Lo yakin semua keburukan dan kelemahan gue bakal lo terima?
-Ilaaa"Parah, Mood gue jelek banget hari ini." Jengkel Ila sambil membanting tas nya dimeja.
"Apasih, masih pagi, bego." Kesal Indah yang terganggu dengan amukan Ila.
"Temen lagi dilema bukan nya di atuin." Ila mati kamus, karna pikiran nya sudah ngeblank.
"Atuin apaan?" Tanya Indah yang tidak lepas pandangan nya dari ponsel nya karna dia sedang bertukar pesan dengan pacar nya.
"Au ah! Gue mau cabut. Umpetin tas gue!" Titah Ila yang langsung pergi keluar kelas.
Raffa yang baru mau masuk langsung menghentikan langkah nya dan menatap cewek yang pergi keatas Rooftop.
Tapi, Raffa mengangkat bahu nya acuh dan masuk kedalam kelas.
"Wih! Pangeran kita baru datang, Guys." Sorak Daffa dengan antusias dibantu dengan Rigel atau bisa dipanggil Renald oleh Daffa.
"Apaan sih, norak tau nggak!" Celetuk Raffa yang sebenar nya malu mempunyai saudara seperti Daffa.
Daffa langsung duduk disamping Raffa.
"Hari ini 'kan?"
"Kenapa sih, gue yang mau ngomong malah lo yang ribet dan terus nagih." Kesal Raffa. Anak ini memang gampang tersulut emosi. Bawaan trauma.
"Demi kebaikan lo dan tante Mila, Raf."
Raffa berdecak sebal. "Daf, tadi gue liat Ila lagi jalan keatas Rooftop, ngapain ya?"
"Ohgitu ya, Raf." Daffa tersenyum jahil setelah Raffa memberitahu kan informasi tentang Ila.
"Apaan sih! Gue tadi nggak sengaja liat, gue bukan nya Stalker dia." Elak Raffa dengan kesal.
"Gue nggak ngomong kalo lo stiker dia." Daffa semakin membuat Raffa mati kutu.
"Nih gue kasih tau, pasti dia mau bolos pelajaran, alesan dia bolos tuh pasti Mood nya jelek, kalo Mood nya jelek, lo kembaliin lagi jadi bagus." Saran Daffa dengan benar.
"Waktu yang tepat ini mah, Bro." Lanjut nya sambil menepuk dua kali bahu Raffa.
Raffa mendengus kasar. Kenapa sih pelampiasan Mood dari cewek tukang marah-marah itu selalu bolos? Emang nggak ada jalan lain apa.
Saat dilihat nya Daffa pergi dari hadapan nya, Raffa segera keluar kelas dan menuju tempat yang ingin ia tempati.
Berjalan dengan cepat karna takut ketahuan guru. Dan itu memang sudah bel sedari tadi, berarti Raffa sama saja dengan membolos pelajaran.
Setelah sampai ditempat nya, dia menatap cewek yang duduk dibangku yang dia sediakan sendiri mungkin.
Raffa menyunggingkan senyum dan berjalan mendekat, "salut amat bolos."
Lantas, Ila menoleh kesamping nya. Raffa sudah duduk disamping nya.
"Ngapain lo disini?" Tanya Ila jutek.
"Emang nggak boleh?" Tanya nya balik sambil menatap kedepan.
"Nggak! Ini tempat gue doang."
"Ini tempat umum, mbak."
Ila menggeram kesal. Tapi, segera ia buang rasa kesal itu dengan menahan nya.
"Ila." Panggil Raffa dengan lembut.
Ila sempat terkejut, sebab itu ia menoleh lagu ke Raffa dengan alis yang berkerut.
"Kenapa?" Jawab Ila setelah menghadap kedepan lagi.
Raffa mulai gelisah, dia meniup-niup telapak tangan nya, menggosok-gosokan telapak tangan nya, kebiasaan dia kalau gelisah dan panik. Bego.
