Chapter 23 : Tanpa Judul

4.4K 252 4
                                    

"kalau gitu, lo mau jadi pacar gue?"

Chika berkedip berkali kali, berharap saat matanya terbuka, ia masih di toko buku. Memilih salah satu novel romance yang menarik perhatiannya.

Namun, saat matanya terpejam-lalu terbuka lagi, objek yang ada di depannya masih Alex, bukan buku yang berjejer rapih.

Chika merintih pelan, "Aku harus jawab kapan?" tanyanya.

Alex memiringkan kepalanya, lalu mengangkat bahunya acuh. "Sekarang".

"Duh.." Chika meringis. Ia tak tau harus jawab apa, karena ini pertama kalinya- benar benar pertama kali. Saat ia masih di sekolah menengah pertama, memang banyak yang memintanya untuk menjadi pacar. Namun, mereka-mereka itu meminta lewat pesan- dan langsung Chika berikan kepada Bram. Bukan langsung seperti ini. "Yaudah, deh" lanjut Chika.

Alex mengernyit, "Yaudah deh, apa?" tanyanya sambil berusaha menahan senyum.

Chika berkedip, "Ya gitu".

***

Bram keluar dari kamarnya sambil membaca pesan dari grup OSIS, "chika?!" panggil Bram dengan berteriak.

Chika yang sedang membaca buku pelajaran dari dalam kamar berteriak, "Iya bang?" katanya.

Dengan langkah pelan, Bram mendekati kamar Chika, "Lo dikamar?" Bram berseru seraya mengetuk kamar Chika beberapa kali.

Chika berteriak kembali, "Iya"

Bram menekan handle pintu kamar Chika kebawah. Lalu tataan barang barang rapih dalam kamar Chika mulai masuk dalam pandangannya, "Gua masuk" Bram terkekeh sendiri. Meminta izin saat ia sudah melihat tubuh Chika berbaring di kasur sambil menatapnya malas.


Chika kembali membaca buku, "Ngapain sih?" katanya.

Bram berjalan mendekati Chika. Lalu ia duduk di pinggiran kasur Chika sambil memperhatikan Chika, "Ngapain lo?" Bram balik bertanya.

Chika mengangkat bahunya acuh, "Cebok" ia menjawab malas.

Bram menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia membaca pesan pesan yang ada di dalam grup OSIS sekali lagi, sebelum memutuskan untuk bertanya, "Lo pacaran ya sama Alex?".

Gerakan tangan Chika yang hendak membalikkan lembaran buku terhenti, jantungnya pun bereaksi sama hal. Dengan menelan salivanya yang mendadak berubah bak batu kali, Chika duduk mengahadap Bram, "Abang tau?" Chika bertanya takut.


Melihat gelagat Chika, Bram bisa menyimpulkan bahwa itu benar. Bram mengangguk, "Bener ternyata" katanya.

Chika mati gaya. Ia memegang tangan Bram yang hendak pergi, "Abang marah?" tanyanya.


Bram membuang napasnya kasar, lalu menggeleng pelan. "Nggak. Gua gak marah sama lo, tapi sama diri gua sendiri" Bram menunduk, "Kaya gagal aja jagain ade satu doang. Kecil kecil udah pacaran".

Mata Chika melebar. Jantungnya seperti dihempaskan dari ketinggian beberapa meter. Sakit, saat mendengar kakaknya berkata seperti itu atas kesalahannya sendiri. "Maaf bang, itu salah Chika. Maaf" Chika menunduk. Mulai menangis.

Bram mengusap kepala Chika pelan, "No prob".

Tanpa menghentikan tangisan Chika, Bram melangkah keluar kamar Chika.

***

Keluar dari ruang ujian, Adela dengan mendramatisir keadaan langsung duduk di bangku sepanjang koridor dengan kepala menengadah. "Gue... Mati 5 detik lagi" katanya sambil mengangkat kelima jarinya.


Azwa mengangguk, "Ok Del, nanti gue ngelayat" katanya sambil mendudukkan dirinya disamping Adela.

Adela mengangguk, "Hm.. Jangan lupa bawa beras sama amplop isi berlian".

***

Chika berjalan seorang diri sambil memainkan ponselnya. Menanyakan keberadaan Bram.

Lalu, langkahnya terhenti saat seseorang menarik tangannya. Chika menoleh, lalu tersenyum canggung kepada Alex. "Mau pulang?" tanya Alex.

Chika mengangguk, "Iya, kak" katanya.

Mereka kembali berjalan beriringan, "Bareng Bram?" Alex kembali bertanya.

Chika mengangguk, "Iya".

Namun, tiba tiba langkah Chika terhenti saat Alex tersungkur.

Chika menoleh kebelakang, melihat Farel dengan wajahnya yang merah padam.

Farel melirik Chika sekilas. Lalu kembali memfokuskan dirinya pada Alex.

Farel memukul rahang Alex. Sehingga terdengar patahan tulang.

Mata Chika melebar. Ia mau meminta tolong. Namun bibirnya rapat. Kakinya seperti terpaku. Tidak bisa bergerak.

Chika mencoba untuk tidak melihat pertengkaran didepan. Namun matanya tak bisa menutup.

Hanya kaki Chika yang bergetar secara berlebihan, saat melihat sudut bibir Alex mulai mengeluarkan darah dengan mata mulai terpejam, dan Farel yang tidak dapat berhenti walau beberapa orang mulai menahannya.

***

Follow aku woe, follow
At. (sherina.mp) >> Ig btw

Look at Me! [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang