Raffa mencengkram tangannya sendiri, Raut wajahnya penuh amarah. Kemudian ia menatap Wildan yang nampak tidak terlalu nyaman berbicara dengan Rizky. Kebetulan sekali, Wildan langsung ikut menatap Raffa, lalu ia mengedipkan satu matanya sebagai kode.
Raffa mengangguk paham. Malam ini akan dimulai, berjalan mrncari bukti untuk metebut wanita nya kembali.
Raffa berbalik badan lalu berjalan kedepan ruang rawat Ibu nya. Masih ada Daffa yang menikmati makanan dengan tenang.
Sebelum duduk disamping Daffa, Raffa mengambil makanannya dahulu yang tadi ia letakkan begitu saja dibangku, lalu ia duduk dan melanjutkan makan.
"Good luck for tonight, Raf." Ucap Daffa tiba-tiba disela makannya.
Raffa hanya berdengung. Tidak mau banyak-banyak menanggapi Daffa.
Daffa sudah menyelesaikan makanannya, ia membuang bungkus makannnya lalu mencuci tangannya. Tidak lama, Raffa juga sudah selesai makan dan melakukan yang sama dengan Daffa.
Setelah itu, Mereka berdua kembali duduk. Berdiam diri hingga Wildan datang dengan wajah tertekuk.
"Itu tadi Rizky yang lo maksud?" Tanya Wildan setelah duduk disamping kiri Raffa, karna disebelah kanan ada Daffa. Ya, posisi Raffa tengah-tengah.
"Iya, kenapa?"
"Dia... temen pengedar narkoba gue dulu." Kata Wildan. Kemudian ia melanjutkan dengan cepat. "Tapi, gue udah berhenti, nggak tau sama dia."
"Kayanya yang terlibat dalam hubungan gue sama Ila nggak ada yang bener orangnya." Heran Raffa. Entah ini kebetulan atau memang jalan hubungan mereka yang seperti ini.
"Hadapi dan jangan lari." Titah Wildan dengan tegas. Sebagaimana dirinya yang paling tua diantara mereka berdua.
"Bang, entar malem jadi?" Tanya Daffa ikutan mengerubung.
"Jadi. lo mau ikut?"
"Iya, lah! 'Kan gue memang ikut."
"Pingsan nggak lo nyium bau alkohol?" Wildan terkekeh. Merasa lucu dengan adiknya yang berbeda jauh dengannya. Daffa yang cemen, Wildan yang nakal. Tetapi mereka sama-sama bijak.
"Apa, sih, bego. Nggak lucu." Sinis Daffa. Ia benci diejek oleh Wildan. Walaupun itu Fakta, tetap saja ia tidak suka.
"Raf, jangan kasih tau Ila soal ini. Gue yakin anak itu emosian kalau tau duluan. Biarkan ini terbongkar disaat yang tepat." Pinta Wildan. Raffa mengangguk mematuhi, sejauh ini memang ia belum memberi tahu Ila.
"Bang, lo kenal Rizky lama? Kalo boleh tau, dia gimana?" Tanya Raffa setelah meneliti lebih dalam.
"Dia bisa nafas, bisa jalan, bisa ngomong, bisa ketawa---"
"Diem lo, teripang!" Sela Raffa memotong ucapan Daffa. "Gue nanya Bang Wildan. Bukan lo!"
"Sensian lo, PMS, ya. Hari keberapa?"
"Diem aja bisa nggak, sih." Geram Raffa ingin menggigit kepala Daffa saja rasanya.
"Jujur aja, dia orangnya terlalu bahaya kalo buat maen-maen. Gue salut juga sama dia, kalo misalkan dia masih ngedar narkoba, tapi sampe sekarang belum ketauan sama pihak polisi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Behind A Wall [NEW VERSION]
Romance(COMPLETED!) Mereka sama-sama sembunyi dibalik didinding. Yang satu di dinding ketakutan, dia bersembunyi didinding itu untuk menyembunyikan sikap ketakutan nya terhadap masalah-masalah dan memyembunyikan sikap itu dengan sikap nya yang nakal dan su...