Chapter 22 : Terserah

5.4K 285 10
                                    

Seperti hujan yang tidak pernah membenci bumi walau ditarik secara paksa. Atau seperti tumbuhan yang tidak pernah membenci manusia karena dirusak secara berlebihan. Seperti itu pula waktu, yang selalu membunuh manusia secara perlahan karena terus berjalan, walau ratusan manusia memohon untuk berhenti sekejap, agar mereka bisa memperbaiki kesalahan yang membuat mereka menyesal seumur hidupnya.

Waktu terus berjalan, membuat puluhan -atau bahkan ratusan siswa siswi melongo tak percaya, karena minggu depan mereka harus bertempur dengan kertas dan pinsil untuk menghadapi UTS.

Arka mendengus keras keras, sebelum menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan, "Andai gue bisa langsung lulus, tanpa ujian tentunya".

Seluruh anggota OSIS SMA GEMA BANGSA saat ini berkumpul sebagaimana biasanya. Namun, kali ini berbeda pembahasan.

Salah satu anggota OSIS yang lain menanggapi ucapan Arka, "Bener tuh Arka. Kenapa harus ada istilah Ulangan Tengah semester segala. Giliran perasaan setengah setengah aja kaga mau".

Farel mendengus. Disini perannya hanya mendengar lalu mendengus. Hah, jika saja Chika memilih untuk mengikuti organisasi menyebalkan ini, pasti Farel tidak akan kebosanan seperti sekarang.

Ariel terkekeh sebelum memutuskan untuk membuka mulut, "Mending kita bahas untuk pelepasan OSIS tahun ini deh" Usul Ariel.

Alex geleng geleng, "Mending bahas yang bikin kita ketawa gitu" Ia mengusulkan yang lain.

Farel melirik Alex jiji, lalu berdecih tanpa tau tempat.

Memang, semenjak permainan sialan itu, Farel dan Alex memiliki hubungan yang kurang baik. Dimana ada Farel dan Alex, pasti ada pertengkaran.

Sebelum Alex kembali memutuskan untuk kembali membuka mulut dan menyerang Farel, Bram memutuskan untuk pergi meninggalkan ruangan tersebut tanpa sepatah katapun.

***

Bram berhenti tepat di depan pintu kelas Chika. Bram memasukkan kepalanya, menengok ke kanan-kiri. Namun, adiknya tidak berada di manapun.

Tepukan keras di pundaknya membuat Bram reflek berkata, "ASTAGA" sambil memegang dada. Di belakangnya, Chika tertawa terbahak bahak. "Ngapain lo, bang?" tanya Chika.

Bram menyentil dahi Chika pelan, "Kalo gua jantungan, lo harus donorin jantung lo buat gua" Bram tersenyum sinis, lalu matanya jatuh kepada makanan yang Chika bawa.

Chika tertawa. Namun, karena ia sadar bahwa Bram terus memperhatikan makanannya, Chika segera menyembunyikan makanannya kebelakang tubuh, "Apa lo? " tanya Chika dengan mata melotot.

Bram geleng geleng. Namun, tanpa Chika duga, Bram berusaha mengambil makanan Chika melewati celah diantara tangan tangan Chika. Sehingga jika tidak diperhatikan secara menyeluruh, Bram seperti sedang memeluk Chika.

Chika masih berusaha menyembunyikan makanannya. Sesekali badan Chika bergerak gerak dan tertawa, karena Bram dengan sengaja menyentuh titik kelemahan Chika. Perutnya.

Adela, dan Azwa sontak mendengus melihat kejadian itu semua. Jika orang tidak tau, mungkin mereka akan mengira bahwa Bram dan Chika sepasang kekasih. Adela menarik tangan Azwa kedalam kelas. Namun, Clara tidak diikut sertakan. Jadi, Clara hanya berdiam diri canggung di belakang Chika.

Bram menghentikan aksinya. Muka Chika merah padam. Kelemahan Chika memang ada di perutnya. Geli. Sangat geli. Apalagi kalau ada yang memang niat menggelitikinya. Ah, Chika jadi mau pipis sekarang karena terus tertawa.

Melihat ada teman Chika yang tertinggal satu lagi. Bram tersenyum, walau hanya senyuman tipis, namun itu sebuah keberuntungan untuk Clara yang diam diam mengaguminya.

Look at Me! [ New Version ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang