Arin mencoba melepaskan tarikan tangan Farel yang seolah ingin mematahkan tangannya. "Reel, pelan pelan" Arin memohon.
Farel mengabaikan. Bukannya memelankan langkah, Farel semakin mempercepat langkahnya. Seakan, ia memang berniat membuat Arin menderita.
Arin menahan kakinya kuat kuat saat Farel menariknya kedalam ruang kepala sekolah. "MAU LO APA?!" Arin berteriak khawatir.
Farel mendengus kesal. Ia berhenti melangkah, lalu berbalik. "Lo bacot" katanya sebelum kembali melangkah dengan menarik tangan Arin lebih kasar.
Farel membuka pintu ruang kepala sekolah tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Sehingga Pak Rony yang notabenenya kepala sekolah mereka menggeram kesal. "Tidak sopan" katanya.
Farel meringis, lalu menunduk rendah seraya meminta maaf.
Pak Rony membuang napasnya kasar, "Ada apa?" katanya sambil mempersilahkan Farel dan Arin duduk dihadapannya.
Farel kembali menarik tangan Arin. Jika saja ini bukan situasi rumit, Arin pasti sudah berteriak kesenangan tangannya disentuh Farel.
Farel mulai membuka suara saat ia telah memastikan bahwa Arin tidak akan kabur kemanapun. "Kemarin Arin membully salah seorang siswi kelas 10" tanpa perantara manis, Farel langsung mengucapkan intinya.
Didepannya, Pak Rony reflek mengatakan 'hah' sedangkan disampingnya, Arin, reflek melebarkan matanya.
Padahal menurut Arin, itu bukan membully. Itu hanya sekedar memberikan peringatan.
Pak Rony berdehem untuk melancarkan tenggorokannya. "Bisa kamu perjelas perkataanmu?" Pak Rony bertanya. Tidak ingin langsung menghakimi Arin.
Farel mengangkat bahunya acuh, "Tanyakan langsung pada orangnya, pak" Farel melirik Arin sambil bersidekap.
Pak Rony mengalihkan pandangannya pada Arin, "Apa yang Farel katakan itu benar, Arin?" Pak Rony berucap mengintimidasi.
Arin menggelengkan kepalanya takut, "ng--gak pak, Farel fitnah".
Pak Rony mendengus keras, "Siapa yang harus saya percaya disini?! "
Farel mengangkat bahunya acuh. Ia menoleh kearah Arin, lalu berbisik rendah, "Mau ngaku, atau gue tampar lo sekarang? " mata Arin melebar, begitupula mata Pak Rony. Walau Farel berucap rendah, namun keadaan ruang yang tertutup dan sepi membuat suaranya terdengar.
"Jaga ucapanmu Farel. Itu bisa menjebak kamu dalam hukum" tegur Pak Rony. Pak Rony kembali memperhatikan Arin, "katakan yang sejujurnya, Arin"
Arin tidak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya rendah rendah, yang semakin membuktikan ia menyerah dan mengaku bersalah.
***
Bagi beberapa kalangan pelajar, istirahat dan pulang sekolah adalah surga kecil bagi mereka. Apalagi, istirahat datang saat guru killer sedang mengajar. Ah, indahnya.
Adela menghela napas kecil. Lagi lagi Chika tidak mau pergi ke kantin, dan dia juga kena imbasnya. Mau pergi meninggalkan Chika tidam tega, tapi kalau tetap menemaninya juga ngeselin.
Adela memukul meja pelan, sehingga Chika sedikit terlonjak karenanya. "Kalau gitu, gue ke kantin. Nanti lo gue beliin makanan".
Chika mengangguk sambil tersenyum, "Oke" katanya.
Chika mengeluarkan ponselnya, saat Adela sudah hilang dari pandangannya. Membuka salah satu aplikasi favoritnya yang sering di bilang dunia orange.
KAMU SEDANG MEMBACA
Look at Me! [ New Version ]
Teen Fiction[Completed]√ Chika Bramasta Rogiliur. Gadis manis yang terlahir dalam keluarga yang serba ada, menjadikan Chika sosok yang cerewet namun juga cengeng. Menurut Chika, perasaan adalah urusan belakangan, ia membiarkan semuanya berlalu seperti aliran s...