"Gue pernah nyatain perasaan gue 'kan?" Awal pertanyaan yang sebenar nya pernyataan.
Ila membulatkan mata nya dan menoleh lagi ke Raffa yang ternyata Raffa juga tengah melihat nya.
Ila hanya mengangguk tanpa perlu menjawab pakai kata-kata.
"Gimana, lo udah suka sama gue?"
Ila membulatkan mata nya dengan gemas. Ingin sekali Raffa menjatuhkan nya dari sini.
"Gue udah sayang sama lo." Kata Raffa. "Kalo lo belum suka apalagi sayang sama gue, berarti gue cuma bertepuk sebelah tangan."
Raffa terkekeh sendiri mendengar ucapan nya. Menurut dia, itu 'sok iya'.
"Lo bisa lindungin gue nggak, Raf?" Tanya Ila yang mengingat ucapan Radhit.
"Lindungin dari apa?" Raffa bingung sendiri.
"Dari apapun, entah itu yang nyelakain gue atau yang lain nya."
"Apapun bisa dilakuin untuk orang yang dia sayang." Raffa tersenyum dengan manis nya.
Ila membalas senyuman. Dari awal Raffa menyatakan perasaan nya, Jantung Ila juga seperti ada yang mengganjal.
Dia tidak tahu kalau dia Jatuh cinta kembali, terlalu lama trauma jadi dia tidak tahu gejala-gejala jatuh cinta. Eh.
"La, lo tau, tanpa lo sadar, lo rubah gue." Ucap Raffa. "Entah kenapa, dari awal gue ketemu sama lo, gue selalu berubah sedikit demi sedikit.
"Padahal, cewek nakal kaya lo adalah anti buat gue."
"Gue kan nggak ngapa-ngapain lo." Ila juga ikut bingung.
"Pesona dan sifat lo terlalu kuat, hati gue nggak bisa nolak itu."
Ila memijat pelipis nya. Ribet. "Jadi, terus gue harus apalagi?"
"Gue sayang sama lo, lo mau jadi pacar gue?" Kata nya sesudah tarik-nafas dalam-dalam.
Ila menghela nafas nya. Supaya degupan jantung nya hilang. Tapi nyata nya tidak. Ada apa ini?
"Kalo suatu saat lo tau masa lalu gue, lo masih mau jadi pacar gue, kalo suatu saat nanti gue nunjukkin sifat asli gue, lo masih mau jadi pacar gue?"
"Seburuk apapun diri lo atau selemah apapun cewek nakal kaya lo, orang yang sayang sama lo pasti bakal ngerubah nya dan bakal ngelindungin nya."
Ila memejamkan mata nya, berusaha yakin pada jawaban nya. "Gue harap itu bukan cuma omongan manis lo doang."
"Gue nggak suka berucap manis." Kata Raffa. "Jadi, lo mau?"
Ila mengangguk pelan sebanyak dua kali.
Dan hari itu mereka resmi menjadi sepasang kekasih.
Hari itu, bukan sebuah akhir dari ketenangan Ila, tetapi sebuah awal.
Hubungan mana yang tidak ada cobaan nya?
Nothing.
➖➖➖➖➖➖➖
Ada yang PM gue, kata nya kenapa di Revisi sih, Thor?
Jawaban nya, karna gue benci liat tulisan awal gue dan pemikiran gue yang cetek banget.
Gue mau revisi tuh biar gue bagusin lagi. Siapa tau penerbit lirik cerita gue /Aamiin/
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Behind A Wall [NEW VERSION]
Romance(COMPLETED!) Mereka sama-sama sembunyi dibalik didinding. Yang satu di dinding ketakutan, dia bersembunyi didinding itu untuk menyembunyikan sikap ketakutan nya terhadap masalah-masalah dan memyembunyikan sikap itu dengan sikap nya yang nakal dan su...