chapter 16 : kelas baru masalah baru

6.1K 366 3
                                    

Yang Chika harapkan hari ini adalah, tidak mendapatkan gangguan apapun dari Farel. Chika ingin, mempunyai kenangan masa masa orientasi yang normal layaknya orang lain.

Seluruh pengurus osis mulai berbaris rapih di lapangan outdoor. Acara hari ini, memang di luar ruangan.

Rachel maju paling depan. Mengambil mic, lalu mulai berbicara. "Baiklah, kakak akan membacakan sususan acara kali ini"

Rachel membaca sekilas tulisan di kertas sebelum kembali meluruskan pandangan. "Kita akan main Game SUARA HATI"

setelah para murid kelas 10 selesai berteriak, Rachel kembali berbicara. "Selanjutnya demo ekstrakurikuler. Dan terakhir pembagian kelas."

Arin maju beberapa langkah, lalu Rachel mundur. "Osis perempuan yang akan main game ini ada Nabila, Caca, dan Syaqil. Cari pasangan lawan jenis ya" Arin mengingatkan saat mereka mulai berpencar mencari pasangan.

Arin kembali melanjutkan, "Untuk yang cowok, ada Bram, Alex, dan Tara. Ayo ayo! Cari pasangannya!"

Osis yang sudah mendapatkan pasangan, kembali berjalan ketengah lapangan bersama pasangannya.

Alex berjalan santai. Di ikuti Chika di belakangnya.

Saat mereka berkumpul, Arin mulai menghitung. "Oke sudah lengkap. Dan kalian semua harus ingat suara pasangan kalian ya"

Badan Chika meremang saat Alex mendekatkan bibir miliknya ketelinga Chika. "Lo.. Harus inget suara gue"

Farel mengepalkan tangannya di samping tubuh saat melihat interaksi antara Alex dengan Chika. Susah payah Farel menahan Hasratnya untuk mengamuk saat ini juga.

Farel tak tahan saat melihat Alex dan Chika sama sama terkekeh tidak jelas.

Dengan langkah lebar, Farel menghampiri mereka berdua.

Alex tak sempat menghindari pukulan Farel yang menyebabkan kepalanya pusing seketika. "MAKSUD LO APA BANGSAT!" Farel emosi.

Alex tidak bisa berdiri. Jangankan untuk berdiri, menjawab pertanyaan gamblang Farel saja Alex tidak mampu.

Farel menarik kerah seragam milik Alex, "MAKSUD LO APA KETAWA BARENG CEWEK GUE ANJING?!"

Suara pukulan yang bertubrukan, sekaligus suara tulang patah terdengar mengerikan. Farel menghadiahi Alex atas hal yang Alex lakukan dengan pukulan bertubu tubi.

Tidak mendapatkan perlawanan sedikitpun dari Alex, Farel membanting tubuh lemas tak berdaya milik Alex.

Farel menoleh sambil tersenyum mengerikan kearah Chika. "Ikut gue, Chik"

Jantung Chika seperti berhenti saat ini. Mampus gue. Rooftop lagi pasti.

Saat tangannya sudah ditarik paksa oleh Farel, Chika memperhatikan Bram dengan pandangan memohon. Wajah Bram masih memunjukkan wajah kebingungan. Namun, saat melihat wajah permohonan milik Chika, Bram mengusir semua rasa penasarannya.

Bram berjalan menggapai Farel. Tepat berada di belakang Farel, Bram menarik pundak orang tersebut, dan langsung memukul tepat di batang hidungnya.

Farel langsung mencium bau darah. Ia menyeka darah yang keluar dari hidungnya, lalu berdecih menatap Bram.

Bram mengabaikan wajah menakutkan Farel.
"MAKSUD LO APA? BAWA BAWA ADEK GUE PERGI?!" Bram menendang perut Farel, sehingga Farel mundur beberapa langkah.

Genggangan tangan Farel, Bram lepaskan secara paksa. Ia menarik Chika tepat kebelakang tubuhnya.

"Kita pulang" Ucap Bram. Sebelum mereka berdua pergi meninggalkan lapangan, Bram menyempatkan untuk menendang Farel sekali lagi.

***

Chika berdoa. Semoga Bram tidak ngambek saat ini. Karena, jika Bram ngambek dan semacamnya. Pertanyaan yang Bram ajukan harus, wajib, kudu, dan mesti Chika jawab sedetail dan sejujur mungkin.

Bram menghentikkan mobilnya saat lampu lalu lintas berwarna merah. Pegangan Bram ke pengemudi sangat erat. Buku buku tangannya sampai berubah warna menjadi putih. "Lo kenal Farel?" Bram bertanya.

Chika menahan napas. Pertanyaan pertama sangat mudah, Chika tinggal jawab "Kenal Bang" Karena ia memang kenal.

Bram membuang napasnya kasar. "Sedeket itu lo sama dia?"

Chika berkedip berkali kali. "Eh? Ngga kok"

Bram menoleh dengan cepat. Tau Chika menipu dirinya, Bram memukul pengemudi dengan keras, "GUE NANYA SERIUS!?" Bentak Bram.

Chika ingin menangis saat ini juga. "Chika--jawab bener, bang"

Bram menjadi luluh mendengar suara Chika. Ia tidak melayangkan pertanyaan lagi. Ia membiarkan Chika seperti itu sampai mereka berdua tiba dirumah. "Nanti malem, gue mau nanya!"


***

Punya Instagram? Follow aku ya! @sherina.mp

Look at Me! [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang