Jadi, haruskah melepas? #21 (edited)

741 46 1
                                    

Sesuatu  yang dilakukan secara terpaksa tidak akan ada terletak kebahagiaannya didalamnya.
➖➖➖➖➖

Bahkan sampai malam haripun, Ila masih menangis membayangkan nasib hubungannya.

Sekuat tenaga, mereka memperkokoh hubungan yang akan renggang karna segelintir masalah didalamnya.

Lalu dengan seenak jidat, Ridwan menjodohkan Ila dengan orang lain.

Perjuangan dia terhadap hubungannya bukan main-main, mangkanya Ila tidak rela jika hubungannya retak begitu saja.

Ponselnya bergetar. Dia yang sedang berada dibalkon kamarnya, mengangkat panggilan tersebut setelah membaca Id Call.

"Papa lo tadi kenapa mukanya? Ohiya, maaf baru kabarin, soalnya baru selesai futsal."


"Raffa,"

"Eh, suara lo kenapa? Lo habis nangis? Nangis gara-gara apa?"

"Raf, gue mau peluk lo." Ila kembali menangis.

"Hey, lo-- kamu kenapa? Ada masalah? Cerita sini." Raffa berujar selembut mungkin.

Ila menggeleng dan tentu tidak terlihat Raffa. Dia sibuk menghapus air matanya.

"Ila, kamu kenapa, hm? Ada masalah, ketemuan aja, ya. Aku jemput."

"Iya, tapi jangan masuk, ya. Kabarin aja kalau sampai depan rumah."

"Lima belas menit lagi aku sampe."

Bip!

Ila meletakkan ponselnya dikasurnya dan dia berjalan kekamar mandi untuk mencuci muka.

Kemudian dia keluar dari kamar mandi lalu mematut dirinya depan cermin.

Dia memilih tidak memakai bedak saja.

19.45
Raffa adiptr
Aku didepan gerbang.
Read.

Ila mengantungi ponselnya dan beranjak turun dari kamarnya menuju ke Raffa.

Untung tidak ada orangtua nya, jadi dia tidak perlu ditanyakan mau kemana.

Ila tersenyum ketika melihat siapa lelaki yang berada diatas motor dan didepan gerbang rumahnya.

Ila langsung menghampiri nya. Raffa membuka helmnya dan menatap wajah Ila.

"Kamu habis nangis beneran?" Tanya Raffa yang menyadari wajah bengep Ila.

Ila membalasnya dengan senyuman, senyuman yang dulu terletak di dinding persembunyiannya.

Ila langsung naik keatas motor Raffa. Dan Raffa menjalankan motornya.

Ila memeluk pinggang Raffa dari belakang dan kepalanya ia letakkan dibahu Lebar Raffa.

Membiarkan rambutnya yang tergerai bebas berterbangan terkena anginnya jalanan.

Matanya yang kerap kali mengeluarkan air mata, terkena angin yang membawanya pada kesejukan.

Hingga tidak sadar bahwa mereka sudah sampai Cafe pilihan Raffa.

Ila menuruni motor Raffa setelah Raffa memakirkan motornya. Raffa ikut turun dan melepas helmnya.

Menggenggam tangan Ila untuk sampai kedalam.

Hidden Behind A Wall [NEW VERSION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang