Vote!
***
Aku meletakkan semua barang-barang yang aku bawa dari rumah ke tempat yang pas. Entah itu sepatu, tas, baju, jilbab, alat make up, dan semua barang-barang yang ku butuhkan.
Selesai meletakkan barang-barang itu ditempatnya masing-masing, aku membersihkan kamar kak iqbaal yang kini juga kamarku. Saat aku menepuk bantal yang biasa ditiduri kak iqbaal, sesuatu terjatuh ke lantai.
Aku melihat apa yang terjatuh. Itu selembar kertas. Aku mengambil lembaran kertas itu.
Ini sebuah tiket pesawat untuk dua orang. Tiket itu tujuan Dubai. Atas nama Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan.
Apa? Kak iqbaal ingin ke Dubai? Tapi dengan siapa? Di tiket ini tertulis untuk dua orang. Lalu dengan siapa dia akan pergi? Jika memang dia ingin pergi denganku, harusnya dia bilang padaku. Apa dia ingin pergi dengan orang lain?
Atau mungkin kak iqbaal akan memberikan kejutan padaku? Tidak. Itu tidak mungkin. Jika memang dia ingin memberikan kejutan padaku, harusnya dia memberikannya semalam. Tapi ini tidak, dia menyembunyikannya dibawah bantal. Sebenarnya dengan siapa dia akan pergi?
Aku meletakkan tiket itu di atas nakas. Lalu aku melanjutkan pekerjaanku ini. Selesai membereskan dan membersihkan kamar ini, aku keluar dari kamar dan mengambil sapu.
Setelah sapu berada ditanganku, aku kembali ke kamar dan menyapu debu dan kotoran yang tadi ku bersihkan. Aku menyapu debu dan kotoran itu keluar dari kamar. Aku juga menyapu seluruh rumah ini agar semuanya terlihat rapi dan bersih.
Selesai menyapu, aku meletakkan kembali sapu ditempatnya. Lalu aku pergi ke dapur untuk membantu bunda menyiapkan sarapan.
"Bunda, mau masak apa sekarang?" Tanyaku.
"Bunda udah buat pecelan. Kamu bawa aja keluar yaa nak" Ujar bunda.
"Maaf bunda, (namakamu) ga bantu bunda nyiapin sarapan" Kataku.
"Udah gapapa. Kamu kan tadi beresin rumah" Ucap bunda.
Aku hanya tersenyum.
Lalu aku membawa nasi, bumbu pecel, sayur, dan lauk pauk yang sudah bunda siapkan untuk sarapan pagi ini. Aku membawanya ke meja makan.
Saat aku sampai di meja makan, aku melihat ayah heri dan kak iqbaal sudah menunggu sambil membaca koran.
Aku meletakkan sarapan itu di meja makan. Aku menatanya hingga terlihat enak dipandang dan sarapan kami menjadi lebih nyaman.
"Makasih sayang" Ujar kak iqbaal.
Aku hanya tersenyum tipis, lalu aku kembali ke dapur. Aku masih kesal soal tiket itu. Dan ku pastikan kak iqbaal sedang bingung sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband IDR
Fanfiction[SELESAI] Sequel FanFic (:Fans:)!! Idolaku adalah suamiku sekarang. Iqbaal dhiafakhri yang dulunya adalah idolaku, yang menurutku jika menjadi istrinya adalah sebuah kemustahilan, ternyata menjadi sebuah kenyataan. Tak ada salahnya jika kita berhara...