Kenyataan yang diterima keluarga Rogiliur sungguh menyakitkan. Tulang punggung mereka, sumber canda tawa mereka, penopang hidup mereka pergi mendahului mereka semua, melepas tanggung jawabnya seenak hati.
Pesawat yang Rogiliur naiki harus mengalami nasib buruk dikarenakan mesin yang sudah tua dan usang, di tambah pengaruh cuaca buruk.
Flashback on>>
Vany menoleh saat seorang pegawai wanita menepuk pundaknya, "Maaf nyonya, ini data data penumpang pesawat Isden yang sudah di temukan dalam keadaan tidak bernyawa" petugas tersebut menyerahkan beberapa lembar kertas berisi nama nama korban, "Jika nama yang nyonya cari tidak ada, kami akan terus mencari dengan bantuan tim sar, dan semoga keluarga nyonya di temukan dalam keadaan baik baik saja. Saya permisi"
Vany membuka tumpukan kertas yang sudah lusuh setelah mengucapkan terimakasih. Vany berharap, nama suaminya -Rogiliur tidak ada dalam deretan nama korban tersebut.
Tangan Vany bergetar hebat saat melihat nama Rogiliur tertulis dalam deretan nama nama korban. Harapannya pupus. Pasangan hidupnya di rebut secara paksa oleh sang pembuat dunia beserta isinya.
Vany sadar, jika banyak orang yang sudah mengelilinginya. Banyak yang berkata sabar hanya sekedar bentuk empati, lalu setelah itu melengos pergi. Banyak yang menghampirinya hanya karena ingin tahu, bukan membantu.
Bram dan Chika berlari kecil menghampiri kerumunan yang terbentuk menghalangi jalan.
Chika dan Bram memegang pundak Vany saat mereka mendapatkan jalan untuk mendekati ibunya. Dengan sedikit menggoyangkan pundak Vany, Chika bertanya. "Mamah kenapa?" Namun ia tidak mendapatkan jawaban.
Mendengar bisik bisik di sekitarnya, Bram berdiri lalu menghampiri salah satu pegawai pria. "Dimana jenazah atas nama Tuan Rogiliur Brawibomo?"
Petugas pria tersebut mengangguk mengerti. Lalu meminta Bram agar mengikutinya ketempat jenazah diletakkan sementara.
Tangan Bram membeku saat ia mengulurkannya untuk menarik resleting penutup jenazah kebawah. Dalam hati ia terus berdoa agar pihak rumah sakit yang bertugas salah melakukan tes untuk mengenali jenazah.
Tanpa ada isakan, air mata Bram melolos begitu saja. Turun membasahi kedua pipinya. Ayahnya. Panutannya. Sekaligus Super hero yang mendidiknya hingga besar terbaring dengan tubuh membujur kaku.
Dada ayahnya tidak mengembang kepis bak orang bernapas pada normalnya. Ayahnya tidur dengan tenang. Tidak merasa terganggu dengan suara bising di sekitar.
Bram berdehem ringan. Lalu ia menghapus air matanya dengan kasar. "tolong antarkan tuan Rogiliur ke alamat ini. Sebelumnya terima kasih".
Bram meninggalkan ayahnya sendiri. Ia kembali pads Chika dan ibunya. Setiap langkah berderap, Bram merasakan tanggung jawab di pundaknya. "Mah, Chik. Ayo pulang" Bram berucap pelan.
Chika menggeleng kasar. "Gak mau! Chika mau liat papah" Chika memberontak.
Bram menghela napasnya kasar. "Nanti di rumah".
Chika menangis semakin kejar. "Chika bilang mau liat papah, Bang! "
Bram menarik tangan Chika agar segera berdiri dengan keras. "GUE BILANG PULANG SEKARANG! "
***
Jenazah Rogiliur selesai di kebumikan keesokan harinya. Chika lagi lagi mendapat bentakan dari Bram saat di tempat pemakaman.
Chika yang terbilang cukup dekat dengan ayahnya merasa sangat terpukul. Jika bisa, Chika ingin menemani ayahnya di dalam tanah.
Berada enam kaki di bawah tanah tak masalah, asalkan bersama orang tersayang. Cita-cita Chika untuk membuat ayahnya bangga akan dirinya pupus sudah.
![](https://img.wattpad.com/cover/107970032-288-k294577.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me! [ New Version ]
Jugendliteratur[Completed]√ Chika Bramasta Rogiliur. Gadis manis yang terlahir dalam keluarga yang serba ada, menjadikan Chika sosok yang cerewet namun juga cengeng. Menurut Chika, perasaan adalah urusan belakangan, ia membiarkan semuanya berlalu seperti aliran s...