. Aku ingin melepaskan, namun Farel meremas perutku, menyebabkan aku meringis pelan. Huh, ada apa dengannya?!.
"Gue mau nemenin dia" Farel membelaku.
Mata kak Arin membelak terkejut. "Dia salah Rel, harus dihukum" kak Arin memberi pengertian.
Farel mengangkat bahunya tak acuh.
Author Point Of View.
"itu gue yang salah" Kata Farel yakin.
Chika kembali mencoba melepaskan pelukan Farel. Namun pergerakannya tertangkap oleh mata Arin. Arin melototkan matanya, Lalu Chika menunduk.
Arin kembali kepada Farel, "Maksud lo?" tanya Arin.
Farel kembali mengangkat bahunya tak acuh. "Tadi istirahat, gue berduaan sama dia" Farel tak perduli akan sorot terluka Arin, ia tetap memberikan keterangan yang jelas jelas menyakiti Arin.
Chika melotot mendengar Farel berkata demikian. Ia menoleh kearah Farel--yang tidak Farel balas tatapannya. Fokus Farel masih kepada Arin yang memperhatikan Chika dengan kesal.
•••
Bonus Bonus Bonus.. Wkwk
Punya instagram?
Follow ya (at : sherina.mp)
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me! [ New Version ]
Teen Fiction[Completed]√ Chika Bramasta Rogiliur. Gadis manis yang terlahir dalam keluarga yang serba ada, menjadikan Chika sosok yang cerewet namun juga cengeng. Menurut Chika, perasaan adalah urusan belakangan, ia membiarkan semuanya berlalu seperti aliran s...