"Ambilin saos, Za," pinta Pamor sambil melambaikan tangannya yang tidak bisa menjangkau botol saos di sebelah kiri Reza. Dengan gerakan malas, pemilik nama panjang Novreza Syafar Alfalah itu meraih botol kaca berisi cairan kental warna merah dan menyerahkannya pada Pamor.
"Lemes amat lu," kata Pamor seraya menerima botol itu dan menuangkannya pada mangkok mi instan rebus yang ia pesan di Warung Babe beberapa menit yang lalu. "Kenape?"
"Gapapa. Lagi gak mood gue."
"Yaelah, kayak cewek kan mulai," ledek Pamor dengan tangannya yang masih sibuk mengaduk isi mangkoknya, "eh, ngomong-ngomong, kemaren pas gue eskul voli, ada yang nitip salam buat lo."
Pamor memang salah satu anak eskul voli dan Fustal. Sedangkan Reza lebih memilih ikut eskul Futsal dan Basket. Setelah mendengar perkataan temannya, Reza menoleh sebentar, sebelum meraih gelas es teh yang isinya tinggal seperempat.
"Siapa?" tanya sebelum memasukkan sedotan warna biru ke dalam mulut.
"Mona."
"Mona siape?" tanya Reza.
"Anak IPA 1, masa nggak tau lo? Anak dance juga."
"Ooh," Reza mengangguk malas. "Terus?"
"Gitu doang?" Pamor balik bertanya.
"Ya terus gue harus gimana?" Reza menegakkan posisi duduknya. "Tau orangnya aja enggak."
Pamor menghela napas, "makanya nyet, kalo di sekolah natapnya jangan ke Nayaaaaaa mulu udah kayak pake kaca mata kuda. Sekali-sekali lirik yang lain."
Mendengar penuturan Pamor barusan, Reza langsung tertawa dan menggaruk hidungnya yang mendadak gatal, "nih ya Mor, gue kasih tau."
"Apa?"
"Sebagai cowok yang baik, saat lo udah suka sama satu cewek, lo itu harus totalitas! Kasih semua perasaan lo buat satu orang aja. Karena cewek itu bukan butuh dikejar, tapi dia harusnya ditaklukin."
"Kayak bener aja lo, bucin. Lo aja kena kakak-adek zone."
"Bangke," bisik Reza nyaris tak terdengar. Merasa mulai tidak nyaman dengan arah pembicaraannya dengan Pamor, Reza memutuskan memutar balik topik. "Terus itu si Mona ngapain nitip salam buat gue?"
Pamor tidak menjawab, ia sibuk mengunyah kemudian mengangkat bahunya, "mana gue tau. Naksir lo kali."
"Ada-ada aja."
"Yang penting amanah sudah tersampaikan." Pamor menelan mi yang sudah ia kunyah lalu ia menoleh ke arah Reza, "lo nggak balik sama Nyonya Besar?"
Yang dimaksud Pamor dengan sebutan Nonya Besar sudah pasti adalah Naya. Dan mendengar pertanyaan dari teman sebangkunya itu membuat Reza semakin malas dan kehilangan semangatnya. Yah, sebetulnya, Reza sudah kehilangan semangat sejak Naya memberitahu bahwa ia akan pulang bersama Septian.
"Ditanyain, malah bengong!"
"Nggak." Reza menggeleng cepat. Lalu ia menyisir rambutnya dengan jari tangan sebelum menoleh pada Pamor. "Itu Mona nitip salam ngomong gimana?"
"Hah?"
"Ck," Reza berdecak. "Mona ngomongnya gimana?"
"Ooh? Pas nitip salam?" tanya Pamor sambil menggulung mi instannya pada garpu. "Ya gitu, salamin ya buat Reza. Dari gue. Begitu," ucap Pamor sambil menirukan suara Mona saat bicara. Padahal, tidak mirip sama sekali.
"Ya suara lo biasa aja, anjir!" kata Reza tidak kuasa menahan gelak tawanya, lalu Pamor mau tidak mau ikut tertawa saat Reza menepuk bagian belakang kepalanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/107719968-288-k503160.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Stardust
Teen Fiction#21 in Teen Fiction (31/01/2018) "Apapun akhir cerita yang kita punya, bagaimanapun akhir yang kita ciptakan nanti, aku ingin kamu tahu satu hal. Tidak semua pertanyaan mempunyai jawaban. Dan kita, mungkin adalah salah satu diantaranya," kata Naya s...