EMPAT - Naya

17.9K 1.6K 108
                                    

"REZA!" teriakan Alivya dari arah kelas langsung membuat beberapa anak kelas sepuluh yang sedang asyik berisitirahat di koridor menoleh ke arah pintu kelas X.D dan menatap perempuan bertubuh kurus itu, tapi tidak lama karena selanjutnya tatapan mereka berpindah pada Reza yang berlari menjauh. Disusul Pamor yang juga berlari dua langkah di belakangnya.

"PAMOR JANGAN IKUT-IKUT, YA!" teriak Alivya sambil mengangkat rok panjangnya tinggi-tinggi dan bersiap mengejar.

"Lari, Mor! Si Bogel mau ngejar!" kata Reza tertawa kencang dan disambut oleh Pamor dengan menolehkan kepala ke arah belakang sampai dia bisa melihat ketua kelasnya sedang mengambil ancang-ancang.

"IH MAU KEMANA! JANGAN LARI!"

"KEJAR SINI KALO BISA!"

"AWAS LO!" Alivya berlari menyusul Reza sedangkan yang dikejar sontak mempercepat langkah.

"Misi, misi!" kata Reza disela tawanya karena melihat ekspresi kesal teman sekelasnya tadi. Sedangkan Alivya sendiri, bukan tanpa alasan mengejar Reza seperti ini. Cewek itu harus mengejar Reza karena Reza membawa lari kunci motor serta sepatu sebelah kanan miliknya.

Tia yang baru muncul di depan tangga langsung kebingungan begitu melihat Reza dan Pamor berlarian ke arah nya,

"Awas, awas!" kata Reza cepat tanpa memerhatikan Wajah kebingungan cewek pemilik nama Tia Purnamasari itu.

"PURNOMO! PEGANGIN REZA JANGAN SAMPE LEPAS!" teriak Alivya heboh di belakang.

"EH!" Tia Reflek menahan tangan Reza dan Pamor membuat langkah cowok itu terhenti sejenak.

"Alah si tukang ojek!" keluh Pamor. "Lepasin, Pur!"

"Pur, anjir lo mah!" tambah Reza. "Anju, si bogel udah deket lagi! Awas, Pur!"

"Nggak mau!" balas Tia.

"Gue grepe-grepe, nih!" ancam Pamor tentu saja tidak benar-benar akan ia lakukan. Tangannya maju seolah ingin menyentuh tubuh Tia dan detik itu juga Tia reflek menutupi bagian depan dadanya.

"Lari, Za!"

"Bener-bener nggak tau malu ini orang, ya! Reza! Pamor!" omel Alivya sepanjang ia berlari. Sementara dua cowok itu sudah menuruni anak tangga, entah kemana tujuannya dan dimana ia akan menyembunyikan barang milik Alivya kali ini.

"Lu lari apa goyang dumang? Lama amat!" ledek Reza saat ia berhenti berlari di ujung koridor kelas dua belas. Sementara Alivya yang memiliki kadar rasa malu lebih tinggi sudah berhenti berlari. Ia enggan menjadi pusat perhatian, apalagi ini lantai milik kelas XII.

"Reza, balikin nggak! Ya Allah!"

"Ambil sendiri, lah!" Alivya berlari lagi mengejar, dan kali ini Reza tidak lari. Ia hanya diam di ujung koridor, lalu mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan sepatu dan kunci motor milik Alivya.

"MANA NGGAK!" kata Alivya garang. Tapi Reza sudah kebal dengan kegarangan perempuan yang menjabat sebagai ketua kelas X.D itu. Alih-alih mengembalikan Reza justru tertawa meledek.

"Ambil dong, gue udah nggak lari nih."

Alivya yang tidak lebih tinggi daripada Reza jelas kesulitan untuk menjangkau sepatu dan kunci motornya. Perempuan itu terlihat berjinjit dan sesekali melompat tapi hasilnya nihil.

"Gue nangis nih, ya!" ancam Alivya.

"Yeh, malah nangis. Ini, buruan ambil sepatu sama kunci lo," kata Reza santai. "Berdiri makanya oi, jangan jongkok."

"Udah mana ah, cepetan! Gue pengen pipis kan jadinya."

"Ah lama, nggak diambil-ambil," kata Reza dengan tangannya yang masih menjulang tinggi. "Gue mau pergi, nih."

StardustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang