TIGA PULUH DUA - Naya

2.9K 387 43
                                    

Ini sudah seminggu setelah reuni akbar diadakan. Nyatanya, reuni itu hanya menghadirkan tiga angkatan, yaitu angkatan Naya sebagai angkatan tertua dan angkatan Reza sebagai angkatan termuda. Banyak kejadian menyenangkan yang terjadi dalam kurun waktu tiga hari dua malam itu. Mantan murid-murid yang dulu pernah bersekolah di gedung yang sama itu betul-betul berhasil menciptakan momen bahagia dan mengulang kembali beberapa memori semasa sekolah.

Salah satu kabar gembira datang dari Fahmi. Di malam terakhir dimana reuni akbar diadakan, Fahmi memutuskan untuk memberanikan diri.

Dan meminta Alivya untuk kembali kepadanya.

Sementara Pamor akhirnya setelah sekian lama memendam kekaguman, akhirnya sudi untuk mengungkapkannya pada Tia. Cewek yang dulu semasa sekolah selalu ia panggil Purnomo. Apalagi setelah ia dan Saras resmi putus sekitar satu tahun yang lalu.

"Eh, perpus yuk?" Seseorang menepuk bahu Naya yang baru selesai mengikat rambutnya ke belakang menyerupai ekor kuda.

Yang ditepuk kemudian menoleh cepat dan mendapati Wini yang menepuk bahunya. Naya kemudian mengangguk sekali. "Yuk."

"Eh iya," kata Wini, "lo udah ngumpulin makalah ke loker Bu Dewi?"

Naya menepuk dahinya, matanya sontak memejam karena ia baru ingat hal itu. "Deadline hari ini, ya?"

Wini mengangguk.

"Aduh mana belom gue print lagi!"

"Yaudah buruan print dulu, bates dikumpul cuma sampe jam 3."

"Yaudah, yaudah," Naya tampak dengan gerakan cepat memasukkan ponselnya ke saku celana jeans yang ia pakai. Lalu ia menepuk pundak Wini, "lo ke perpus duluan aja, nanti gue susul."

"Oke."

Naya kemudian berjalan dua kali lipat lebih cepat menuju lift karena tukang fotokopian tempat ia harus mencetak tugas berada di lantai terbawah gedung.

"Oi, mo kemana lo, jamblang?!" tanya Fahmi setengah berteriak saat ia berpapasan dengan Naya yang tampak buru-buru.

"Ngeprint makalah!"

"Hah?!" tanya Fahmi tidak dengar. Tapi cewek itu sudah menghilang dibalik tembok. Fahmi kemudian menatap teman lelakinya yang berdiri di sebelah kanan. "Bikin masalah?" gumamnya kemudian.

***

Naya baru merasa lega setelah makalah yang ia buat sudah terkumpul di loker milik Bu Dewi. Niat cewek itu untuk mencari bahan diskusi di perpustakaan untuk besok pagi mendadak lenyap. Apalagi jika mengingat untuk menuju ke perpustakaan itu artinya ia harus kembali naik ke lantai empat. Yah, walaupun ada lift tapi tetap saja Naya malas.

Maka ia memutuskan duduk di bangku yang ada di dekat ruang dosen sekalian menumpang charge ponsel.

Naya kemudian mencari nomor ponsel Fahmi dan bermaksud untuk menghubungi sahabat cowoknya itu.

"Halo?"

"Oi, Mi!"

"Ape? Bukannya salam dulu kek, apa kek."

"Kelamaan." Naya terkekeh. "Tolongin gue dong."

"Lo dimana sih?" tanya yang diajak bicara. "Bikin masalah apaan sih maksud lo tadi?"

"Hah?" Naya menyipitkan mata. "Bikin masalah? Apaan sih?"

"Ya au apaan. Kan elo yang bilang, kunyuk."

"Lah? Kapan gila?"

"Tadi? Pas gue nanya lo mau kemana,"

"Gue kan bilang mau ngeprint makalah."

StardustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang