Tatapan Naya dan Sekar langsung beradu saat perempuan yang hari ini tidak berangkat bersama Reza tiba di kelas XII IPS-1. Naya menelan ludahnya, begitu tegang dan serba tidak tahu harus melakukan apa karena sesuai ucapan Sekar kemarin, hari ini dia duduk di sebelah Dita.
Tanpa bicara apa-apa, Naya langsung mengambil langkah ke arah meja yang masih kosong. Mengabaikan tatapan aneh dari anak-anak seisi kelas yang tampaknya mulai mengendus bau perselisihan di antara Naya dan Sekar.
Baru saja meletakkan tas dan duduk, bahu Naya sudah di tepuk oleh seseorang yang duduk di meja belakang, "Weh?" katanya kemudian.
Naya membalikkan badan sampai ia bisa melihat Fahmi yang baru saja memasukkan tangannya ke laci meja, "apa?" katanya kemudian.
"Kenapa lu?"
"Kenapa apaan?" tanya Naya malas.
"Selek?" tebak Fahmi tiba-tiba. Lalu ia melirik sekilas ke arah Sekar yang sibuk mendengarkan cerita Dita, entah tentang apa.
"Apaan sih lo?" balas Naya semakin kehilangan mood bicaranya. "Gaje."
Fahmi tidak lagi membalas ucapan anak perempuan yang sehari-hari duduk di depannya. Lelaki pecinta Mobile Legend itu sudah sibuk dengan ponsel kesayangannya yang ia genggam dengan tangan kanan sementara tangan kirinya sibuk menggaruk puncak kepala.
"Lah si anjing," katanya pelan dua detik setelah pesan dari Irvan ia baca. "Nay?" panggilnya kemudian.
"Hm?"
"Lo sendirian kan duduknya?" tanya Fahmi sambil mengambil tasnya yang masih bertengger di atas meja.
"Kenapa?" Baru sempat bertanya, dan belum mendapat jawabannya, mata Naya langsung berpindah menatap tangan Fahmi yang melempar tas nya sembarangan ke kursi kosong yang biasanya diduduki Sekar itu. "Lah?"
"Gue duduk sama lo, ya?" katanya seraya bangkit berdiri dan menuju ke bangku milik Sekar. "Si Ipan nggak masuk."
Naya mengedipkan mata dua kali begitu mengetahui apa yang menjadi alasan anak lelaki itu berpindah ke sebelahnya, "Ooh, yaudah." Fahmi kemudian duduk dan sedetik setelahnya kembali sibuk dengan ponsel miliknya. "Si Irvan kenapa nggak masuk?"
"Biasa, pilek."
"Idih." Naya terkekeh kecil sambil menggelengkan kepala. Lalu perempuan itu mengeluarkan ponselnya dari saku jaket yang baru hendak ia lepaskan. Perlu waktu beberapa detik untuk Naya masuk ke aplikasi chatting online dan memilih menuju ke beranda untuk melihat siapa-siapa saja yang pagi ini membuat status. Dan satu nama menyita tatapannya.
Reza Cabul [04.50]
Wish me luck!Mata Naya sontak menyipit begitu tahu Reza sudah membuat status sejak pukul empat pagi tadi. Dan apa yang ditulis lelaki itu membuat dahi Naya berkerut karena seingatnya, hari ini Reza sedang tidak ingin melakukan apa-apa.
"Mi?" panggil Naya akhirnya setelah ia memasukkan ponselnya ke laci meja. Yang dipanggil langsung membalikkan badan setelah sempat membalas ucapan Wawan dengan gelak tawa.
"Apaan?" kata Fahmi.
Naya menjilat bibirnya sebentar sebelum kembali bertanya, "Hari ini ada tandingan futsal?"
"Hah?" Lelaki berambut hitam yang notabene menjabat sebagai Kapten Fustal sekolah itu langsung mengernyitkan alis mata. "Futsal apaan? Lo kata siapa?"
"Ish, kan gue nanya!"
"Ooh, nggak." Fahmi menggeleng tiga kali. "Hari ini nggak ada tandingan apa-apa."
"Kirain ada."
"Enggak," ujar Fahmi. Lalu lelaki itu melipat tangannya ke atas meja setelah mengambil ponsel dari saku kemejanya. "Nay, lo tau nggak?"
![](https://img.wattpad.com/cover/107719968-288-k503160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stardust
Fiksi Remaja#21 in Teen Fiction (31/01/2018) "Apapun akhir cerita yang kita punya, bagaimanapun akhir yang kita ciptakan nanti, aku ingin kamu tahu satu hal. Tidak semua pertanyaan mempunyai jawaban. Dan kita, mungkin adalah salah satu diantaranya," kata Naya s...