DUA PULUH EMPAT - Naya

6.4K 758 107
                                        

 Nggak dicek ulang:( typo everywhere wkwk


***


"Byeeee!" Naya melambaikan tangan kearah Saras yang berdiri di depan pintu gerbang rumahnya. Disusul dengan Reza yang sekedar mengangkat dagu dan menyunggingkan senyum sebagai pertanda bahwa ia dan Naya pamit pulang. Setelah Saras membalas senyuman dan melambaikan tangan ke arah mobil, Reza mulai menekan pedal gasnya dan melaju pergi.

Reza sibuk menyanyikan lagu milik Fourtwnty dengan judul Aku Tenang sambil sesekali melirik perempuan yang duduk di sampingnya dengan perasaan heran. Naya biasanya tidak seperti ini. Cewek itu pasti akan dengan heboh ikut bernyanyi sepanjang perjalanan, terlebih jika ia tahu lagu-lagu yang diputar di dalam mobil. Atau mungkin jika Naya sedang malas bernyanyi, ia akan merebahkan kepalanya di bahu Reza tidak peduli apa yang ia lakukan mengganggu aktivitas Reza menyetir atau tidak.

Tetapi, malam ini Naya banyak diam. Dan tanpa perlu menanyakan perihal keadaan Naya, Reza sudah bisa menebak bahwa gadis itu sedang tidak baik-baik saja.

"Kenapa?" tanya Reza akhirnya setelah sekian lama bimbang untuk bertanya atau tidak.

Naya menoleh ke arah lawan bicaranya. Kemudian menggelengkan kepala lemah dengan bibir yang berubah mengerucut.

"Nayaaaa," panggil Reza lembut. Tangannya bergerak merengkuh puncak kepala gadis itu dan mengusapnya dengan hati-hati. "Kok cemberut?"

Naya menggeleng lagi, "nggak apa-apa."

"Masa sih?" tanya Reza seraya menoleh. Rambu lalu lintas menyala merah, hal itu membuat Reza memiliki kesempatan untuk memusatkan seluruh pandangannya ke arah Naya. Tetapi gadis itu tetap diam walaupun Reza jelas-jelas sudah menatapnya dan berusaha menciptakan komunikasi. Naya justru membuang muka kearah kaca mobil.

"Nay," panggil Reza lagi seraya menahan tawa. Lalu cowok itu meraih tangan Naya yang tadinya berada di atas paha, lalu menariknya mendekati bibir sebelum akhirnya mendaratkan kecupan singkat pada punggung tangan gadis itu.

Naya yang merasakan bibir Reza menyentuh punggung tangannya langsung menoleh dan tersenyum. Rasa kesalnya yang tadi datang sejak keluar dari gedung bioskop mendadak lenyap entah kemana walaupun belum sepenuhnya.

"Gitu dong."

"Apa?" tanya Naya dengan nada kesal.

"Senyum," Reza tertawa kecil, tangannya masih menggengam tangan Naya erat.

Naya tersenyum lagi, "iyaaa. Ini senyum."

"Kata Pak Candra juga kamu manis kalo lagi senyum," kata Reza meningat-ingat ucapan guru Ekonomi mereka beberapa hari yang lalu.

"Udah ah," Naya mengerucutkan bibirnya. "Geli gue ngomongin Pak Candra." Perempuan itu melirik Reza seraya terkekeh. 

Reza yang merasa mood pacarnya sudah membaik kemudian membalas kekehan Naya dengan senyum renyah seraya mulai menekan pedal gas karena warna rambu sudah berubah hijau. Naya sudah tidak marah lagi. Tapi Reza selalu begini, ia tidak akan berhenti mencari tahu sebelum Naya memberi alasan mengapa beberapa menit lalu cewek itu marah padanya.

"Tadi kamu kenapa?"

Naya menoleh kearah Reza, bibirnya lagi-lagi mengerucut namun kali ini disusul kepalanya yang merebah di bahu Reza. "Nggak tau. Tiba-tiba kesel aja."

Reza menaikkan alis matanya, "kesel karena?" Pertanyaan itu kemudian menggantung begitu saja. Naya tidak menjawab sepatah katapun bahkan hingga detik kelima sampai Reza menghela napasnya panjang. 

StardustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang