TIGA - Reza

16K 1.7K 147
                                    

Naya menggerak-gerakkan kakinya yang menggantung karena kursi di angkringan Babe cukup tinggi. Ia mengayunkan sepasang kakinya ke depan dan ke belakang. Sudah lima belas menit ia menunggu Reza di angkringan Babe tapi anak lelaki itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya juga. Setelah menyedot es jeruknya, Naya menoleh ke arah pemilik warung yang sudah ia kenal nyaris tiga tahun itu.

"Tadi pamitnya kemana sih, Be?" tanya Naya kemudian. Dan yang ditanyakan Naya sudah pasti soal Reza.

"Siapa, Neng?"

"Itu si Reza." Perempuan itu berdeham sebentar.

"Ooh, nganter temen katanya mah."

"Pamor?" tebak Naya. Karena menurut Naya, teman dekat Reza di sekolah yang ia kenal hanya Pamor. Sisanya, Naya hanya pernah lihat. Tapi tidak tahu namanya.

"Bukan." Babe menggeleng, lalu tangannya meraih gelas kecil dan mulai memasukkan kopi hitam ke dalamnya. "Temennya cewek."

"Cewek?" ulang Naya dengan nada setengah tidak percaya. "Reza pergi sama cewek?"

"Iya. Katanya Neng Naya disuruh nunggu dulu di sini." Naya mengigit bibir bawahnya, ia tidak lagi membalas ucapan pria setengah baya yang sedang menuangkan air panas dari teko yang bertengger di atas anglo.

Tadi dia bilang mau nganter gebetan.

Naya tanpa sadar menopang wajahnya dengan tangan sembari berpikir kemana sebenarnya Reza pergi dan siapa yang ia antar? Atau jangan-jangan, Reza sedang dekat dengan seorang gadis? Tapi siapa? Kenapa juga Reza tidak pernah bercerita sama sekali pada Naya.

"MUKA LO!" usapan yang tiba-tiba mendarat di wajah Naya dengan gerakkan cepat membuat perempuan itu terkejut dari lamunannya.

Reza sudah tertawa terbahak-bahak saat Naya menatapnya jengkel dengan mata menyipit dan alis mata yang mengernyit.

"Tangan lo sumpah ya, asin banget!" Naya mengusap wajahnya hati-hati. Seolah menyingkirkan kotoran yang berasal dari tangan Reza meskipun faktanya tidak ada apa-apa di wajahnya. "Abis dipake ngapain kali itu tangan."

"Abis gue pake cebok. Apa lo!" tantang Reza. "Lama nggak nunggunya?"

"Abis darimana?" todong Naya.

"Dari mana-mana." Reza tanpa rasa bersalah langsung menyambar gelas es jeruk milik Naya dan meminumnya sampai habis.

"Aus amat, Dek?" ledek Naya.

"Udah. Yuk, balik!"

"Ish. Ditanya abis darimana nggak mau jawab!" rajuk Naya sambil bangkit dari kursi diikuti Reza sedetik kemudian.

"Orang tadi sebelum berangkat udah gue kasih tau juga."

"Halah."

"Jalan sama gebetan," kata Reza cuek sambil merangkul bahu Naya. "Nggak percaya?"

"Dih, bego! Ya eng–"

"Woi, Mor!" panggil Reza kencang begitu melihat Pamor muncul dari balik gerbang dan berlari menuju warung Babe di susul beberapa siswa lelaki dari kelas lain.

"ADUH REZA SAYANG CINTAH!" balas Pamor dan seketika itu Reza langsung melepas rangkulannya pada bahu Naya dan berlari kecil menghampiri Pamor.

"Bentar ya, Nay?"

"Iya," Naya mengangguk lalu ia memerhatikan dua cowok anak kelas sepuluh itu berbincang di samping pintu masuk ke Warung Babe meninggalkan Naya yang berada dua langkah di sebelah kiri.

"Hallo, Kak Naya!" sapa Pamor sambil tersenyum dan melambaikan tangan.

"Hai!" balas Naya dengan senyum lebar sampai deret giginya terlihat. Belum sempat ia mengatupkan bibirnya, ponsel yang ada di saku kemeja seragam Naya bergetar berkali-kali. Perempuan itu dengan sigap langsung mengambil ponselnya dan melihat apa yang muncul di layar.

StardustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang