TUJUH - Reza

12.8K 1.5K 128
                                    

Ini adalah malam Minggu. Dan ini adalah minggu ke dua Naya dan Reza tidak menghabiskan akhir pekan bersama. Malam Minggu lalu, Naya menolak ajakan Reza untuk menonton sebuah film layar lebar karena dia terlanjur membuat janji untuk pergi dengan Septian. Tetapi, untuk malam ini, giliran Reza yang tidak bisa menemani Naya karena dia akan pergi ke rumah Saras dan memenuhi ajakan makan malam dari Tante Heni.

Naya sedaritadi tidak bisa duduk diam di atas tempat tidur dengan sebuah majalah di tangannya. Pikirannya berlari ke sana kemari. Rasanya, anak perempuan itu tidak ingin berangkat sekolah besok Senin.

Naya tidak tahu harus bersikap bagaimana terhadap Sekar. Apalagi setelah mendengar pengakuan teman sebangkunya itu. Perihal perasaannya pada Reza, sahabat kecilnya.

Naya tidak tahu dimana salahnya pernyataan Sekar? Setiap orang berhak untuk mencintai siapapun dan Naya tidak berhak melarang keinginan Sekar untuk menyukai Reza. Apalagi, status Naya dan Reza tidak lebih dari sahabat kecil. Malahan, sudah seperti saudara.

"Nay?"

Suara panggilan seorang perempuan dibalik pintu kamar yang tadi ia tutup membuat Naya menoleh, "i– iya?"

"Gue masuk, ya?" katanya seolah meminta persetujuan. Dan Naya jelas tahu bahwa yang datang adalah Sekar, karena temannya itu berkata akan mampir ke rumah Naya nanti. Dan nanti itu adalah sekarang.

"Iya, masuk, Kar!"

Pintu kayu itu terbuka dan Sekar masuk dengan sekantong kresek putih di tangannya. Lengkap dengan senyum lebar dan wajah yang sepertinya berbunga-bunga.

"Sorry, langsung masuk. Tadi kata Bunda lo langsung suruh ke kamar aja." Anak perempuan itu ikut naik ke atas tempat tidur dan mengambil posisi di depan Naya yang sedang duduk bersila sembari bersandar dengan tembok.

"Lo abis dari mana?"

"Dari rumah," sahut Sekar dengan tangan yang sibuk membuka bungkusan makanan rasa coklat yang dia beli di mini market depan komplek rumah Naya. "Reza nggak kesini?"

"Enggak," Naya menggeleng dua kali.

"Dia kemana?"

"Ke–" Naya menghentikan kalimatnya. Dia tidak tahu harus jujur atau tidak bahwa Reza malam ini sedang berkencan dengan Saras. Tapi jika dia jujur, itu artinya sama saja membuat Sekar kecewa. Dan mungkin juga dirinya sendiri.

"Ke?" tanya Sekar mengulang saat ia melihat Naya hanya diam.

"Ke rumah Pamor."

"Ooh, ke Pamor." Sekar mengangguk. Lalu ia mulai memasukkan snack ringan yang ia bawa ke dalam mulut. "Eh, gue nyalain TV ya!"

"Yaudah sono," balas Naya sambil ikut menyomot makanan yang dibawa Sekar.

"Lo nggak jalan sama Septian, nih?" tanya Sekar sambil berjalan menghampiri remote dan mulai menghidupkan televisi yang ada di kamar Naya.

Naya tidak menjawab apapun selain menggelengkan kepala, sampai Sekar menoleh ke arah nya dan kembali bertanya, "Kenapa?"

"Hah?"

"Kenapa nggak jalan sama Septian?"

"Ooh," Naya menggaruk lengannya sebentar, "Septian pergi nemenin Mamanya." Setelah mendengar jawaban Naya, Sekar menganggukkan kepala sambil kembali naik ke atas tempat tidur, "lo jadi curhat nggak nih intinya?" tanya Naya kemudian.

"Jadi, jadi!" kata Sekar antusias. Lalu ia mengusap wajahnya yang memanas dengan telapak tangannya. Entah mengapa, membahas perasaan yang satu ini langsung pada Naya membuat Sekar salah tingkah.

StardustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang