chapter 12 : amarah Farel

8.1K 452 5
                                    

Tangis Chika semakin kejar saat Farel tidak juga melepaskan tangannya. "Kak --hiks- kita mau kemana? Nanti gue di hukum" Chika mencoba melepaskan cengkraman tangan Farel yang terasa seperti hendak mematahkan tangannya detik ini juga.

Farel berhenti melangkah saat kaki mereka menginjak taman yang jarang para siswa/i lewati.

Farel menghentakkan tangan Chika kasar sampai Chika sedikit terhuyung.

Mata Chika membulat terkejut. Ia mundur, menjauh dari Farel.

Farel membuang napas kasar. Ia menatap Chika gemas bercampur kesal. Dengan beberapa langkah, Farel kembali berdiri tepat di hadapan Chika. Farel menggenggam pundak Chika kasar, sampai Chika meringis menahan sakit.

Farel menatap Chika tepat di retinanya.
"Lo cengeng tau gak? Gue gak suka"

Chika tertohok atas perkataan Farel. Banyak orang yang berkata demikian. Namun, baru kali ini Chika merasa sakit hati. Chika menunduk, menghindari tatapan Farel yang menghunusnya.

Napas Farel memburu. Dengan sangat kasar, Farel menggoyangkan pundak Chika. "LIAT GUE CHIKA!!" Farel berteriak.

Chika menutup wajahnya menggunakan kedua telapat tangannya. Tangisan Chika semakin tidak terbendung. Isakan tangis mulai mengganggu Farel. Sesekali, Chika menyebut nyebut nama Bram. Berharap kakaknya datang bak superhero.

Farel melepaskan tangan Chika dari wajahnya. Farel mengangkat dagu Chika dengan kasar. "Diem lo. Bocah!"

Bukannya diam. Chika semakin kejar.

Farel mendorong bahu Chika kasar menjauh darinya. Frustasi, Farel menarik rambutnya sendiri.

Chika melangkah menjauh dari Farel. Ia masih menangis, namun Farel membiarkannya.

Beberapa lama kemudian, tangisan Chika mereda. Menyisakan isakan isakan kecil yang keluar dari mulutnya. Napas Chika juga masih tersendat sendat, menyebabkannya sedikit lelah. Matanya terasa berat. Membuatnya ingin memejamkan matanya sekarang juga.

Farel berbalik, menatap Chika yang masih menunduk. "Gue gasuka. Lo lemah"

Chika mengangkat kepalanya. Namun, ia kembali menunduk. "Gue hidup--bukan untuk--bikin lo terke--san" Chika berucap tersendat sendat. "Hidup gue--Lebih baik--Tanpa lo!" Chika menaikkan nada suaranya beberapa oktaf. Menyadarkan Farel, bahwa ia memang tidak pernah di butuhkan oleh siapapun.

Farel melangkah mendekat. Membuat Chika merasa terintimidasi sekaligus. "Gue--" Farel menunjuk dirinya sendiri, "Udah Cinta sama lo--" Farel mendorong pundak Chika menggunakan jari telunjuknya, "DARI PERTAMA GUE LIAT LO!! " Farel menggoyangkan pundak Chika dengan kasar. Menghentakkan kesadaran Chika, membuat Chika sadar, bahwa Farel memang benar benar harus ia jauhi. Sejauh mungkin.

Farel mendorong Chika sedikit kasar.  "Gue gak akan pergi dari lo!"

***

Bel tanda pelajaran sudah berakhir, dengan terdengarnya suara bel yang nyaring.

Chika mengangkat wajahnya. Selama di dalam gugus tadi, Chika terus menunduk, menyembunyikan wajah sembabnya dari tatapan kepo semua orang.

Saat kelas mulai sepi, Chika memutuskan untuk mengangkat bokongnya dari dudukan kursi.

Chika berjalan menuju parkiran sendirian. Sesekali, ia menoleh ke kanan dan kekiri. Mencari keberadaan kakaknya.

Sampai di parkiran, Chika berdiam diri mematung. Ia tidak tahu harus kemana. Daripada langsung menuju ke mobil milik kakaknya, menunggu kakaknya di sana dan kepanasan, lebih baik ia diam disini. Menghalangi orang orang yang ingin lewat.

Chika berjengkit terkejut saat merasakan pelukan tangan seseorang di pundaknya. Jantungnya berdetak kencang. Takut takut kalau itu adalah Farel.

Dengan ragu, Chika menoleh. Lalu bernapas lega saat menemukan wakah kakaknya yang berjarak sangat dekat dengan wajahnya. "Nyariin gue ya?!" Bram berucap menggoda.

Chika memutarkan bola matanya malas. Ia menangkup wajah Bram dengan sebelah telapak tangannya. Menjauhkan wajah abangnya tersebut. "Pergi lo! Pergi" Chika berucap ketus.

Bram berjalan mendahului Chika sambil terkekeh. "Hayu.. Pulang"

Chika mendengus kesal. Ia menyusul langkah Bram dengan berlari. Saat langkahnya sejajar dengan Bram, Chika menggandeng satu tangan Bram.

Bram menoleh. Ia geleng geleng kepala. "Jauhan sana lo! Nanti cewek cewek gue cemburu" kata Bram. Namun, ia tidak melakukan hal apapun untuk upaya menjauhkan adiknya tersebut.

Chika mendelik tajam. "So famous lo, Bang!"

Bram terkekeh kecil, "Gue emang terkenal kali"

Chika mencubit lengan Bram kesal, "Tai!" Umpat Chika.

Bram tergelak, "Semacam kotoran"

Chika memukul lengan atas milik Bram dengan keras. Membuat Bram semakin tertawa terbahak bahak.

***

Chika menyerongkan badannya saat ia sudah selesai memasang seatbelt. "Oiya bang, lo kenal kak Farel?"

Bram menoleh sebentar, sebelum kembali memfokuskan dirinya dengan jalanan di depan.  "Nggak"

Chika melotot. "Kok bisa?!"

Bram menyentil dahi Chika pelan. "Lagian, lo nanya aneh aneh"

Chika mengusap usap dahinya yang menjadi korban sentilan Bram. "Siapa tau, lo orangnya gak ber-so-sia-li-sa-si" Chika cemberut.

Bram geleng geleng, " Gue wakil ketua osis btw" Bram menoleh sebentar kearah Chika, "Bego di pelihara"

Chika mencibir, "Dia tuh, orangnya emang ngeselin ya bang"

Bram menggeleng, "Bukan ngeselin gitu. Dia emang pendiem"

Chika mengangguk pura pura paham.

***

Punya Instagram? Follow aku ya!
@sherina.mp

Look at Me! [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang